beritabernas.com – Kunjungan rumah bagi orang lanjut usia (lansia) harus menjadi gerakan sosial bersama. Gerakan ini akan menjadi makin kuat melalui peran para kader, relawan, mediator, pendamping yang menjadi pelaku dan ujung tombak gerakan.
Gerakan sosial bersama ini hendaknya dijaga dengan semangat kebersamaan dan keberlanjutannya melalui kreativitas strategi dan kemandirian dari masing-masing komunitas.
“Hal ini memang bukan hal yang mudah, namun gerakan bersama ini akan semakin menguatkan kita untuk tetap meneruskan kunjungan rumah bagi lansia yang House Bound (HB) maupun Bedridden (BR) sebagai wujud nyata kepedulian kepada lansia,” kata Prof Dr drg Yvonne Suzy Handajani MKM, Kepala
Pusat Penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya Jakarta pada Pertemuan Pemangku Kepentingan Kunjungan Rumah bagi Lansia yang dilaksanakan di di Gedung Wisanggeni Komplek Kepatihan Yogyakarta, pada 19 September 2025.
Pertemuan ini merupakan puncak dari Impact Project: Kunjungan Rumah bagi Lansia pada bulan Juni hingga September 2025 yang dilaksanakan bersama atau kolaborasi University of Southampton (Inggris), Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya (Jakarta) dan Indonesia Ramah Lansia (IRL).

Menurut Prof Yvonne Suzy Handajani, manfaat kunjungan rumah pada lansia house bound atau lansia yang sudah tak dapat lagi keluar rumah dan BR atau terbaring di tempat tidur adalah untuk meningkatkan kesehatan fisik dan mental. Dalam hal ini dilakukan deteksi dini dan pemantauan penyakit, pencegahan komplikasi, peningkatan kesehatan psikososial, kenyamanan di lingkungan yang akrab dan peningkatan kesejahteraan spiritual.
Selain untuk meningkatkan kesehatan mental dan fisik, menurut Prof Yvonne Suzy Handajani, manfaat kunjungan rumah bagi lansia juga untuk melakukan perawatan secara personal, mengurangi biaya rawat inap dan perawatan kesehatan.
“Pengembangan perawatan secara personal hanya akan berhasil jika kunjungan rumah terintegrasi dengan program kesehatan masyarakat yang lebih luas dan didukung oleh Puskesmas. Sementara kunjungan rumah secara teratur dan perawatan proaktif dapat secara signifikan mengurangi kebutuhan rawat inap berulang, terutama untuk mengelola penyakit kronis dan pemulihan dari kejadian akut. Hal ini dapat tercapai bila ada kontrbusi tenaga kesehatan profesional dan didukung sistem penyediaan/ manajemen kasus dengan perawatan jangka panjang yang lebih luas,” kata Prof Yvonne Suzy Handajani.
Komitmen bersama
Sementara Dr Elisabeth Schröder-Butterfill BA MSc DPhil dari Department of Gerontology Faculty of Social Sciences University of Southampton, United Kingdom (UK)/Inggris, mengatakan, kehadiran para Pemangku Kepentingan Kunjungan Rumah bagi Lansia pada pertemuan tersebut sebagai bentuk komitmen bersama untuk menciptakan dunia dimana setiap orang dapat mengalami kesehatan, rasa hormat dan perawatan yang baik di usia tua.
Baca juga:
- Kunjungan Rumah bagi Lansia, Program Kolaboratif University of Southampton, Universitas Atma Jaya Jakarta dan IRL
- Aplikasi Elder Care Monitor Memudahkan Pengguna Memantau Kesehatan Orang Lansia
Menurut Elisabeth Schröder-Butterfill, temuan utama dari program ini adalah kebanyakan orang lansia tetap aktif, tetapi sebagian memerlukan perawatan dan dukungan insentif. Selain itu, terdapat berbagai hambatan pada perawatan untuk mengakses layanan kesehatan.
“Orang lansia yang terbatas monilitas dan tinggal di rumah (house-bound) cenderung terpinggirkan dari partisipasi dalam kegiatan kesehatan masyarakat, seperti posyandu lansia. Keluarga memang memberikan perawatan, namun mereka kerap merasa kewalahan. Mereka kekurangan bimbingan, dukungan dan pengakuan. Pelayanan perawatan keluarga-yang seringkali ditanggung oleh perempuan-kurang dihargai dan jarang dilihat oleh masyarakat umum,” kata Elisabeth Schröder-Butterfill yang fasih berbahasa Indonesia itu.
Menurut Elisabeth Schröder-Butterfill, kunjungan rumah memperluas layanan kesehatan bagi lansia yang tidak dapat keluar rumah melalui pemeriksaan kesehatan, nasehat kesehatan dan rujukan ke layanan kesehatan. Mereka memberikan dukungan kepada pengasuh keluarga melalui bimbingan, informasi dan dorongan.
“Kunjungan rumah juga untuk mengurangi kesepian dan meningkatkan keterlibatan lansia dalam masyarakat melalui kunjungan dan obrolan,” kata Elisabeth Schröder-Butterfill.
Elisabeth Schröder-Butterfill mengatakan, kunjungan rumah bagi lansia sangat penting untuk menjangkau dan memantau para lansian yang tidak bisa keluar rumah. Apalagi jumlah lansia di Indonesia meningkat pesat.

Menurut data statistik, penduduk lanjut usia (Badan Pusat Statistik, 2021) menunjukkan 1 dari 7 orang di Jawa kini berusia di atas 60 tahun. Sebagian besar masih sehat dan aktif, tetapi banyak pula yang mengalami penurunan kondisi akibat sakit, jatuh atau demensia. Sebagian lansia bahkan tidak bisa meninggalkan rumah (house-bound) dan beberapa sepenuhnya bergantung pada orang lain untuk perawatan (care-dependent atau frail).
“Keterbatasan fisik atau kognitif itu membuat banyak lansia house-bound mengalami beberapa hambatan dalam menjangkau layanan kesehatan primer,” kata Elisabeth Schröder-Butterfill seraya menambahkan bahwa program Impact Project: Kunjungan Rumah bagi Lansia merupakan upaya untuk mengatasi masalah tersebut.
Dikatakan, program Impact Project: Kunjungan Rumah bagi Lansia menegaskan bahwa kunjungan rumah bukan sekadar layanan tambahan, tetapi kebutuhan nyata bagi lansia yang sudah tak dapat lagi keluar rumah. Dukungan dari relawan dan komunitas membuktikan bahwa pelayanan sederhana namun konsisten mampu meningkatkan kualitas hidup lansia sekaligus meringankan beban keluarga,” katanya. (lip)
There is no ads to display, Please add some