beritabernas.com – Sebagai ucapan syukur atas pesta perak atau 25 tahun imamat, 4 Imam Diosesan Keuskupan Agung Semarang (KAS) mengadakan misa konselebrasi di Gereja Santo Petrus Warak, Minggu 13 Juli 2025) sore. Misa syukur dihadiri sekitar 600 umat.
Keempat Imam Diosesan KAS yang merayakan pesta perak atau 25 tahun menjadi Imam itu adalah Romo Yohanes Yunuar Pr yang bertugas diParoki St Petrus Warak, Romo Yohanes Dwi Harsanto Pr (Vikep Kategorial), Romo Yohanes Ngatmo Pr (Paroki Maria Marganingsih Kalasan) dan Romo Bernardus Irawan Heryuwono Pr (Paroki Yohanes Rasul Pringwulung).
Pada kesempatan yang sama, dua Imam satu angkatan seminari yang ditahbiskan tidak bersamaan dengan mereka, yakni Vikep Yogyakarta Barat Romo AR Yudono Suwondo Pr dan Romo Heribertus Suprihadi, Pr (Paroki Santa Maria Mater Dei Bonoharjo), ikut hadir dan menghunjukkan doa syukur.

Dalam homilinya, Romo Dwi Harsanto mengutip satu perikop yang menarik pada bacaan Injil Lukas 10:25-27 tentang siapa sesamaku. “Pada akhir perikop ini Yesus berkata kepada ahli taurat yang hendak mencobai Yesus, pergilah dan lakukanlah demikian! Yesus yang telah menjawab pertanyaan ahli taurat itu mengajak dia untuk berbuat baik. Berbuat baik itu perlu latihan, tidak cukup hanya dinasehati,” ujar Romo Vikep Kategorial KAS ini.
Ia mengaku latihan-latihan itulah yang dilakukan selama mereka dididik sejak dari Seminari Menengah Mertoyudan. “Mulai dari latihan lama-lama menjadi kebiasaan. Dari hal keseharian misalnya dilatih bangun pagi. Ya kita harus melakukan, kalau tidak bangun pagi ya gak bakal sarapan pagi,” candanya.
Romo Dwi Harsanto yang menyebut angkatan imamatnya sebagai angkatan gojeg, karena doyan guyon dan tidak pernah serius. Latihan terus menerus yang dilakukan oleh para romo adalah untuk mewujudkan cinta kasih.
“Kini setiap hari kami harus latihan didampingi umat, agar para romo bisa melaksanakan panggilannya. Kami diutus Yesus melalui Bapa Uskup untuk melayani umat. Dan kami menyadari bahwa para romo itu hidup melulu dari kebaikan umat, yang merupakan wujud kebaikan Tuhan,” tegasnya.
Kepada umat Romo Dwi Harsanto mengingatkan Tuhan tidak menunggu kita sempurna untuk diutus. “Jangan takut untuk melangkah memenuhi panggilan Tuhan. Kami yang brocal-brocel begini saja berani memenuhi panggilan, semestinya dari umat banyak yang mengikuti jejak para romo,” harapnya.
BACA JUGA:
- Kenduri Pesta Nama Gereja Babadan, Upaya Memelihara dan Mempererat Persaudaraan
- Bazar UKM Gereja Babadan, 100 Bungkus Nasi Bakar Bu Nanik Ludes Terjual
Sementara dalam pesan sebelum berkat penutup Romo Yohanes Yunuar mengucapkan terima kasih kepada umat yang hadir dan turut mendoakan para romo. “Jangan hanya didoakan agar kami sehat dan panjang umur, tetapi doakan kalau kami nanti mati tetap memakai jubah,” ujar Romo Yunuar. Umat pun langsung serentak menyahut, ”Amiiiin…”.
Bersyukur
Vikep Yogyakarta Barat Romo AR Yudono Suwondo Pr mengucapkan proficiat, dan diingatkkan oleh Paus Yohanes Paulus II dalam dokumen Pastores Dabo Vobis artikel 15, imam itu adalah imamat untuk dan demi Gereja.
“Maka kita diajak untuk terus menerus diajak untuk mengkaitkan diri dengan Gereja. Dan imamat kita bukan pencapaian pribadi, bukan kehebatan individu, tetapi karena rahmat Allah yang dicurahkan ke dalam Gereja dan kita para imam dilibatkan di dalamnya. Maka sikap kita adalah syukur, dan sikap kedua adalah sikap komitmen untuk terus menerus menghadirkan Kristus yang mengampuni dosa, yang diwujukan dalam Sakramen Tobat. Yesus yang memecah-mecahkan roti kita hadirkan kembali dalam Ekaristi. Kristus yang meneguhkan perkawinan saudara-saudara kita, dihadirkan dalam Sakramen Perkawinan. Kristus yang menemani orang sakit, kita hadirkan dalam Sakramen Orang Sakit dan sebagainya,” kata Romo Wondo.

Artinya, menurut Romo Wondo, para romo menghadirkan Kristus yang sangat mencintai dan tergerak oleh belas kasihan kepada domba-dombanya, umat manusia semuanya.
Romo Vikep Yogyakarta Barat juga menyampaikan syukur dan sekaligus menyampaikan harapan sebab saat ini banyak imam yang merayakan imamat lebih dari 25 tahun. Namun harapannya, para imam lebih muda juga makin besar jumlahnya.
“Maka gerakan-gerakan untuk memanggil untuk mewartakan panggilan imamat itu digemakan lagi. Supaya panggilan itu tetap ada, tetap subur dan umat menerima gembala-gembala yang diterima oleh Tuhan sendiri,” harap Romo Wondo.
Satu hal yang menggelitik saat akhir Ekaristi yakni dalam pemotongan kue oleh para imam yang merayakan pesta perak imamat, Romo Harsanto memanggil anak-anak yang ingin menjadi romo dan akan menerima potongan roti. Maka berlarianlah sejumlah anak memenuhi panggilan Romo Harsanto. Satu hal yang diharapkan Romo Wondo dan perlu didoakan agar makin banyak umat yang memenuhi panggilan sebagai imam. (*/lip)
There is no ads to display, Please add some