Warga Balirejo Antusias Mengikuti Upacara Merti Kali Gajahwong, Lestari Kaliku 2

beritabernas.com – Warga RW 06 Balirejo, Kapenewon Umbulharjo, Kota Yogyakarta sangat antusias mengikuti upacara tradisi Merti Kali Gajahwong Balirejo “Lestari Kali Ku 2”, Minggu 30 Oktober 2022 pukul 08.00-11.00 WIB.

Sebelum menggelar merti kali, warga melakukan kerja bakti membersihkan Kali Gajahwong, pada Sabtu 29 Oktober 2022.

Dalam acara merti kali tersebut, warga melakukan larung di pinggir Kali Gajahwong, Dronjongan RT 53 Balirejo, Muja Muju, Umbulharjo, Kota Yogyakarta, pada Minggu 30 Oktober 2022 pukul 08.00-11.00. warga melakukan perarakan gunungan berisi hasil bumi yang dihasilkan dari air dan sekitar Kali Gajahwong dilanjutkan dengan doa bersama.

Warga RW 06 Balirejo ikut mengarak gunungan pada acara Merti Kali Gajahwong. Foto: Istimewa

Di sepanjang rute perarakan, warga sekitar dengan antusias menyaksikan upacara adat tersebut. Upacara merti kali sebagai ungkapan syukur dari warga kepada Sang Pencipta atas segala berkat yang diperoleh.

Menurut Nugroho, Ketua Pemuda RW 06 Balirejo, kepada wartawan termasuk beritabernas.com, upacara Merti Kali Gajahwong merupakan rangkaian kegitan memperingati HUT ke-266 Kota Yogyakarta, 7 Oktober 2022. Pemerintah Kota Yogyakarta mengajak masyarakat untuk merayakan semangat hari jadi yang mengusung tema Sulih Pulih Luwih.

Tema ini menggambarkan kondisi Kota Yogyakarta saat ini yang berhasil melewati pandemi untuk masuk ke fase yang lebih baik. Beragam acara keramaian dan pesta dilangsungkan berhari-hari, bahkan ketika fenomena pergantian musim yang membawa banyak potensi bencana hidrometeorologi menerjang Yogyakarta tak terkecuali.

Perarakan gunungan berisi hasil bumi. Foto: Istimewa

Sementara pada 10 Oktober 2022, Sri Sultan Hamengku Buwono X dilantik sebagai Gubernur DIY periode 5 tahun ke depan bersama Wakil Gubernur Paku Alam X. Dalam visi misi Gubernur DIY masa jabatan 2022-2027, melalui narasi Pancamulia, Sri Sultan HB X menjanjikan target berkurangnya tingkat kemiskinan, peningkatan kualitas SDM, peningkatan kualitas lingkungan hidup, kehidupan ekonomi yang layak, mengecilnya ketimpangan dan good-governance pada berbagai tingkatan.

Semua harapan, baik bagi Yogyakarta, warga maupun lingkungan, itu dihadirkan sebagai optimisme ketika daerah ini masih berkubang dalam kompleksitas masalah yang tidak kunjung terurai. Masalah sosial menumpuk tak tertangani hingga terungkapnya tindak pidana korupsi dalam lingkaran mafia perizinan yang menjerat mantan Walikota Yogyakarta Haryadi Suyuti, mendorong warga untuk berefleksi dan mencari cara berbenah sendiri.

Menurut Nugroho, upaya ini yang dijalankan sebagai laku oleh warga Kampung Balirejo. Merti kali Gajahwong mengandung beragam makna dan filosofis yang hendak disampaikan oleh warga. Ada 3 tumpeng yang menjulang ke atas, yang dijadikan makanan bersama setelah keliling kampung dan 1 tumpeng besar diarak keliling kampung bermakna warga memohon kepada “Yang di Atas”, yaitu Tuhan Yang Maha Esa.

Para prajurit mengawal perarakan gunungan. Foto: Istimewa

Sementara doa lintas agama dipanjatkan sebagai bentuk puji syukur dan terima kasih untuk bumi dan memohon pertolongan Tuhan untuk mengusir semua hal buruk yang merusak kampung. Beragam hal negatif yang merusak keharmonisan hubungan, baik antara sesama warga maupun antara warga dengan lingkungan didoakan agar dihindarkan dari kampung Balirejo.

Rasa syukur atas limpahan anugerah alam berupa air tak terkecuali juga ingin disampaikan oleh warga Balirejo yang hidup di sekitar bantaran Kali Gajahwong. Tinggal di wilayah perkotaan tidak menjadikan warga setempat abai dengan sungai karena ada banyak manfaat yang dapat dirasakan. Tidak hanya menyediakan beragam satwa, seperti ikan, udang dan belut yang dapat dikonsumsi warga, sungai ini juga menjadi sumber material pasir dan batu untuk bangunan.

Warga juga memanfaatkan sebagian lahan di sekitar aliran sungai untuk bertani. Semakin marak juga kelompok warga yang menyulap bantaran sungai yang dulu dianggap kotor dan wingit, menjadi ruang publik yang bersih dan nyaman untuk dikunjungi.

Larung kali ini ditujukan tidak sekadar untuk memanjatkan rasa syukur dan doa kepada Tuhan dan alam, tetapi juga menjadi sarana memelihara kerukunan warga sekitar bantaran sungai agar dapat terus bersama-sama menjaga kelestarian Kali Gajahwong.

Perarakan gunungan. Foto: Istimewa

Ritual ini juga diharapkan dapat menjadi undangan bagi warga, baik di hulu maupun hilir Kali Gajahwong lintas wilayah, untuk selalu bersama-sama menjaga aliran sungai ini dari ancaman bencana alam dan pencemaran. Doa dan harapan dari Gajahwong ini semoga dapat menjadi energi positif di tengah banyaknya permasalahan dan situasi penuh ketidakpastian.

Memelihara solidaritas sebagai sesama warga yang hidup di bumi Yogyakarta yang diwujudkan dalam beragam cara, simbolis maupun praktis, akan menguatkan kesiapan menghadapi kehidupan penuh tantangan ke depan. (lip)


There is no ads to display, Please add some

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *