Diperkirakan Satu Bulan Lagi TPST Piyungan Tak Mampu Menampung Sampah

beritabernas.com – Diperkirakan dalam satu bulan lagi TPST (Tempat Pengolahan Sampah Terpadu) Piyungang, Bantuk tidak akan mampu lagi menampung sampah. Karena itu, mulai saat ini pemerintah daerah maupun masyarakat agar melakukan pengelolaan atau pengolahan sampah secara mandiri sehingga tidak lagi dibuang ke TPST Piyungan.

Menurut Kusno Wibowo ST MSi, Wakil Kepala Dinas PUP dan ESDM DIY, TPST Piyungan yang dibangun tahun 1994 dan mulai beroperasi pada 1996 dengan luas 12,5 ha diperkirakan mampu menampung hingga tahun 2025.

Namun, perkiraan itu meleset. Sebab, sesuai prediksi awal jumlah sampah hingga tahun 2022 hanya sebanyak 600 ton per hari. Namun ternyata mencapai 700 ton per hari. Bahkan pada hari Lebaran mencapai 800 ton sampah per hari.

Dengan banyaknya sampah per hari, maka menurut Kusno, diperkirakan dalam satu bulan mendatang
TPA existing yang ada di Piyungan sudah tak mampu lagi menampung jumlah sampah yang luar biasa itu. Karena itu, sampah harus dikelola dengan baik.

Untuk itu, pemerintah daerah sudah mulai menyiapkan lokasi pengolahan sampah berteknologi,dengan skema KPBU (Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha) seluas 5,8 ha di lahan yang baru. Menurut rencana, tempat pengolahan sampah berteknologi tersebut mulai beroperasi tahun 2025.

Sebelum tempat tersebut beroperasi maka pada tahun 2022 ini pemerintah menyediakan lahan transisi seluas 2,1 ha menggunakan metode Sanitary Landfill, yakni sistem pengelolaan atau pemusnahan sampah dengan cara membuang dan menumpuk sampah di lokasi cekung, memadatkannya, kemudian menimbunnya dengan tanah. Proses ini dilakukan di lahan transisi, sebelum akhirnya sampah dibawa ke tempat yang baru.

Dengan menggunakan metode Sanitary Landfill ini, menurut Kusno yang dikutip beritabernas.com dari laman resmi Pemda DIY, diharapkan efek seperti air lindi dan yang lainnya dapat diminimalisir. “Air lindi yang keluar dari isolasi pengolah lindi akan ramah lingkungandan tidak mencemari persawahan, aman untuk pengairan dan sebagainya,” kata Kusno.

Menurut Kusno, lahan transisi ini mampu menampung sampah dalam kurun waktu 3 tahun. Sementara itu, masyarakat diminta ikut mengurangi beban hilir dengan mengurangi sampah di hulu. Salah satu cara adalah dengan memilah sampah.

“Sebaiknya sampah dikumpulkan, lalu dipilah. Sampah organik dijadikan satu dengan sampah organik, sampah plastik dijadikan satu dengan sampah plastik sehingga masih bisa dimanfaatkan kembali,” kata Kusno.

Dikatakan, pemerintah juga sudah mulai memikirkan cara pendistribusian sampah ke TPST Piyungan, agar sampah organik dan plastik yang sudah dipisahkan dari rumah tangga tidak tercampur saat pengangkutan. Salah satu cara yang dimungkinkan dengan menentukan satu hari dalam seminggu, khusus untuk mengangkut sampah plastik atau anorganik. (lip)




Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *