Edukasi Kesehatan Ibu oleh WKRI Sleman: Gerakan Mencegah Stunting Sangat Penting

beritabernas.com – Gerakan mencegah stunting sangat penting dilakukan sejak dini dan secara terus menerus. Sebab, menurut Studi Status Gizi Indonesia, 2021, 1 dari 4 anak Indonesia mengalami stunting atau kurang lebih ada 5 juta anak Indonesia mengalami stunting.

Hal itu diungkapkan Bidan Ellin Timurti Iranatur Rizqi S.Tr.Keb dari Puskesmas Pakem dalam makalah yang disampaikan pada Edukasi Kesehatan Ibu dan Stunting dengan tema Mebangun Generasi Sehat dan Cerdas Menuju Indonsia Maju yang diadakan Wanita Katolik Republik Indonesia (WKR) DPC Sleman bekerjasama dengan Kelurahan Pakembinangun, Pakem, Sleman, Sabtu 13 September 2025. Kegiatan tersebut diikuti 31 ibu hamil dan 34 anak-anak.

Menurut Bidan Ellin, stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada balita akibat kurang gizi dalam jangka waktu lama, paparan infeksi berulang dan kurang stimulasi. Selain itu, stunting dipengaruhi oleh status kesehatan remaja, ibu hamil, pola makan balita dan ekonomi, budaya maupun faktor lingkungan seperti sanitasi dan akses terhadap layanan kesehatan.

Bidan Ellin mengatakan, ada beberapa hal yang perlu dilakukan untuk mencegah stuntung. Pertama, aktif minum tablet tambah daerah (TTD). Bagi remaja putri, perlu mengonsumi TTD 1 tablet seminggu sekali dan bagi ibu hamil 1 tablet setiap hari (minimal 90 tablet selama kehamilan).

Para peserta Edukasi Kesehatan Ibu dan Stunting dengan tema Mebangun Generasi Sehat dan Cerdas Menuju Indonsia Maju yang diadakan Wanita Katolik Republik Indonesia (WKR) DPC Sleman bekerjasama dengan Kelurahan Pakembinangun, Pakem, Sleman, Sabtu 13 September 2025. Foto: Dok WKRI

Fungsi TTD bagi remaja putri adalah untuk mengurangi potensi anemia. Sebab, dampak anemia bagi remaja putri adalah penurunan imunitas sehingga lebih rentan terpapar berbagai penyakit infeksi. Selain itu, penurunan konsentrasi belajar di kelas, penurunan prestasi di sekolah dan penurunan kebugaran dan produktivitas kerja.

Sementara fungsi TTD bagi ibu hamil adalah untuk menambah asupan nutrisi pada janin, mencegah anemia defisiensi zat besi, mencegah pendarahan saat masa persalinan dan menurunkan risiko kematian pada ibu karena pendarahan pada saat persalinan.

Kedua, ibu hamil perlu melakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur minimal 6 kali selama kehamilan dan 2 kali oleh dokter menggunakan USG pada trimester 1 dan 3, masing-masing 2 kali pada trimester pertama atau kehamilan hingga 12 minggu, 1 kali pada trimester kedua atau kehamilan di atas 12 minggu hingga 24 minggu dan 3 kali pada trimester ketiga atau kehamilan di atas 24 minggu hingga 40 minggu.

Ketiga, konsumsi protein hewani mencukupi. “Konsumsi protein hewani setiap hari bagi bayi usia di atas 6 bulan,” kata Bidan Ellin. Keempat, datang ke Posyandu setiap bulan dan melakukan pemantauan pertumbuhan (timbang dan ukur) dan perkembangan serta imunisasi balita.

Kelima, eksklusif ASI 6 bulan. Pemberian ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan atau minuman lain, kecuali vitamin, mineral atau obat-obatan dalam bentuk sirup sejak bayi lahir hingga usia 6 bulan (WHO, 2003). ASI ekslusif selama 6 bulan dilanjutkan hingga usia 2 tahun.

Ketua WKRI DPC Sleman V Lies Ratnawati bersama narasumber, ibu hamil dan anak-anak. Foto: Dok WKRI

Selama ini, menurut Ellin, upaya yang dilakukan pemerintah dalam mencegah stunting antara lain gerakan #AksiBergizi yakni membentuk kebiasan olahraga, sarapan dan konsumsi tablet tambah darah untuk menurunkan anemia pada remaja di sekolah.

Selain itu, gerakan #BumilSehat yakni meningkatkan pemeriksaan dan pengetahuan Bumil untuk meningkatkan kesehatan bumil; Gerakan #PosyanduAktif untuk meningkatkan cakupan tumbuh kembang balita di Posyandu untuk deteksi dini dalam mencegah balita gizi kurang dan stunting’ Gerakan #JamboreKader untuk meningkatkan kapabilitas kader dalam memberikan pelayanan dan gerakan #CegahStuntingituPenting yang mengedukasi masyarakat tentang stunting dan pencegahannya.

