beritabernas.com – Manipulasi suara melalui WhatsApp Mod dapat menjadi tantangan besar bagi proses investigasi forensik digital. Sebab, dengan menggunakan aplikasi seperti WhatsApp Mod, suara asli pengguna dapat diubah menjadi suara yang berbeda, sehingga sulit diidentifikasi oleh pihak berwenang.
Hal ini menjadi sorotan penting dalam penelitian yang menjadi tesis Hanifah Mardhatillah, Mahasiswa Program Magister Informatika, FTI UII. Dengan judul Anti-Forensik Voice Note Menggunakan WhatsApp Mod di bawah bimbingan Dosen Jurusan Informatika FTI Dr Yudi Prayudi M.Kom yang juga Kepala di Pusat Studi Forensika Digital (PUSFID) FTI UII Hanifah Mardhatillah membahas bagaimana manipulasi suara melalui WhatsApp Mod dapat menjadi tantangan besar bagi proses investigasi forensik digital.
Menurut Hanifah, WhatsApp merupakan salah satu aplikasi pesan instan paling populer dengan lebih dari 2 miliar pengguna aktif di seluruh dunia. Namun, seiring berjalannya waktu, muncul berbagai modifikasi aplikasi WhatsApp (WhatsApp Mod) yang menawarkan fitur tambahan yang tidak tersedia di aplikasi resmi.
Salah satu fitur yang paling kontroversial adalah kemampuan untuk mengubah suara dalam pesan suara (voice note). Fitur ini dapat memanipulasi suara asli pengguna menjadi suara yang sangat berbeda, seperti suara robot, bayi, remaja hingga orang mabuk.
Menurut Hanifah, penelitian ini bertujuan untuk membuktikan bahwa fitur voice note pada WhatsApp Mod merupakan salah satu alat anti-forensik yang efektif, yang dapat mempersulit penyidik dalam melakukan penyelidikan.
Anti-Forensik
Hanifah Mardhatillah menjelaskan, anti-forensik merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan teknik atau metode yang dirancang untuk menghalangi proses penyidikan forensik. Dalam konteks digital, anti-forensik merujuk pada upaya untuk menyembunyikan, menghapus atau memalsukan bukti digital. Teknik ini sering digunakan oleh para pelaku kejahatan untuk menghapus jejak mereka, membuat penyidikan menjadi lebih sulit atau bahkan membuat bukti yang ditemukan tidak dapat digunakan di pengadilan.
Salah satu bentuk anti-forensik yang berkembang di dunia digital saat ini adalah melalui manipulasi rekaman suara. Dengan menggunakan aplikasi seperti WhatsApp Mod, suara asli pengguna dapat diubah menjadi suara yang berbeda, membuatnya sulit diidentifikasi oleh pihak berwenang.
Hanifah mengatakan, WhatsApp Mod adalah versi modifikasi dari aplikasi WhatsApp resmi yang dikembangkan oleh pihak ketiga. Aplikasi ini menawarkan fitur tambahan yang tidak ada di aplikasi resmi, seperti pengaturan privasi yang lebih ketat, tema yang dapat disesuaikan dan tentu saja fitur pengubah suara di dalam pesan suara. Pengguna dapat dengan mudah mengunduh WhatsApp Mod dari internet, meskipun aplikasi ini tidak tersedia di toko aplikasi resmi seperti Google Play atau App Store.
Salah satu fitur yang paling menarik perhatian adalah kemampuannya untuk mengubah suara dalam pesan suara. Fitur ini memungkinkan pengguna untuk mengirimkan pesan suara dengan suara yang diubah secara drastis, baik menjadi suara lebih tinggi atau rendah ataupun menjadi suara karakter tertentu, seperti suara robot. Meski fitur ini tampak menyenangkan, namun penggunaannya dapat menimbulkan konsekuensi serius ketika dimanfaatkan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.
Dampak Anti-Forensik WhatsApp Mod
Menurut Hanifah, enggunaan WhatsApp Mod dalam konteks anti-forensik memiliki dampak yang signifikan terhadap proses penyidikan hukum, terutama dalam kasus-kasus yang melibatkan bukti digital. Dalam proses penyidikan, rekaman suara sering kali menjadi salah satu bukti yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi pelaku atau korban dalam sebuah tindak kejahatan. Namun, ketika suara tersebut dimanipulasi menggunakan WhatsApp Mod, penyidik menghadapi tantangan baru dalam membedakan suara asli dan yang telah dimodifikasi.
