beritabernas.com – Demonstrasi yang terjadi dalam beberapa waktu terakhir telah memberikan dampak yang tidak baik bagi investor. Bahkan unjuk rasa anarkis yang terjadi akan semakin memperparah kondisi iklim investasi. Investor melakukan wait and see, menunggu situasi sosial politik kembali stabil dan tenang.
“Ketidakpercayaan rakyat kepada wakil rakyat, aparat dan pemerintah memunculkan rasa khawati dari para investor. Dalam situasi kemampuan pemerintah yang sedang terbatas, dana investasi swasta yang diharapkan akan dapat menggairahkan perekonomian, karena kesempatan kerja bertambah dan diharapkan pertumbuhan ekonomi semakin meningkat,” kata Purnawan Hardianto, Anggota Bidang Ekonomi Pembangunan dan Regional ISEI Cabang Yogyakarta yang juga Dosen UKWD Yogyakarta, seperti dikutip Y Sri Susilo, Sekretaris ISEI Cabang Yogyakarta, dalam siaran pers yang diterima beritabernas.com, Senin 1 September 2025.
Menurut Purnawan, dalam situasi seperti ini diharapkan pejabat, wakil rakyat dan aparat dapat memberikan pernyataan yang menyejukan rakyat, bukan malah membuat emosi rakyat terpancing.Sementara Ahmad Ma’ruf, Koordinator Abdimas ISEI Cabang Yogyakarta yang juga Dosen FEB UM, mengatakan, demonstrasi anarkis yang berlanjut akan membuat ekonomi kontraksi dalam kangka pendek. Kepongahan oknum dewan dan kebijakan yang tidak peka kondisi masyarakat menimbulkan biaya sosial dan ekonomi. Sikap polisi yang tidak profesional semakin memicu reaksi negatif dari rakyat.
“Ujungnya stabilitas ekonomi terkoyak dan menjadikan kondisi ekonomi semakin berat termasuk iklim investasi yang tidak kondusif,” kata Ma’ruf.
Baca juga:
- Roundtable Dialog Indonesia-Australia: Mendorong Kerjasama Investasi AI untuk Penciptaan Lapangan Kerja Generasi Muda
- Hadapi Dinamika Eksternal dan Internal, Kadin DIY dan ISEI Melaunching Komite Ketangguhan Ekonomi Yogyakarta
Sedangkan Dian Ari Ani (Bankir/Pengusaha) yang juga Bendahara Kadin DIY mengatakan, maraknya unjukrasa membuat IHSG ambruk 2,69% ke 7.620 pada sesi pembukaan Senin 1 September 2025, lalu anjlok 3,51%.
Menurut Dian, nyaris semua saham merah di tengah kekhawatiran kerusuhan lanjutan yang terjadi pada awal minggu ini. Berikutnya dimungkinan Rupiah akan melemah khususnya terhadap dollar AS, kemudian diikuti kerugian di sektor bisnis/dunia usaha.
“Melemahnya Rp tersebut dapat mendorong terjadinya kenaikan harga barang dan jasa, baik melalui imported inflation dan cost push inflation,” kata Dian, Bendahara ISEI Cabang Yogyakarta.
Kondisi ini tentu kurang menguntungkan bagi daya beli masyarkat. Unjuk rasa yang berkepanjangan juga dapat beberapa negara mengeluarkan travel warning bagi warga negaranya yang akan berkunjung atau berlibur ke Indonesia.
“Demo yang berlarut-larut tanpa respons kebijakan yang jelas akan memperdalam ketidakpercayaan. Investor tidak semata menilai fundamental ekonomi, tetapi juga kualitas governance dan kapasitas negara dalam mengelola konflik sosial,” kata Jonathan EW (Ekonom Muda ISEI Cabang Yogyakarta).
Dikatakan, kecepatan dan kualitas respons pemerintah menjadi faktor penentu apakah pasar akan kembali percaya atau justru semakin ragu. Fakta ini mengingatkan kita bahwa pertumbuhan ekonomi tidak dapat dipisahkan dari stabilitas politik dan sosial.
“Tanpa fondasi tersebut, segala proyeksi pertumbuhan hanya menjadi angka yang rapuh,” tegas Jonathan yang juga alumnus Prodi Ekonomi Pembangunan FBE UAJY.
Y Sri Susilo pun berharap unjuk rasa tidak berkepanjangan dan segera berakhir. Sebab, demonstrasi yang disertai dengan kerusuhan jelas merugikan aktivitas ekonomi dan non-ekonomi. Bahkan beberapa kota sudah menerapkan Work from Home (WfH) dan belajar serta kuliah daring. Kondisi ini tentu akan mengurangi produktivitas.
“Roda aktivitas ekonomi baik produksi dan distribusi akan terganggu denga nada unjuk rasa yang disertai dengan kerusuhan,” kata Y Sri Susilo, Sekretaris ISEI Cabang Yogyakarta yang juga Dosen Ekonomi Pembangunan FBE UAJY. (lip)
There is no ads to display, Please add some