beritabernas.com – Optimasi proses ekstraksi mampu meningkatkan efisiensi perolehan zat pewarna alami, sehingga berpotensi menekan biaya produksi, meningkatkan daya saing produk batik berbahan pewarna alami dan membuka peluang bagi penerapan ekstraksi warna tingi di sektor industri.
Sebagai contoh, melalui optimasi proses diperoleh kadar tanin sebesar 28,60 %, nilai absorbansi 0,13 dan nilai prediksi biaya Rp 11. 295,81. Bila dibandingkan dengan metode ekstraksi konvensional yang biasa digunakan perajin batik selama ini, optimasi proses ekstraksi di CV Naraya Batik dapat menghemat biaya sebesar Rp 3.814,68; di Sungsang Batik sebesar Rp 1.646,03 dan di Nurgiri Batik Rp 3.265,03.
Hal itu diungkapkan Euis Laela MT, Alumni Program Studi Teknik Industri, Program Magister FTI UII, mengenai hasil penelitiannya berjudul Optimasi Ekstraksi Tanin dari Kulit Kayu Tingi (Ceriops tagal) Menggunakan Metode Taguchi, dalam jumpa pers secara daring, Sabtu 26 Juli 2025.
Penelitian ini dilakukan Euis Laela MT bertujuan untuk mengoptimalkan proses ekstraksi zat pewarna alami dari kulit kayu tingi kering menggunakan metode Taguchi. Variabel bebas yang diuji meliputi berat kulit kayu tingi, volume pelarut, suhu ekstraksi dan waktu ekstraksi, sedangkan variabel respon yang diamati adalah kadar tanin dan nilai absorbansi.

Menurut Euis Laela, Kulit Kayu Tingi (Ceriops Tagal) merupakan salah satu sumber potensial pewarna alami untuk batik. Pewarna alami tersebut diperoleh dengan cara diekstrak. Pewarna alami lebih ramah lingkungan dibandingkan pewarna sintetis, namun penggunaannya masih terbatas akibat biaya produksi yang relatif tinggi, yang disebabkan belum optimalnya teknologi ekstraksi yang tersedia.
Berdasakan hasil penelitiannya yang menggunakan 4 faktor kendali, 3 level faktor dan 3 kali ulangan percobaan untuk mendapatkan 2 variabel respon, Euis Laela menyimpulkan bahwa untuk mendapatkan hasil yang optimal dalam melakukan ekstraksi warna alam tingi, perlu melakukan ekstraksi dengan menggunakan kombinasi level faktor yaitu berat tingi 70 gr, volume air 750 mL, suhu air 90 0C dan waktu ekstraksi selama 90 menit.
Selain itu, hasil optimasi menggunakan metode taguchi, kondisi optimal diperoleh kandungan tanin sebesar 28,60 % dengan nilai absorbansi 0,14 AU. Hasil optimasi tersebut untuk IKM CV Naraya Batik terdapat menghematan biaya Rp Rp3.814,68. Smentara untuk IKM Sungsang Batik, dapat menghematan biaya Rp 1.646,03 dan untuk IKM Nurgiri Batik dapat menghemat biaya Rp. 3.265,03.
Menurut Euis Laela, penelitian ini berfungsi sebagai panduan bagi IKM batik dalam mengoptimalkan proses ekstraksi. Dengan aplikasi kombinasi faktor yang tepat diharapkan dapat dihasilkan produk berkualitas tinggi, yang secara langsung berpotensi meningkatkan kepuasan pelanggan.
Penelitian ini juga membuka peluang bagi penerapan ekstraksi warna tingi di sektor industri mengingat prosesnya yang terukur secara ekonomis. Implementasi skala industri berpotensi meningkatkan efisiensi, menurunkan biaya produksi serta menciptakan peluang usaha baru di lingkungan sekitar
“Penelitian ini juga memiliki keterbatasan, sehingga diperlukan studi lebih lanjut. Penulis menyarankan agar penelitian mendatang mengeksplorasi variabel respon lain yang berpengaruh terhadap kualitas hasil pewarnaan batik, seperti kandungan flavonoid, pH larutan dan variabel lainnya,” saran Euis Laela.
Menurut Ir Winda Nur Cahyo ST MT PhD IPM. ASEAN.Eng APEC Eng, Ketua Program Studi Teknik Industri, Program Magister FTI UII yang didampingi Dr Taufiq Immawan ST MM ASEAN.Eng, Dosen Pembimbing/ Dosen Program Studi Teknik Industri, Program Magister FTI UII, Euis Laela merupakan Mahasiswa Kelas Blended Magister Teknik Industri UII. Kelas yang dirancang khusus untuk menjawab kebutuhan mahasiswa yang sudah bekerja.
BACA JUGA:
- FTI UII Buka Program Studi Manajemen Rekayasa
- Magister Teknik Industri FTI UII Buka 5 Skema Kelas yang Menguntungkan Mahasiswa Baru
Dengan menggabungkan sistem perkuliahan daring (online) dan tatap muka (offline), menurut Winda Nur Cahyo, kelas ini memberikan fleksibilitas waktu dan tempat bagi para profesional yang ingin melanjutkan studi tanpa harus meninggalkan pekerjaan. Sistem blended memungkinkan mahasiswa tetap produktif di dunia kerja sambil mengikuti perkuliahan dan menyelesaikan tugas akademik secara terstruktur.
“Salah satu manfaat utama dari kelas blended ini adalah selain efisiensi waktu juga peningkatan kualitas pembelajaran yang relevan dengan pekerjaannya atau dunia industri,” kata Winda Nur Cahyo.
Dalam kelas ini, menurut Winda Nur Cahyo, mahasiswa dapat langsung mengaplikasikan materi yang dipelajari ke dalam konteks pekerjaan mereka sehari-hari, sehingga mempercepat proses pemahaman dan pengembangan kompetensi.
Selain itu, interaksi dalam kelas tatap muka tetap terjaga untuk membangun jejaring profesional dan diskusi ilmiah yang mendalam serta penelitian yang dapat linier dengan kebutuhan profesionalnya. Kombinasi ini serta kedalaman akademik menjadikan kelas blended MTI UII sebagai solusi ideal bagi para pekerja yang ingin mengembangkan karier melalui pendidikan lanjutan. (lip)
There is no ads to display, Please add some