Di Bawah Guyuran Hujan, 410 Peserta Mlampah Ziarah Tetap Semangat dan Sukses Sampai Finish di Sendangsono

beritabernas.com – Luar biasa. Mungkin itu kata yang tepat untuk menggambarkan semangat 410 peserta mlampah ziarah atau ziarah dengan jalan kaki dari Tugu Jogja sampai Gua Maria Lourdes Senangsono, Banjarharjo, Kalibawang, Kulonprogo, DIY, Minggu 14 Desember 2025.

Betapa tidak. Perjalanan baru sampai Jalan Magelang atau belum sampai satu kilometer sejak dilepas oleh Ketua Komunitas Mlampah Ziarah (KMZ) Roni Romel di titik start di Tugu Jogja tepat pukul 05.00 pagi, hujan pun mulai turun. Namun, hal ini bukan menjadi halangan apalagi menyurutkan niat peserta untuk mengikuti kegiatan mlampah ziarah yang juga dikenal dengan sebutan Walking Marathon de Sendangsono (WMSS) itu.

Baca juga:

Sesuai arahan panitia atau pengurus Komunitas Mlampah Ziarah (KMZ) selaku penyelenggara WMSS, para peserta yang datang dari berbagai kota di Indonesia dan sebagian besar berasal dari luar DIY ini, mereka sudah mempersiapkan diri dengan baik. Begitu hujan turun, semua peserta menepi dan mengenakan alat pelindung diri hujan, seperti payuhi, jas hujan dan sebagainya.

“Saya justru lebih senang hujan ketimbang panas. Karena ketika hujan turun, udara menjadi sejuk dan segar sehingga stamina tidak terkuras. Sementara bila udara panas akan membuat stamina cepat lelah,” kata seorang peserta asal Jakarta yang sudah menyiapkan jas hujan sebelum mengikuti WMSS#6, Minggu 14 Desember 2025.

Ratusan PIA Paroki Promasan didampingi orangtua masing-masing menerima bingkisan Natal dari Komunitas Mlampah Ziarah di Sendangsono, Minggu 14 Desember 2025. Foto: Philipus Jehamun/beritabernas.com

Dari pengamatan beritabernas.com yang juga mengikuti kegiatan mlampah ziarah edisi keenam (WMSS#6) pada Minggu 14 Desember 2025, cuaca tampak mulai tidak bersahabat sebelum berangkat dari Tugu Jogja. Meski sempat berhenti, namun hujan kembali turun saat peserta sudah sampai di Jalan Magelang atau tepatnya di depan Borobudur Plaza.

Menurut Roni Romel, turunnya hujan pada hari Minggu 14 Desember 2025 saat kegiatam WMSS#6 berlangsung merupakan salah satu contoh bahwa apa yang direncanakan manusia, Tuhanlah yang menentukan. Sebab, 4 hari sebelumnya cuaca Jogja sangat panas karena tidak ada hujan. Panitia pun sudah mempersiapkan diri dengan menyediakan minuman es dan makanan ringan berupa puding untuk peserta agar tidak mengalami dehidrasi akibat cuaca/udara panas.

“Namun, Puji Tuhan pada hari H WMSS#6 justru turun hujan. Jadi, benar homili Romo Hari (Hari Suparwito SJ, red) yang mengatakan apa yang direncanakan manusia, Tuhanlah yang menentukan. Kemarin harapan bahkan doanya semoga tidak hujan, ternyata hari ini hujan. Kemarin ada yang waiting list untuk ikut WMSS#6 karena banyaknya peminat, ternyata bisa ikut juga,” kata Roni Romel mengutip homili Romo Hari pada sambutan penutup usai misa di Gereja Paroki Promasan, Minggu 14 Desember 2025 sore.

Meski di bawah guyuran hujan, semangat para peserta mengikuti WMSS#6 sungguh sangat luar biasa. Hujan bukan menjadi halangan tapi justru menambah energi positif bagi mereka untuk terus melangkah sampai pada suatu tujuan yang sama yakni Gua Maria Lourdes Sendangsono.

Sebagian peserta WMSS#6 foto bersama Romo Hari dan Romo Andik (berjubah pink) di depan Gereja Promasan usai misa, Minggu 14 Desember 2025. Foto: Dok KMZ

Dari informasi yang diperoleh beritabernas.com, dari 410 peserta hanya beberapa yang dievakuasi baik dengan sepeda motor maupun mobil ambulans dari para relawan karena kakinya mengalami kram. Namun, secara umum atau sebagian besar finish dengan jalan kaki. “Tidak ada yang mengalami kondisi parah. Yang dievakuasi cuma karena kakinya kram. Itu saja,” kata seorang relawan.

Dalam kegiatan WMSS kali ini, para peserta kembali membawa berkat kepada warga sekitar termasuk di sepanjang jalan atau rute yang dilalui. Sebagai contoh, beberapa warung maka tampak ramai karena dikunjung sebagian peserta mlampah ziarah untuk membeli minuman atau bahkan makan di tempat.

Warung Soto dan Brongkos “Bu Yati” yang berada di tepi jalan sebelum memasuki bawah jalan tol Seyegan, misalnya, tampak dipenuhi para peserta mlampah ziarah untuk sarapan soto atau brongkos.

Selain itu, panitia juga membagi 150 paket kepada PIA dan PIUD di Paroki Promasan. Sementara ketika kembali ke Jogja, sebanyak 259 dari 410 peserta WMSS#6 menggunakan 35 unit shuttle dengan biaya Rp 300 ribu per mobil atau total Rp 10,500 juta.

“Kita membagi kebahagiaan dan sukacita kepada sesama, sekecil apa pun itu,” kata Roni Romel seraya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung kegiatam mlampa ziarah atau WMSS sejak awal pada Juli 2025 hingga Desember 2025. “Sampai bertemu kembali pada WMSS tanggal 18 Januari 2026 dan seterusnya,” ucap Roni Romel. (phj)


There is no ads to display, Please add some

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *