beritabernas.com – Di hadapan 622 wisudawan UII periode IV tahun akademik 2022/2023 di Auditorium Prof KH Abdul Kahar Mudzakir Kampus Terpadu UII, Sabtu 18 Maret 2023, Rektor UII Prof Fathul Wahid ST MSc PhD mengupas makna dan pentingnya humor.
Rektor UII mengurai makna dan pentingnya humor berdasarkan sejumlah referensi karena di masa depan, ketidakpastian menjadi satu-satunya yang pasti, sehingga kita perlu melihatnya dengan perspektif yang positif yang lebih rileks.
Prof Fathul Wahid pun memulai dengan audit humor. Ia bertanya kapan terakhir kali kita tertawa lepas, apakah kemarin, pekan lalu, bulan lalu atau bahkan lupa entah kapan.
Rektor UII pun mengajak untuk membahas humor. Dikatakan, humor adalah urusan serius. Salah satu buktinya, Stanford’s Graduate School of Business menawarkan sebuah matakuliah bertajuk Humor: Serious Business.
Humor pun diteliti dengan serius. Salah satu temuan riset itu mengejutkan. Ternyata, selera humor (sense of humor) menurun sejalan dengan bertambahnya umur. Salah satu indikasinya adalah senyum atau tertawa. Survei yang dilakukan oleh Gallup terhadap 1,4 juta secara global menemukan bahwa bertambahnya umur menjadikan kita semakin jarang tersenyum atau tertawa.
Anak umur empat tahun dapat tertawa sebanyak 300 kali dalam sehari. Bandingkan dengan yang berumur 40 tahun. Mereka tertawa sebanyak 300 kali, tetapi dalam 2,5 bulan (Aaker & Bagdonas, 2021).
Selingan humor sehat dalam kadar yang pas untuk menjaga emosi positif akan sangat bermanfaat di tempat kerja dan juga di tempat interaksi sosial lainnya.
Pertama, selera humor bisa meningkatan kuasa (power) seseorang, karena akan meningkatkan persepsi terhadap status dan kecerdasan, mempengaruhi perilaku dan pengambilan keputusan serta menjadikan ide lebih mudah diingat (Aaker & Bagdonas, 2021).
Penelitian menemukan bahwa pimpinan yang mempunyai selera humor dipandang 27 persen lebih memotivasi dan dikagumi, dibandingkan dengan yang tidak (Decker, 1987). Bawahan juga 15 persen lebih tertarik untuk melibatkan diri. Tim pimpinan yang humoris juga dua kali lebih baik dalam memecahkan tantangan kreativitas, yang ujungnya adalah kinerja yang membaik.
Kedua, selera humor juga meningkatkan hubungan (bond) karena mempercepat rasa percaya dalam membangun hubungan dan membuat kita lebih puas dengan hubungan yang terjalin sejalan dengan waktu (Aaker & Bagdonas, 2021).
Sementara tertawa bersama ternyata juga mempercepat kedekatan dan kepercayaan (Gray et al., 2015). Hal ini akan menjadikan mereka yang sering berbagi kebahagiaan bersama menjadi sahabat dekat. Sahabat dekat di tempat kerja ternyata mempengaruhi kinerja. Salah satu penjelasannya adalah bahwa gaji bukan satu-satunya alasan seseorang bersemangat dalam bekerja.
Demikian temuan penelitian Gallup (Maan, 2018), sebuah lembaga konsultan manajemen besar dunia. Sebagai contoh, menurut penelitian tersebut, perempuan yang menyatakan mempunyai sahabat dekat di kantor cenderung dua kali lebih termotivasi dalam bekerja dibandingkan yang tidak.
Senyum ternyata juga dapat meningkatkan kepercayaan orang lain sebanyak 10% (Scharlemann et al., 2001). Karenanya, humornya seorang penjual dapat meningkatkan keinginan konsumen untuk membeli sebesar 18 persen (O’quin & Aronoff, 1981).
Perasaan bahagia juga bisa diindikasikan dengan senyuman. Penelitian menemukan bahwa wajah yang tersenyum juga lebih lama diingat dibandingkan dengan yang marah. Kalau melihat orang marah, kita akan bertanya: mengapa dia marah ke saya? Tetapi, kalau melihat orang tersenyum, pertanyaan kita adalah: siapa dia? (Shimamura et al., 2006). Anda mau diingat oleh orang lain lebih lama dan dengan perasaan bahagia? Tersenyumlah.
Ketiga, selera humor juga meningkatkan kreativitas (creativity). Humor akan membantu kita menghubungkan berbagai hal yang terlewat dan menjadi kita lebih merasa aman menyampaikan ide-ide tidak konvensional dan yang berisiko (Aaker & Bagdonas, 2021).
Ternyata, selain memberikan perasaan bahagia, senyum juga bisa membuat orang meningkatkan kemampuan berpikir secara holistik (Johnson et al., 2010). Orang yang tersenyum akan melihat konteks secara lebih utuh dibandingkan yang tidak.
Keempat, selera humor juga membuat resiliensi (resilience) kita semakin baik atau “tahan banting”. Humor akan menguransi momen stren dan juga membuat kita lebih mudah bangkit dari keterpurukan (Aaker & Bagdonas, 2021).
Sebuah studi menemukan bahwa orang yang tertawa lepas secara ikhlas ketika menceritakan orang-orang terkasihnya mempunyai 80 persen lebih sedikit kemarahan dan 35 persen lebih sedikit stres, dibandingkan dengan mereka yang tertawanya tidak ikhlas atau tidak tertawa sama sekali (Keltner & Bonanno, 1997).
Tertawa juga terbukti meningkatkan aliran darah dan relaksasi otot (Miller & Fry, 2009). Orang yang suka humor mempunyai risiko kematian dari serangan jantung dan infeksi yang lebih rendah. Ini didasarkan pada studi selama 15 tahun di Norwegia (Romundstad et al., 2016).
Ujungnya, orang yang suka tersenyum sebagai tanda perasaan bahagia ternyata lebih panjang umurnya selama tujuh tahun dibandingkan dengan mereka yang suka marah (Abel & Kruger, 2010). “Kita tidak harus pintar melucu, tetapi cukup punya selera humor: bisa tersenyum ikhlas atau bahkan tertawa lepas ketika ada yang lucu memapar kita,” kata Rektor UII. (lip)
There is no ads to display, Please add some