beritabernas.com – Anggota DPR RI dari PDI Perjuangan Daerah Pemilihan (Dapil) DIY GM Totok Hedi Santosa mengatakan, sebagai sebuah lembaga atau paguyuban, Gereja hendaknya lebih mengedepankan partisipasi aktif umat dalam mengambil keputusan. Dengan demikian, kepemimpinan tidak hanya di tangan hierarki.
“Fungsi kepemimpinan dalam suatu kelembagaan atau organisasi apapun, termasuk Geraja, tetap penting/ tidak bisa diabaikan dan tidak akan pernah kehilangan tempat. Pemimpin yang baik dan benar membuat perencanaan yang akan membawa pengikut dalam kelompoknya dapat memahami dan menguasai medan karya pelayanannya, baik karya pelayanan bagi gereja dan bagi negara,” kata GM Totok Hedi Santosa selaku salah satu narasumber dalam pertemuan/ sarasehan para Penggerak Kemasyarakatan Rayon Bantul dan Kulon Progo di Aula Gereja Paroki Santa Theresia Sedayu, Bantul, Minggu 4 Mei 2025.
Selain GM Totok Hedi Santosa, tampil sebagai narasumber dalam pertemuan yang dihadiri ratusan Penggerak Kemasyarakatan Rayon Bantul dan Kulon Progo itu adalah Dominikus Radjut Sukaswaro, Anggota DPRD DIY periode 2024-2029, Ranggabumi Nuswantoro S.Sos MA CIQaR (Dosen Departeman Ilmu Komunikasi UAJY) dan Romo AR Yudono Suwondo Pr, Vikep Kevikepan Yogyakarta Barat.

Menurut GM Totok Hedi Santosa yang akrab disapa Tohed, diskusi perlu dibuat untuk berbagi informasi melalui forum-forum pertemuan sehingga menjadi sarana atau media pertukaran ide atau gagasan secara verbal.
Sebab, saat ini ruang-ruang informasi lebih banyak dikuasai oleh dunia maya informasi satu arah dan cenderung pada kepentingan tertentu, yang secara tidak sadar menguasai atau menjajah kemampuan berpikir kita.
Sementara Dominikus Radjut Sukaswaro, Anggota DPRD DIY, mengatakan, dalam bernegara peran sosial politik Gereja adalah mendidik umat untuk patuh pada undang-undang dan menjadi warga negara yang bertanggungjawab.
“Umat diajak untuk aktif dengan penuh kesadaran dalam proses demokrasi dan bernegara. Gereja juga diharapkan mengambil peran dalam mengembangkan dialog antara iman dan realitas sosial, membaur dengan komunitas dalam masyarakat sehingga tetap terjaga keharmonisan,” kata Dominikus Radjut Sukaswaro.
Senada dengan GM Totok Hedi Santosa dan Dominikus Radjut Sukaswaro, Ranggabumi Nuswantoro S.Sos MA CIQaR mengatakan bahwa pribadi-pribadi umat Katolik diseyogyakan mampu proaktif membaur (ajur ajer) dalam urusan sosial kemasyarakatan sedini mungkin. Tidak perlu menunggu moment tertentu, seperti pemilu ataupun event-event lain dari pemerintah.
BACA JUGA:
- Gelar Sarasehan, Penggerak Kemasyarakatan Rayon Bantul dan Kulon Progo Pupuk Wawasan Kebangsaan
- GM Totok Hedi Santosa: Anak Muda Perlu Memiliki Etos Kerja yang Baik dalam Membangun Bangsa
- Umat Katolik Perlu Bertumbuh dalam Kebenaran, Kompetensi dan Kepedulian
Paguyuban lingkungan yang sudah lama ada, menurut Ranggabumi Nuswantoro, merupakan basis dasar komunitas dalam gereja hendaknya menjadi ujung tombak penggerak dan menjadi paguyuban yang mengkader secara alamiah bagi umat.
“Di tengah derasnya informasi berbagai hal melalui media sosial yang mudah didapat, umat Katolik dipanggil untuk memiliki kedaulatan berpikir rasional secara individu maupun kolektif dengan menghidupi nilai-nilai kearifan lokal sehingga memiliki kemandirian dalam berbagai ranah pelayanan sosial kemasyarakatan,” kata Ranggabumi Nuswantoro.
Dalam sesi peneguhan Romo AR Yudono Suwondo Pr, Vikep Kevikepan Yogyakarta Barat, menyatakan bahwa kerasulan awam berdasar pada baptis dengan makna bahwa kita diangkat menjadi anak Allah, dibebaskan dari dosa asal, disatukan dengan gereja dan anugerah martabat perlindungan surgawi.
Dengan baptisan, menurut Romo Suwondo, kerasulan awam memiliki tugas yakni mensucikan ide dan gagasan dalam membuat keputusan sesuai ajaran gereja; menjadi pemimpin yang melayani warga masyarakat ataupun kepentingan umum dengan penuh kasih dari hati.
“Dengan kuasa roh berani mewartakan kebenaran meski tantangannya tidak ringan dan mudah. Iman, harapan dan kasih menjadi pedoman kerasulan awam dalam pelayanan sosial kemasyarakatan untuk lebih mengutamakan dialog dengan menghargai sisi kemanusiaan,” kata Romo Suwondo.

Dikatakan, kerasulan awam dalam melayani kepentingan umum untuk mewujudkan kebaikan bagi sesama hanya mungkin dilakukan bila umat memiliki integritas pribadi dan rohani yang baik. “Kunci dari pelayanan pastoral dan sosial kemasyarakatan adalah keberanian untuk mendengarkan dengan seksama dan memberikan perhatian penuh pada apa yang didengar seperti yang sering disampaikan oleh Bapa Paus Fransiskus,” kata Romo Suwondo.
Romo Suwondo mengingatkan bahwa tantangan berbangsa dan bernegara untuk mempertahankan kesatuan dan kebersamaan dalam rangka mencapai tujuan bersama yang mengarah pada kekaburan ideologi sangat berat karena adanya konflik kepentingan.
“Pancasila mengalami rongrongan yang bila tidak segera dibenahi mengancam keutuhan kesatuan sebagai bangsa,” kata Romo Suwondo mengingatkan.
Pastor Paroki Santa Theresia Sedayu, Bantul Romo Antonius Hadi Cahyono Pr selaku tuan rumah pertemuan para Penggerak Kemasyarakatan Rayon Bantul dan Kulon Progo menyambut baik pertemuan tersebut. Ia berharap pertemuan seperti ini semakin memupuk wawasan kebangsaan sehingga dapat lebih berkontribusi untuk membangun Indonesia. (lip)
There is no ads to display, Please add some