Penelitian ini menunjukkan bahwa suara yang dimanipulasi menggunakan WhatsApp Mod memiliki perbedaan yang signifikan dibandingkan dengan suara asli. Dalam pengujian yang dilakukan, rekaman suara yang diubah menggunakan berbagai versi WhatsApp Mod (seperti FM, Fouad dan GB) menunjukkan hasil yang tidak identik dengan rekaman suara asli. Ini membuktikan bahwa aplikasi tersebut dapat berfungsi sebagai alat anti-forensik yang efektif, mempersulit penyidik dalam menentukan keaslian suara.
Bagaimana Penyidik Menyikapi Tantangan Ini?
Meski penggunaan WhatsApp Mod sebagai alat anti-forensik merupakan tantangan baru, ada beberapa langkah yang dapat diambil oleh penyidik untuk menghadapinya. Teknik-teknik audio forensik terus berkembang dan beberapa metode dapat digunakan untuk mendeteksi manipulasi suara.
Teknik forensik seperti pitch shifting, formant analysis dan spectrogram digunakan untuk menganalisis pola suara dan membandingkan rekaman yang dimanipulasi dengan suara asli. Proses ini melibatkan analisis detail dari frekuensi suara dan penggunaan perangkat lunak khusus untuk mendeteksi perubahan suara.
BACA JUGA:
- Kolaborasi Lintas Sektor Sangat Penting dalam Menghadapi Ancaman Siber yang Kompleks
- Strategi Keamanan dan Mitigasi Pusat Data Nasional Terhadap Serangan Siber
Hanifah menyebut beberapa tahapan dalam audio forensik, pertama, akuisisi. Tahap ini memastikan bahwa rekaman suara yang diperoleh adalah asli dan belum dimanipulasi. Kedua, penjernihan suara. Proses ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas rekaman suara, terutama jika terdapat gangguan seperti noise atau distorsi.
Ketiga, decoding. Pada tahap ini, rekaman suara dianalisis untuk mengidentifikasi elemen-elemen penting seperti intonasi, pitch dan formant. Keempat, pengenalan suara. Tahap terakhir ini adalah di mana rekaman suara dibandingkan dengan suara asli untuk menentukan apakah rekaman tersebut telah dimanipulasi.
Meski demikian, menurut Yudi Prayudi, hal yang paling penting adalah meningkatkan kesadaran pengguna terhadap risiko yang terkait dengan penggunaan aplikasi modifikasi seperti WhatsApp Mod. Aplikasi ini tidak hanya melanggar kebijakan penggunaan dari WhatsApp, tetapi juga dapat membahayakan data pribadi pengguna. WhatsApp Mod tidak memiliki standar keamanan yang sama dengan aplikasi resmi, yang berarti data pengguna lebih rentan terhadap peretasan atau penyalahgunaan.
Selain itu, pengguna juga perlu menyadari bahwa menggunakan WhatsApp Mod untuk tujuan manipulasi suara atau tindakan kriminal lainnya dapat memiliki konsekuensi hukum yang serius. Penegak hukum di berbagai negara, termasuk Indonesia, semakin menyadari ancaman yang ditimbulkan oleh aplikasi modifikasi dan mulai mengambil langkah-langkah untuk mengatasi masalah ini.
Yudi Prayudi menambahkan, di era digital ini, teknologi terus berkembang dan membawa banyak manfaat bagi kehidupan sehari-hari. Namun, kita juga harus menyadari bahwa teknologi dapat disalahgunakan, terutama dalam konteks anti-forensik seperti yang ditunjukkan oleh penggunaan WhatsApp Mod.
Oleh karena itu, penting bagi pengguna untuk berhati-hati dalam memilih aplikasi yang mereka gunakan dan untuk selalu mempertimbangkan risiko keamanan serta dampak hukum yang mungkin timbul.
Dalam menghadapi tantangan ini, penegak hukum dan penyidik digital forensik perlu terus mengembangkan kemampuan mereka untuk mengidentifikasi dan menganalisis bukti digital yang dimanipulasi. Dengan begitu, keadilan tetap dapat ditegakkan di tengah berkembangnya teknologi anti-forensik yang semakin canggih. (lip)
There is no ads to display, Please add some