Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun 2023 Optimistis Tetap Positif

beritabernas.com – Pertumbuhan dan kondisi ekonomi Indonesia tahun 2023 tetap positif atau baik meski ada ancaman krisis ekonomi dunia. Pertumbuhan ekonomi hanya melambat karena pengaruh kondisi ekonomi global.

Optimisme ini berdasarkan sejumlah indikator antara lain pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini yang tetap tinggi 5 persen lebih di tengah kondisi ekonomi negara-negara maju yang mengalami krisis. Selain itu, inflasi Indonesia yang relatif rendah, nilai ekspor yang baik meski turun dan sejumlah indikator lainnya.

Karena itu, tidak ada alasan bagi Indonesia untuk khawatir akan mengalami resesi seperti diramalkan sejumlah kalangan karena fundamental ekonomi Indonesia saat ini cukup kuat.

Hal itu mengemuka dalam webinar Outlook Ekonomi Indonesia 2023, Tumbuh Lebih Kuat dan Berkelanjutan yang diadakan Fakultas Bisnis dan Ekonomi (FBE) UII bersama Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) DIY di Kampus FBE UII Condongcatur, Depok, Sleman, Selasa 7 Desember 2022.

Menurut Prof Agus Widarjono PhD, Akademisi FBE UII, sejumlah indikator yang membuat ekonomi Indonesia tetap optimis tumbuh positif tahun 2023 adalah pertumbuhan ekonomi Indonesia trendnya positif, anggaran surplus hingga September 2022, inflasi yang relatif rendah, konsumsi yang meningkat, dana bank yang disalurkan ke sektor usaha yang tinggi.

Sejumlah indikator tersebut menunjukkan fundamental ekonomi Indonesia cukup kuat sehingga tidak ada alasan untuk pesimis atau khawatir ekonomi Indonesia mengalami krisis apalagi resesi seperti diprediksi sejumlah pihak.

Para narasumber webinar Outlook Ekonomi Indonesia 2023, Tumbuh Lebih Kuat dan Berkelanjutan foto bersama di Kampus FBE UII Condongcatur, Depok, Sleman, Selasa 7 Desember 2022. Foto: Istimewa

Sementara Robby Kusumaharta, Wakil Ketua KADIN DIY, mengatakan modal dasar yang membuat pertumbuhan ekonomi Indonesia, termasuk DIY, positif adalah karena pasar yang besar dengan populasi penduduk terbesar keempat di dunia, letak geografis yang strategis sebagai jalur perdagangan dunia (Eropa-Asia Timur), sumber daya manusia dan sumberdaya alam yang melimpah sebagai bonus demografi dan kaya mineral serta adanya kepercayaan (trust) dari dunia luar dengan ditunjuknya Indonesia sebagai Presidensi G20 dan keketuaan ASEAN.

Ekonomi DIY

Optimisme yang sama juga untuk kondisi ekonomi DIY pada tahun 2023. Menurut Dr Y Susilo, Dosen FEB Universitas Atmajaya Yogyakarta, pertumbuhan ekonomi DIY di triwulan III tahun 2022 tumbuh sebesar 5,82 persen (yoy).

Pertumbuhan ini karena kontribusi sektoral jasa lainnya sebesar 28,26 persen, transportasi dan pergudangan 24,97 persen dan penyediaan akomodasi dan makan minum sebesar 20,22 persen.

Sementara kontribusi pengeluaran ekspor luar negeri sebesar 10,34 persen dan pengeluaran konsumsi lembaga non profit yang melayani rumah tangga sebesar 8,80 persen. Kemudian, nilai ekspor DIY pada Oktober 2021 hingga Oktober 2022 (Januari sampai dengan Oktober 2022) mencapai 39,4 juta US Dollar atau turun 11,66 pesrsen dibanding bulan sebelumnya.

Produk ekspor dari DIY berupa pakaian jadi bukan rajutan 36,72 persen, perabot dan penerangan rumah sebesar 11,94 persen, barang-barang rajutan sebesar 11,24 persen, barang-barang dan kulit sebesar 11,04 persen dan jerami atau bahan anyaman sebesar 6,75 persen. Dari jumlah tersebut sebanyak 99 persen lebih produk industri pengolahan dan sisanya produk pertanian.

Sementara masalah UMKM terkait pemasaran, termasuk pemasaran digital 40 persen, permodalan termasuk akses dan pengelolaan modal 20 persen, persaingan 12 persen dan masalah lainnya. Karena itu, menurut Dr Y Susilo, perlu disusun roadmap pengembangan produk ekspor DIY dan pendampingan UMKM dalam pemasaran digital dan permodalan.

Selain itu, kebijakan pariwisata lebih fokus pada pariwisata berkualitas atau quality tourism dengan minat khusus wisata budaya. “Ketiga hal tersebut diperlukan keterlibatan nyata pemangku kepentingan dalam hal ini perguruan tinggi, dunia bisnis, BI, OJK, komunitas dan media massa. Keterlibatan perguruan tinggi harus dioptimalkan melalui program MBKM,” kata Y Susilo. (lip)


There is no ads to display, Please add some

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *