Metode Gabungan AES dan LZMA Layak dan Fungsional untuk Melindungi Dokumen Medis Elektronik

beritabernas.com – Metode gabungan AES dan LZMA merupakan solusi yang layak dan fungsional untuk melindungi dokumen medis elektronik. Namun keberhasilannya memiliki batasan, terutama dalam hal efisiensi kompresi pada data yang kompleks. Temuan ini memberikan panduan praktis bagi pengembang mengenai kekuatan dan kelemahan metode yang diusulkan.

“Metode gabungan Base64, LZMA dan AES terbukti layak digunakan untuk pengamanan dokumen medis elektronik. Namun terdapat keterbatasan pada efisiensi kompresi untuk file dengan struktur kompleks seperti beberapa file JPEG dan DICOM,” kata Toto Raharjo M.Kom, Alumni Program Magister Informatika FTI UII, dalam jumpa pers secara daring, Jumat 21 November 2025.

Hal itu merupakan kesimpula atas penelitiannya yang berjudul Analisis Penerapan Metode Enkripsi AES dan Kompresi LZMA untuk Keamanan Dokumen Medis Elektronik.

Toto Raharjo (bawah) memparkan hasil penelitiannya berjudul Analisis Penerapan Metode Enkripsi AES dan Kompresi LZMA untuk Keamanan Dokumen Medis Elektronik.dalam jumpa pers secara daring, Jumat 21 November 2025. Foto: Jeri Irgo

Menurut Toto Raharjo yang didampingi Dr Yudi Prayudi, Kepala Pusat Studi Forensika Digital (PUSFID) yang juga Dosen Jurusan Informatika FTI UII,mMetode integrasi yang menggabungkan encoding Base64, kompresi LZMA dan enkripsi AES berhasil dirancang dan diimplementasikan secara fungsional. Metode ini mampu menjalankan seluruh siklus proses untuk melindungi komponen data gambar dan metadata dalam dokumen medis elektronik.

Hasil pengujian menunjukkan bahwa metode ini efektif dalam meningkatkan efisiensi penyimpanan, meskipun efektivitasnya bergantung pada karakteristik data. Pada file dengan struktur sederhana, metode ini berhasil mencapai pengurangan ukuran file ratarata sebesar 55%. Namun, pada file dengan karakteristik kompleks atau berwarna, seperti beberapa file JPEG dan DICOM, ukuran file justru bertambah setelah dikompresi. Temuan ini membuktikan bahwa keberhasilan efisiensi penyimpanan sangat dipengaruhi oleh kompleksitas isi file, bukan hanya formatnya.

Dari segi performa, kata Toto Raharjo, sistem menunjukkan kinerja yang stabil dan andal. Waktu proses relatif cepat, dengan rata-rata di bawah 0,3 detik untuk enkripsi, serta konsumsi memori rendah, sekitar 92,95 KB per file. Meskipun penggunaan CPU saat enkripsi mencapai 94,05%, hal ini tidak menjadi hambatan signifikan dalam lingkungan pengujian.

Baca juga:

Integritas data terjaga sepenuhnya dalam semua skenario pengujian. Kesamaan nilai hash MD5 sebelum dan sesudah proses secara konsisten membuktikan bahwa metode ini tidak menyebabkan kehilangan atau perubahan data. Hal ini memenuhi syarat mutlak dalam sistem informasi kesehatan.

Toto Raharjo mengatakan, penelitian ini berfokus pada pengembangan metode yang menggabungkan enkripsi menggunakan Advanced Encryption Standard (AES) dan kompresi dengan algoritma Lempel-Ziv-Markov (LZMA) untuk melindungi file DICOM yang berisi informasi sensitif. Metode ini dirancang untuk mengatasi dua tantangan utama: peningkatan ukuran file setelah enkripsi dan efisiensi penyimpanan data.

Dalam penelitian ini, ia menggunakan desain eksperimental dengan teknik random sampling, menguji 542 file DICOM dari perpustakaan terbuka dengan ukuran berkisar antara 513,06 KB hingga 513,39 KB. Hal ini bertujuan untuk mengevaluasi efektivitas metode ini dalam mengurangi ukuran file, waktu enkripsi dan menjaga integritas data.

Toto Raharjo (bawah) memparkan hasil penelitiannya berjudul Analisis Penerapan Metode Enkripsi AES dan Kompresi LZMA untuk Keamanan Dokumen Medis Elektronik.dalam jumpa pers secara daring, Jumat 21 November 2025. Foto: Jeri Irgo

Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode ini berhasil mengurangi ukuran file sebesar 40-50%, dengan waktu enkripsi rata-rata sekitar 0,2-0,3 detik per file. Selain itu data tetap utuh sebelum dan sesudah proses enkripsi, menandakan bahwa integritas data terjaga dengan baik. Analisis lebih lanjut mengungkapkan bahwa penggunaan CPU selama proses enkripsi mencapai 94,05%, sementara penggunaan memori tercatat sebesar 92,95 KB.

Sebaliknya selama proses dekripsi penggunaan CPU menurun menjadi 78,16% dengan konsumsi memori yang jauh lebih rendah yaitu 31,07 KB. Temuan ini memiliki implikasi signifikan bagi sistem informasi medis, memungkinkan pengembang untuk dengan mudah mengimplementasikan metode ini melalui API.

“Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi studi-studi mendatang yang berfokus pada keamanan data dalam sistem informasi kesehatan, serta memberikan wawasan baru mengenai kombinasi enkripsi dan kompresi dalam konteks data medis,” kata Toto Raharjo. (phj)


There is no ads to display, Please add some

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *