beritabernas.com – Meski sudah mendapat ganti rugi untuk proyek jalan tol Jogja-Solo, sejumlah warga Dusun Cupuwatu, Desa Purwomartani, Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman tetap mengolah lahan tidur dengan ditanami aneka jenis tanaman, seperti padi dan jagung.
Hal ini dilakukan untuk mendukung program pemerintah menjaga ketahanan pangan. Warga memanfaatkan lahan sawah yang sudah dibeli atau sudah diberi ganti rugi oleh pemerintah untuk proyek jalan tol Jogja-Solo tersebut dengan ditanami padi, jagung dan tanaman palawija.
“Daripada tanah tersebut terlantar dan menjadi hutan tak terawat lebih baik kami olah dulu untuk ditanami padi, jagung dan tanaman palawija lainnya. Kalau sewaktu-waktu pemerintah mengambil untuk proyek jalan tol kami siap mengembalikan,” kata Haji Suyanto, salah satu warga Cupuwatu, Purwomartani, Kalasan, Sleman ketika ditemui beritabernas.com di kediamannya di Cupuwatu, Selasa 14 Pebruari 2023.
Haji Suyanto dan adiknya, Wahyudi, mengaku lahan sawah yang mereka olah tersebut sebagian besar merupakan tanah milik mereka sebelumnya yang sudah diberi ganti rugi oleh pemerintah untuk proyek jalan tol Jogja-Solo.
Namun sejak ganti rugi diberikan hingga saat ini proyek jalan Jogja-Solo belum dikerjakan sehingga lahan-lahan sawah yang subur tersebut terlantar dan menjadi hutan yang tak terawat. Melihat lahan subur yang produktif tersebut terlantar, naluri mereka sebagai petani pun membuncah untuk mengolah lahan sawah tersebut dengan ditanami padi, jagung dan palawija.
“Sejak menerima ganti rugi hingga sekarang saya sudah panen 4 kali bahkan sudah memasuki 5 kali masa panen,” kata Haji Suyanto. Sementara Wahyudi, adik Suyanto, sudah melakukan 3 kali panen.
Menurut Haji Suyanto dan Wahyudi, bila sewaktu-waktu proyek jalan tol Jogja-Solo dibangun maka mereka siap mengembalikan lahan tersebut kepada pemerintah dalam kondisi tanaman seperti apapun. “Kalau tanaman baru ditanam lalu jalan tol dibangun maka saa itupun kami serahkan lahan tersebut. Bahkan kalau kurang 1 bulan tanaman padi atau jagung baru mau panen dan jalan tol dibangun ya kami siap dan rela tanaman tersebut dibuldoser. Prinsipnya kami siap mengembalikan lahan tersebut bila sewaktu-waktu jalan tol dibangun,” kata Haji Suyanto dan Wahyudi.
Mereka mengaku awalnya takut mengolah lahan yang sudah diberi ganti rugi tersebut. Namun setelah melihat lahan tersebut terlantar dan belum ada tanda-tanda jalan tol segera dibangun maka mereka pun mengolah lahan tersebut yang sebelumnya memang lahan milik mereka.
“Awalnya Mas Yanto nekad menanam meski sudah mendapat ganti rugi. Sementara warga lain, termasuk saya, masih takut-takut karena itu bukan lagi milik kami. Namun, setelah Mas Yanto panen bahkan hingga beberapa kali, saya dan warga lain pun ikut-ikutan. Semuanya mengolah lahan bekas milik masing-masing,” kata Wahyudi.
Menurut Wahyudi, tidak semua lahan yang sudah diberi ganti rugi tersebut diolah. Karena banyak bekas pemilik lahan tersebut takut bila sewaktu-waktu proyek jalan tol dibangun. Akibatnya, banyak lahan subur dan produktif tersebut yang nganggur, terlantar.
Ia pun menyarankan siapa pun untuk mengolah lahan tersebut untuk mendukung program pemerintah menjaga ketahanan pangan dengan catatan bila sewaktu-waktu proyek jalan tol dibangun maka lahan tersebut harus diserahkan atau dikembalikan kepada pemerintah. Selain itu, harus meminta izin dulu kepada pemerintah untuk memanfaatkan lahan tersebut sebelum jalan tol dibangun. (lip)
There is no ads to display, Please add some