Menurut Bidan Ellin, upaya pencegahan stunting sangat penting dilakukan agar anak yang dilahirkan tumbuh normal dan sehat. Sebab, bila generasi penerus kerap mengalami stunting, maka pertanyaannya akankah Indonesia bisa melihat generasi emas tahun 2045? Dikatakan, Indonesia menargetkan angka stunting turun hingga 14% pada tahun 2024, sementara angka stunting tahun 2021 mencapai 24%.

Sementara Panti Nugroho S.Tr.Gz mengungkapkan, banyak faktor penyebab stunting di Kabupaten Sleman. Menurut data dari Tim Percepatan Penurunan Stunting, Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (P3AP2KB) Kabupaten Sleman, pada tahun 2024 sebanyak 23,24 persen stunting disebabkan karena kurang asupan dan 63,60 persen disebabkan karena merokok.

Selain itu, 20,91 persen disebabkan karena tidak ada JKN (Jaminan Kesehatan Nasional), 16,51 persen karena ibu hamil KEK dan 14,22 persen karena BBLR. Selebihnya karena lahir prematur, KTD, bayi-balita penyakit penyerta, tidak imunisasi, tidak ada jamban sehat, kecacingan dan tidak ada air bersih.

Baca juga:

Sementara kapan stunting terjadi, menurut Panti Nugrohol, dari data yang ada sebanyak 20% terjadi saat lahir (malnutrisi prenatal/bumil), 20% terjadi saat usia 6 bulan pertama, 50% terjadi saat usia 6-24 bulan dan 10% setelah usia 24 bulan.

Menurut Panti Nugroho, dalam upaya mencegah stunting maka peran Posyandu sangat besar. Intervensi prioritas pencegan stunting adalah TTD (tablet tambah darah), gizi seimbang dalam siklus kehidupan pra-hamil dengan catatan tidak anemia/kurus/gemuk; TTD/gizi seimbang bumil, ANC saat kehamilan (tidak anemia PBBH adekuat dan seterusnya.

Suami ikut menjaga

Sementara Lurah Pakembinangun Suranto mengatakan, dalam upaya mencegah stunting, suami juga harus ikut menjaga kesehatan ibu hamil dan ibu mendampingi anak. Untuk dana pencegahan stunting di Kelurahan Pakembinangun sudah disiapkan, untuk anak-anak terlantar. Bahkan tahun depan dana keistimewaan untuk stunting sudah disiapkan.

Sedangkan Dra Vincentia Lies Ratnawati, Ketua WKRI Cabang Sleman, mengatakan, sarasehan kesehatan bertajuk Edukasi Kesehatan Ibu dan Stunting yang diadakan WKRI DPC Sleman bekerja sama dengan Kelurahan Pakembinangun ini bukan sekedar formalitas untuk melaksanakan program kerja yang sudah disiapkan sebelumnya.

Bidan Ellin saat berbicara dalam Edukasi Kesehatan Ibu dan Stunting dengan tema Mebangun Generasi Sehat dan Cerdas Menuju Indonsia Maju yang diadakan Wanita Katolik Republik Indonesia (WKR) DPC Sleman bekerjasama dengan Kelurahan Pakembinangun, Pakem, Sleman, Sabtu 13 September 2025. Foto: Dok WKRI

Namun, kegiatan ini sebagai salah satu bentuk perhatian, kepedulian sekaligus wujud komitmen WKRI DPC Sleman terhadap kesehatan ibu dan anak, terutama yang ada dalam kandungan. Sebab, sebagai organisasi wanita, WKRI selalu memiliki perhatian dan kepedulian yang tinggi terhadap kesehatan wanita terutama dalam hal upaya pencegahan, termasuk masalah stunting.

“Kami yakin instansi atau lembaga terkait, seperti Dinas Kesehatan Sleman dan Kelurahan Pakembinangun sudah melakukan hal yang sama dan bisa jadi ibu-ibu sudah mendapatkan pengetahuan tentang hal yang sama (masalah stunting). Namun tidak ada salahnya kalau kita selalu dan terus-menerus saling mengingatkan untuk membangun kesadaran kolektif tentang pentingnya menjaga kesehatan sejak dini dan mencegah stunting,” kata Lies Ratnawati yang sehari-hari menjadi Guru SMA BOPKRI 1 Yogyakarta ini.

Ia menambahkan, sarasehan kesehatan ini juga merupakan salah satu upaya WKRI DPC Sleman untuk membangun dan menanamkan kesadaran kolektif bagi ibu-ibu agar tidak hanya ingat saat acara berlangsung tapi menjadi kebiasaan dan budaya sehari-hari untuk menjaga kesehatan dan mencegah stunting.

Pada kesempatan itu, WKRI DPC Sleman juga memberikan bingkisan berupa telur, roti gandum dan susu bumil untuk ibu hamil, sementara anak-anak juga mendapat telur, roti gandum dan susu anak-anak. (lip)


There is no ads to display, Please add some

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *