Hipma Alor Kecam Asprov PSSI NTT karena Dianggap Tidak Peduli pada Atlet Sepak Bola

beritabernas.com – Himpunan Pelajar Mahasiswa Alor, NTT, di Yogyakarta, mengecam keras Asosiasi Provinsi (Asprov) PSSI NTT karena dianggap tidak peduli terhadap perkembangan dan kesejahteraan atlet sepak bola, khusnya tim Persebata Lembata yang mewakili Provinsi Nusa Tenggara Timur NTT) dalam ajang Soeratin Cup 2024 yang digelar Yogyakarta.

Dalam perhelatan nasional Soeratin Cup 2024 ini, Persebata Lembata U-15 yang mewakili NTT di Yogyakarta, sama sekali tidak diperhatikan oleh Asosiasi Provinsi PSSI NTT. Hal ini terbukti, saat menuju tempat pertandingan anak-anak sangat terlambat karena kekurangan akomodasi. Padahal mereka menghadapi pertandingan perdana melawan Riau.

Dengan melihat kondisi ini, tidak ada keseriusan dari Asosiasi PSSI Provinsi NTT untuk memperhatikan bibit-bibit unggul muda yang lahir dari NTT untuk bersaing di kanca yang lebih tinggi 

“Karena demi NTT kami nekad jalan. Asprov hanya suruh jalan, tapi tidak peduli dengan urusan kami. Transportasi, penginapan, makan minum di Yogyakarta, kami urus sendiri. Askab Lembata bantu sedikit dana dan yang lain kami minta orang-orang Lembata di Jogja yang kami kenal. Jadi memang kami kecewa,” ungkap Jei, salah satu pengurus Persebata Lembata, Senin 9 Desember 2024.

BACA JUGA:

Sementara Syukur, Ketua Umum Himpunan Pelajar Mahasiswa Alor Yogyakarta, mengaku khawatir bagaimana dengan anak-anak selama berada di Jogja, apalagi nanti pulang. “Begini saja Asprov tidak peduli. Beruntung di sini (Jogja, red) ada mahasiswa Lembata yang bisa membantu memasak bahkan kumpul uang support kita,” kata Syukur.

Ia mengaku sangat kecewa dengan sikap Asprov PSSI NTT yang terkesan abai terhadap perkembangan atlet sepak bola di wilayah NTT. Mereka seharusnya menjadi garda terdepan dalam mengelola dan memajukan sepak bola di NTT, namun yang terjadi justru sebaliknya.

Ia pun meminta Asprov PSSI NTT agar perlu membuka mata besar-besar. Jangan jadi penjahat yang merusak mimpi anak muda karena jabatan yang diemban fungsinya untuk melihat perkembangan anak muda, bukan tutup mata tidur nyenyak tampa beban.

“Anak anak di sini jadi sengsara padahal mereka berjuang membawa nama NTT. Kalau tidak mampu lagi lebih baik jangan meduduki jabatan itu. Mundur saja, jangan jadi penjahat berdasi,” kata Faridh Masang, Ketua Divisi Pendidikan Hipma Yogyakarta.

Beberapa masalah yang menjadi sorotan utama adalah kurangnya asupan gizi bagi pemain. Hal ini berpengaruh terhadap kualitas bermain. Selain itu, tidak ada akomodasi. Para atlet tidak mendapatkan akomodasi sepeser pun dari Asprov PSSI NTT.

“Kami mendesak Asprov PSSI NTT untuk segera mengambil langkah konkret dalam menangani permasalahan ini yakni dukungan finansial yang memadai untuk para atlet. Tanpa langkah-langkah nyata dari Asprov, sepak bola di NTT akan terus mengalami kemunduran dan talenta-talenta muda akan semakin terpinggirkan,” kata Fardih seraya berharap kritik ini dapat menjadi dorongan bagi Asprov PSSI NTT untuk lebih peduli dan bertanggung jawab dalam menjalankan tugas dan fungsinya demi kemajuan sepak bola di NTT. (*/lip)


There is no ads to display, Please add some

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *