beritabernas.com – Salah satu kader setia dan loyal pada PDI Perjuangan Antonius Fokki Ardiyanto S.IP secara tegas mengingatkan bahwa PDI Perjuangan Kota Yogyakarta tidak untuk dijual (not for sale).
Selain itu, PDI Perjuangan juga bukan milik elit partai, tapi milik semua kader partai yang telah berjuang dan masih setia bersama partai dengan keringat, air mata, darah dan bahkan nyawa.
“Saya sekali lagi mohon kepada kawan kawan yang sekarang menjabat elit partai dan dulu berjuang bersama di tingkat lokal jangan jual partai ini. Banteng (PDI Perjuangan, red) not for sale,” tegas Antonius Fokki Ardiyanto yang akrab disapa Fokki dalam siaran pers yang diterima beritabernas.com, Selasa 20 Agustus 2024.
Hal ini disampaikan Fokki Ardiyanto setelah hingga 7 hari menjelang dibukanya pendaftaran Calon Walikota dan Wakil Walikota untuk mengikuti Pemilihan Walikota Kota Yogyakarta pada November 2024, PDI Perjuangan Kota Yogyakarta sebagai satu-satunya partai yang mempunyai golden tiket untuk bisa mendaftar sendiri pasangannya di KPU Kota Yogyakarta belum juga ada kejelasan siapa yang diusung dalam konteks mendapat rekomendasi DPP PDI Perjuangan.
Bahkan menurut sumber yang dapat dipercaya, kata Fokki Ardiyanto, hal ini terjadi karena sikap politik pemangku kebijakan di DPC PDI Perjuangan Kota Yogyakarta tidak jelas.
Menurut Fokki Ardiyanto, setelah membuka pendaftaran bakal calon (balon) Walikota dan Wakil Walikota beberapa waktu lalu, sejumlah orang mendaftar ke DPC PDI Perjuangan Kota Yogyakarta, yakni:
1. Calon Walikota: Satya Bilal (Pengurus DPC), Gunawan Hartono (kader) dan Wawan Harmawan (punya KTA baru).
2. Calon Wakil Walikota: Widi Praptomo (Pengurus DPD PDI Perjuangan), Fokki Ardiyanto (Pengurus PAC) dan Wirmon Samawi (kader).
Namun, sampai saat ini tidak ada langkah-langkah nyata dan riil dari DPC PDI Perjuangan Kota Yogyakarta dalam gerakan pemenangan pilkada yang satu barisan bahkan dalam apel siaga dengan biaya dari Ketua DPP Bidang Kehormatan Partai Komarudin Watubun. Para bakal calon walikota dan wakil walikota yang telah menjaga marwah partai dan telah mendafta, tidak diundang.
Bahkan menurut Fokki, forum tersebut dijadikan forum “atraksi sirkus” oleh oknum oknum DPC PDI Perjuangan untuk menjilat elit elit DPP demi kepentingan sendiri, sementara partai hanya dijadikan alat untuk pembenar perilaku politiknya.
Bahkan acara sakral Haul Bung Karno yang seharusnya dijadikan momentum konsolidasi partai dalam konteks pemenangan pilkada, juga hanya dijadikan atraksi sirkus oleh oknum-oknum pemangku kebijakan di DPC PDI Perjuangan.
BACA JUGA:
- PDI Perjuangan Mempertanyakan Alasan Presiden Jokowi Melakukan Reshuffle Kabinet
- Mengaku Aktivis dan Kader Perubahan Minta Joko Widodo jadi Ketua Umum DPP Partai Golkar
Melihat situasi dan kondisi partai dalamn konteks Pilkada Kota Yogyakarta, tidak ada gerakan apa pun untuk konsolidasi kegotong-royongan pemenangan pilkada. Bahkan ada indikasi pelemahan gerakan partai yang dilakukan oleh oknum-oknum DPC PDI Perjuangan dengan tujuan akhir kekalahan partai dalam konteks pilkada Kota Yogyakarta.
Karena itu, Fokki dengan sangat terpaksa meminta oknum-oknum DPC PDI Perjuangan agar kembali kepada marwah partai. Ia mengingatkan peristiwa Haryanto Taslam, Roy BB Janis, Laksamana Sukardi dan Arifin Panigoro serta yang terbaru Budiman Sudjatmiko dan Maruarar Sirait yang dulu adalah pejuang-pejuang partai dan setia kepada Megawati Soekarnoputri, namun ketika merasakan nikmatnya kekuasaan, termasuk Jokowi, Gibran dan Boby, mereka berpaling.
“Saya paham betul oknum-oknum DPC yang dimaksud dulu adalah pejuang partai tapi proses sekarang menjadi elit partai saya juga paham betul. Maka saya sekali lagi mohon kepada kawan-kawan saya yang sekarang menjabat elit partai dan dulu berjuang bersama di tingkatan lokal jangan jual partai ini. Banteng not for sale,” tegas Fokki Ardiyanto lantang. (lip)
There is no ads to display, Please add some