beritabernas.com – Setelah sempat terpuruk selama hampir dua tahun akibat pandemi Covid-19 yang melanda dunia, termasuk Indonesia hingga DIY sejak Maret 2020, ekonomi Indonesia termasuk DIY kini membaik. Salah satu indikator membaiknya ekonomi Indonesia, menurut Staf Khusus Menteri Keuangan Yustinus Prastowo adalah pertumbuhan ekonomi yang mencapai 5,01 persen pada kuartal pertama tahun 2022. Selain itu, penerimaan pajak tumbuh 51,49 persen pada April 2022.
Sementara khusus di DIY, menurut Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) DIY Parjiman, pada tahun 2021 lalu pertumbuhan ekonomi mencapai 5,53 persen. Angka pertumbuhan ekonomi DIY tahun 2021 tersebut jauh di atas angka pertumbuhan di Jawa Tengah yang hanya 3,32 persen dan nasional 3,69 persen.
Hal ini seiring dengan perbaikan aktivitas ekonomi yakni mulai dibukanya kembali sektor pariwisata dengan persentase tingkat pengangguran terbuka turun menjadi 3,73 persen pada Februari 2022 dari 4,28 persen Februari 2021. Tercatat mobilitas masyarakat di DIY juga meningkat.
Hal ini seiring dengan penyesuaian pelonggaran kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang disebabkan adanya penyebaran virus Covid-19 varian delta dan omicron serta pemberlakuan cuti bersama libur Hari Raya Idul Fitri 2022 terjadi peningkatan mobilitas masyarakat di DIY di tempat-tempat umum.
Menurut Parjiman dalam acara Media Gathering di Hotel Amaranta Prambanan pada 25 Mei 2022, pertumbuhan tertinggi menurut lapangan usaha adalah Jasa Lainnya (24,30 persen), transportasi (17,80 persen). Sedangkan pertumbuhan tertinggi menurut pengeluaran adalah ekspor (18,87 persen), impor (10,63 persen) dan Pembentukan Modal Tetap Bruto (7,29 persen).
Dikatakan, pertumbuhan ekonomi secara global juga membaik. Mengutip data BPS, Parjiman menyebutkan bahwa pada triwulan I 2022 konflik Rusia-Ukraina mendorong kenaikan harga komoditas di pasar global. Beberapa komoditas unggulan ekpor Indonesia yang mengalami peningkatan harga pada triwulan I 2022 antara lain CPO, batu bara, minyak mentah, timah, tembaga dan nikel.
Sementara proyeksi PDB global 2022 oleh IMF diturunkan menjadi 3,6 persen pada bulan April 2022, sedangkan di negara Advanced Economies menjadi 3,3 persen (sebelumnya 3,9 persen) dan untuk negara berkembang turun 1 persen menjadi 3,8 persen menyusul masifnya dampak perang Ukraina dan Rusia. IMF menurunkan proyeksi PDB Indonesia tahun 2022 sebesar 0,2 persen menjadi 5,4 persen.
Menurut Parjiman, OJK akan terus mendukung kebijakan pemerintah untuk mendorong sektor usaha yang berdampak bagi pemulihan ekonomi nasional. Selain itu, OJK juga akan memperkuat koordinasi dengan para stakeholders dalam rangka menjaga stabilitas sistem keuangan.
Tantangan dan isu global ke depan, menurut Parjiman adalah untuk pandemi menyangkut varian baru Covid-19 (ex. Delta & Omicron), ketersediaan dan penurunan efikasi vaksin, pemberian vaksin booster dan kebijakan pembatasan mobilitas. Sedangkan tantangan ekonomi global adalah tren peningkatan inflasi akibat penyebaran varian Omicron, perang di Ukraina, meningkatnya harga bahan bakar dan makanan serta ancaman bencana alam terkait perubahan iklim. (lip)
, or
There is no ads to display, Please add some