Filfafat Pendidikan Reabilitanisme

Oleh: Ali Mansur Monesa

beritabernas.com – Bangsa yang besar dapat tumbuh dan bertahan apabila pendidikannya tetap dijaga keutuhannya. Sebab dengan pendidikan yang baik-revolusioner-perubahan serta perkembangan suatu bangsa tetap tumbuh secara progresif.

Fenomena pendidikan tak henti-henti menjadi wacana publik yang sering dikampanyekan melalui gerakan/ parlemen jalanan maupun lembaga pendidikan. Sebagai bangsa besar penting kita merawat dan menjaga mutu pendidikan sebagai upaya untuk tetap tumbuh menjadi bangsa yang besar dan bangsa yang kuat.

Maka refleksi nilai-nilai pedagogi dan menyumbang ide untuk kemajuan bangsa dalam dunia pendidikan sangat penting. Penulis memahami bahwasanya problem pendidikan harus dibangun melalui suatu paham tentang filsafat pendidikan realisme sebagai kacamata untuk menelaah lautan pendidikan secara akademis.

Filsafat pendidikan realisme merupakan aliran filsafat yang di pelopori filsuf eropa seperti Jhon Loce Francis Bacon dan lain-lain. Prinsip utama aliran realisme adalah filsafat realisme merupakan suatu aliran filosofis aliran realisme mempercayai bahwa objek indera kita adalah nyata dan benar-benar ada. Segala sesuatu yang ada, dan keberadaannya tidak tergantung pada pengetahuan serta persepsi pada pemikiran yang ada dalam diri manusia.

BACA TULISAN LAINNYA:

Bahwa Suatu pengetahuan harus berdasarkan pada realitas yang benar ada dan dapat dibuktikan secara ilmiah melalui fakta, dalam pendidikan realisme, metode pendekatannya ditekankan kepada pengalaman langsung siswa berhubungan dengan penerapan konsep pembelajaran dalam kehidupan sehari-hari.

Tipe pendidikan realisme, antara lain siswa diajarkan untuk menemukan realitas melalui proses logis, siswa diajarkan untuk mempelajari dunia alami, keterampilan menyelidiki dan metode ilmiah. Dalam ruang kelas pendidikan realisme, guru berperan sebagai fasilitator yang memberikan ide dasar dan kesempatan kepada siswa untuk mempraktekkan subjek atau bahan ajar sesuai kondisi yang di alaminya. Dealektika menjadi sangat penting untuk merumuskan pengetahuan siswa. Pembelajaran realisme yang sering digunakan adalah percobaan/ praktek serta demonstrasi di dalam laboratorium.

Filosofi Realibitanisme

Aliran filsafat realisme atau sering disebut realibilitanisme adalah suatu aliran filsafat yang memandang bahwa dunia materi sesuatu yang benar-benar ada atau terjadi. Dunia ini mempunyai hakikat realitas terdiri dari dunia fisik dan dunia rohani.

Pokok pemikiran realisme yaitu (1) pengetahuan adalah gambaran atau kopi yang sebenarnya dari apa yang ada dalam alam nyata. Hal ini tidak ubahnya seperti sebuah gambar hasil lensa kamera yang merupakan representasi dari gambar aslinya. (2). Suatu teori dianggap benar bila memang riil, dan secara subtantif ada, dan memang benar, bukan menyajikan fiksi. (3). Konsep filsafat menurut realisme adalah Metafisika-realisme, Humanologi-realisme; Epistemologi-realisme, Aksiologi-realisme. (4) Hakikat realitas terdiri atas dunia fisik dan dunia rohani.

Dalam filsafat realibilitanisme pendidikan  lebih dihargai dari pada pengajaran sebab proses pendidikan mengembangkan semua kemampuan siswa (manusia). Kata kuncinya ialah pendidikan tidak boleh memisahkan keseharian siswa dengan realitas kehidupan manusia. Sebab Pendidikan di pandang sebagai cahaya pemandu kebenaran etika manusia.

BACA JUGA:

Pendidikan bukan sebuah proses menjadi di ruang kosong menusia melainkan ia harus melalui sebuah  proses “mengada” dalam diri manusia. Dengan perkenalkan apapun ilmu yang seharus di berikan di ajarkan melalui sebuah proses bertahap dapat di buktikan melalui fakta indrawi dan logis, pengajaran harus berdasarkan pengujian fakta pembanding harus di dekatkan pada pengalaman kehidupan peserta didik agar lebih mudah di serap, di pahami bukan sekedar pengajaran kosong tanpa proses dialektis sebagai proses memperoleh kebenaran pengatahuan ilmiah.

Francis Bacon (1561-1626) adalah salah satu tokoh aliran realisme alam. Pemikiran Francis Bacon tentang realisme: 1) Filsafat sains. Bacon terkenal karena filsafat sainsnya yang menekankan pentingnya pengamatan dan penalaran induktif untuk memperoleh pengetahuan ilmiah. 2) Eksperimen ilmiah. Bacon berpendapat bahwa eksperimen ilmiah yang terkendali sangat penting untuk memahami alam. 3)Logika induktif. Bacon mengusulkan penggunaan logika induktif untuk menggantikan logika tradisional yang dikembangkan oleh Aristoteles. 4) Kekeliruan. Bacon membagi kekeliruan menjadi beberapa jenis, seperti kekeliruan akibat pemikiran sempit, kesukuan, keterbatasan penguasaan bahasa, dan norma sosial.

Realisme adalah aliran dalam ilmu pengetahuan yang memandang bahwa objek pengetahuan manusia berada di luar diri manusia itu sendiri. Realisme percaya bahwa semua pengetahuan berasal dari pengalaman di dunia nyata.

Pendidikan Realibitanisme atau Realisme merupakan suatu konsep perkawinan indra dengan realitas sosial sebagai basis pembentukan ilmu pengetahuan secara ilmu dan logis. Guru realisme adalah guru yang berperan penting sebagai fasilitator serta otoritas dalam memberikan pengetahuan kepada siswanya tanpa menghindari dialektika sebagai proses. Guru memahami metode dan fakta yang menyusun suatu disiplin ilmu sebagai indikator keilmiahan logis ilmu pengetahuan

Sebagai realisme filsafat pendidikan memiliki beberapa prinsip, sebagai berikut: dunia luar berdiri sendiri dan tidak tergantung pada keberadaan manusia,  Realitas dapat diketahui secara logis melalui pikiran manusia yang berhubungan dengan indra. Objek indera dalam Aliran realisme adalah yang nyata dan benar-benar ada.

Keberadaan sesuatu tidak tergantung pada pengetahuan dan persepsi manusia, tetapi melalui refleksi berdasarkan fakta yang logis. Tujuan filsafat realibitanisme atau dengan kata lain filsafat realisme harus Menyesuaikan diri dalam hidup agar Mampu melaksanakan tanggung jawab sosial berdasarkan fungsi kemanusiaannya

Dalam proses pembelajaran, guru realisme berperan sebagai fasilitator pemandu ide yang memberikan ide dasar kepada siswa sebagai bola pancing lalu siswa di biarkan bertindak dalam kintrol pendidik. Setelah itu, siswa diberi kesempatan untuk mempraktikkan bahan ajar yang sedang dipelajari sebagai evaluasi akhir. (Ali Mansur Monesa, Alumni UPY Yogyakarta)


There is no ads to display, Please add some

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *