beritabernas.com – Anggota DPRD DIY Dr Raden Stevanus Christian Handoko S.Kom MM dari Partai Solidaritas Indonesia (PSI) menyerukan perlunya kolaborasi dan modernisasi mitigasi bencana di DIY memasuki masa rawan bencana hidrometeorologi.
Langkah cepat, terukur dan terukur dari seluruh elemen masyarakat DIY, menurut Dr Raden Stevanus, sangat penting karena cuaca ekstrem mulai sering terjadi seperti hujan deras, angin kencang, potensi banjir dan tanah longsor.
“Cuaca ekstrem bukan lagi kejadian insidental. Ini peringatan agar kita memperkuat kesiapsiagaan bersama. Kurangnya koordinasi bisa berakibat pada hilangnya nyawa dan kerugian besar,” ujar Dr Raden Stevanus, Anggota Komisi A DPRD DIY, Kamis 6 November 2025.
Dr Raden Stevanus menekankan, mitigasi bencana tidak cukup jika hanya dilakukan oleh pemerintah. Pendekatan berbasis komunitas dan edukasi publik harus menjadi pilar utama. “Relawan, karang taruna, dan pelajar perlu dilatih tanggap bencana. Edukasi sejak dini adalah kunci keselamatan,” kata anggota Komisi A dari Partai Solidaritas Indonesia ini.
Ia menambahkan, kekuatan masyarakat seperti relawan Kaltana, Destana, SPAB, KTB, Tagana, hingga Satlinmas harus difasilitasi dan dikolaborasikan. “Relawan bukan pelengkap, tetapi tulang punggung mitigasi. Pemerintah perlu mengonsolidasikan mereka agar gerakan tangguh bencana benar-benar terwujud,” tegas Dr Raden Stevanus.
Baca juga:
- Kepala BMKG: Indonesia Memasuki Musim Hujan Mulai November 2025 hingga Pebruari 2026
- DIY Berpotensi Hujan Sedang hingga Lebat pada Senin Siang Sampai Sore
Dr Raden Stevanus juga menyoroti bahwa dalam kondisi bencana, kelompok rentan seperti anak-anak, lansia, ibu hamil, dan penyandang disabilitas sering menjadi korban paling terdampak. Ia mendesak agar Pemda DIY menyiapkan strategi penanganan inklusif, dengan intervensi cepat dan akses yang adil bagi seluruh warga.
“Kemanusiaan harus jadi prioritas utama. Jangan ada warga yang tertinggal hanya karena sistem kita belum ramah terhadap mereka,” ujarnya.
Sebagai bagian dari transformasi tata kelola kebencanaan, Dr Raden Stevanus mendorong Pemda DIY untuk memanfaatkan teknologi dan data spasial secara maksimal. Ia menilai, Early Warning System (EWS) harus diperkuat hingga ke tingkat kelurahan dan desa, serta diintegrasikan dengan peta risiko digital dan sistem monitoring real-time.
“Dengan teknologi, kita bisa tahu wilayah mana yang rawan banjir, longsor, atau angin kencang. Ini bukan sekadar soal system, ini soal nyawa,” kata Dr Raden Stevanus.
Menurut Stevanus, pemanfaatan data berbasis spasial akan membantu pemerintah dan masyarakat dalam memprediksi serta mengurangi risiko bencana secara signifikan. Ia pun mengajak seluruh elemen masyarakat untuk menghidupkan kembali semangat gotong royong dan solidaritas sosial sebagai kekuatan utama DIY menghadapi cuaca ekstrem.
“Kekuatan Yogyakarta ada pada solidaritasnya. Dalam menghadapi ancaman alam, kita harus saling menjaga, bukan saling menyalahkan. Gerak bersama akan melahirkan masyarakat tangguh,” kata Dr Raden Stevanus. (phj)
There is no ads to display, Please add some