Dua Kali RUAC PMKRI Cabang Yogyakarta Tak Menghasilkan Apapun

bertabernas.com – Dua kali Rapat Umum Anggota Cabang (RUAC) Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) St Thomas Aquinas Cabang Yogyakarta tidak menghasilkan apapun.

RUAC pertama digelar pada hari Jumat, 6 Mei 2022 dan ditunda oleh pimpinan sidang sementara tanpa disertai alasan apapun. Sementara RUAC lanjutan yang diselenggarakan pada hari Minggu, 15 Mei 2022, juga tidak menghasilkan apapun.

Menurut Yohanes Tola, Anggota Biasa PMKRI Cabang Yogyakarta, dalam rilis yang dikirim kepada beritabernas.com pada Jumat 27 Mei 2022 mengatakan bahwa pimpinan sidang sementara yang diketuai oleh Presidium Riset dan Teknologi Hugo Paskalis Ngajang secara sepihak mengambil keputusan untuk menunda RUAC tanpa kejelasan apapun. Hingga berita ini ditayangkan belum ada informasi mengenai kelanjutan untuk menyelesaikan RUAC.

Suasana Rapat Umum Anggota Cabang (RUAC) Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) Cabang Yogyakarta St Thomas Aquinas. Foto: kiriman Yohanes Tola

Yohanes Tola mengatakan, penundaan RUAC tanpa alasan yang jelas menimbulkan pertanyaan bagi anggota-anggota PMKRI Cabang Yogyakarta mengenai keputusan DPC yang tidak juga menyelenggarakan RUAC.

Padahal sudah sangat banyak desakan agar terjadi suksesi kepemimpinan secepatnya mengingat masa kepengurusan DPC periode 2020-2022 telah berakhir pada bulan Maret 2022. Selain itu, karena telah berakhirnya masa kepengurusan, para anggota PMKRI Cabang Yogyakarta juga keberatan dengan kepemimpinan dari Ketua Presidium Filemon Purnama yang tidak menjalankan roda organisasi sebagaimana mestinya.

“Posisinya sebagai Ketua Presidium tidak komunikatif dan cenderung mengabaikan tugasnya sehingga menyebabkan ketidakjelasan koordinasi antar pengurus cabang. Hal ini kembali terlihat ketika tidak ada sikap dari Ketua Presidium dalam perayaan Dies Natalis ke-75 PMKRI. Bahkan ebagai Ketua ia tidak menghadiri perayaan Dies Natalis yang diinisiasi oleh para anggota Perhimpunan,” kata Yohanes Tola.

Menurut Yohanes, kepemimpinan tersebut berakibat fatal bagi organisasi dan perlu segera adanya upaya penyelamatan melalui suksesi kepemimpinan. (*/lip)



There is no ads to display, Please add some

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *