beritabernas.com – Banyak media yang ogah-ogahan melaporkan kenyataan seperti diskriminasi terhadap kelompok minoritas. Dalam kasus seperti ini media lebih menyajikan secara normatif, mencari aman.
Bahkan yang lebih memprihatinkan, tidak sedikit media yang justru memanfaatkan isu intoleransi yang ditingkahi dengan kekerasan sebagai jualan dengan menulis judul-judul sensational, click bait.
Hal ini terungkap dalam talkshow bertajuk Merawat Kebhinekaan yang diadakan oleh KatolikanaTV pada Kamis 12 Januari 2023 malam. Talkshow yang dipandu oleh Dr Lukas Ispandriarno, Dosen Fisipol UAJY, ini menampilkan 3 narasumber yakni Ninik Rahayu (Anggota Dewan Pers), Rikard Bagun (Dewan Pengarah BPIP) dan Kalida Zia (Direktur Eksekutif The Leader).
Menurut Ninik Rahayu, media memiliki peran penting untuk menyuarakan keberagaman. Peran ini seharusnya dimainkan dengan baik ketika kemerdekaan pers semakin mendapatkan tempat. Namun tetapi banyak media justrug ogah-ogahan melaporkan kenyataan seperti diskriminasi terhadap kelompok minoritas.
Dikatakan, ada relasi yang kuat antara media dengan keberagaman, keunikan dan kebhinekaan masyarakat. Media mengabarkan keberagaman, misalnya, dengan menjalankan jurnalisme keberagaman, yaitu jurnalisme yang berfokus pada keberagaman dan perbedaan, baik jender, agama, etnik.
Ini ditampilkan dalam konten, disebutĀ keberagaman konten (content diversity). Relasi lain adalah keberagaman narasumber (source diversity).
Mengapa banyak media yang lebih suka menulis judul sensational untuk isu-isu keberagaman? Apa saja yang memengaruhinya? Bagaimana dengan keberagaman kepemilikan? Mengapa media justru kerap kali memilih narasumber pendukung intoleransi yang mengancam persatuan Indonesia? Pertanyaan-pertanyaan tersebut dibahas dalam live talkshow tersebut. (lip)
There is no ads to display, Please add some