beritabernas.com – Sebanyak lebih dari 1.500 perempuan baik lanjut usia (lansia), muda, remaja dan anak-anak dari 75 organisasi perempuan dari Jakarta, Surakarta, Malang, Amerika dan DIY mengenakan kebaya berbagai warna, gaya dan varian untuk memeriahkan peringatan Hari Kebaya Nasional (HKN) 2025 di Lapangan Brahma, Candi Prambanan, Kabupaten Sleman pada Kamis 24 Juli 2025 sore.
Hari Kebaya Nasional (HKN) yang diperingati setiap tanggal 24 Juli menjadi momentum penting untuk merayakan kekayaan budaya dan identitas perempuan Indonesia. Kegiatan ini sebagai salah satu langkah memperoleh pengakuan kebaya sebagai warisan budaya tak benda dan sebagai bukti bahwa kebaya memiliki dukungan dan terus berkembang mewarnai khazanah busana dunia.

Ketua Panitia Pelaksana HKN Dian S Prijomustiko mengatakan, tujuan dari peringatan Hari Kebaya Nasional adalah untuk mengajak seluruh perempuan Indonesia lintas generasi untuk melestarikan budaya bangsa yang luhur dengan Bangga Berkebaya. Selain itu, merayakan tanggal 24 Juli sebagai Hari Kebaya Nasional dengan SK Presiden RI Nomor 19 tahun 2023 dan ditetapkannya kebaya Indonesia bersama 4 negara yakni Singapura, Malaysia, Thailand dan Brunei Darussalam sebagai Warisan Budaya Tak Benda Dunia (World Intangible, Culture Heritage) pada 4 Desember 2024 di Asuncion Paraguay.
Para kesempatan itu, para hadirin juga menyaksikan lebih dari 1.000 peserta Parade Kebaya yang juga mengikuti Lomba Kebaya dan Lomba Tata Saji Jajanan Pasar Rose Brand. Selain itu, mereka juga menyaksikan musik angklung yang dimainkan lebih dari 600 orang dari 14 organisasi yang mengekspresikan kecintaan terhadap Tanah Air dan lagu-lagu daerah.
“Kami juga mempersembahkan gelar perdana Tari Kebaya Serumpun dari Sanggar Tari Wanitatama Yogyakarta,” kata Dian S Prijomustiko.

Sementara GKR Hemas, Wakil Ketua DPD RI dalam sambutan tertulis yang dibacakan oleh Gusti Putri PA X dalam Kegiatan Festival Bangga Berkebaya Seri 2 ini menyampaikan bahwa kebaya bukan sekadar busana, tetapi warisan sejarah dan identitas perempuan Nusantara yang telah melewati berbagai zaman dan pengaruh budaya, namun tetap lestari dengan keanggunan khasnya.
“Kebaya mencerminkan nilai kesantunan, kehalusan budi, dan kebanggaan perempuan Indonesia dalam menampilkan jati dirinya. UNESCO telah mencatat kebaya sebagai bagian dari Intangible Cultural Heritage (Warisan Budaya Takbenda) yang sedang dalam proses nominasi multinasional bersama 4 negara ASEAN. Keputusan ini disampaikan dalam sidang ke-19 Session of the Intergovernmental Commitee on Intangible Cultural Heritage (ICH) di Paraguay pada Rabu 4 Desember 2024. Nominasi kebaya diajukan Indonesia bersama dengan Brunei Darussalam, Singapura, Malaysia, dan Thailand,” kata GKR Hemas.
Kemudian pada tahun 2024, kebaya masuk dalam Daftar Representatif Warisan Budaya Takbenda Kemanusiaan (Representative List of the Intangible Cultural Heritage of Humanity).
BACA JUGA:
- GKR Hemas: Kebaya Merupakan Warisan Sejarah dan Identitas Perempuan Nusantara
- Peringati Hari Kebaya Nasional di Prambanan, Organisasi Wanita akan Gelar Parade dan Lomba
- Tari Kebaya Serumpun akan Ditampilkan Pertama Kali pada Peringatan Hari Kebaya Nasional 2025
GKR Hemas melalui Gusti Putri PA X menyampaikan apresiasinya kepada seluruh panitia dan peserta yang telah menyukseskan rangkaian acara ini. Beberapa kegiatan seperti Parade Bangga Berkebaya, menunjukkan bahwa kebaya bukan busana masa lalu, tapi busana masa depan yang hidup dan terus berkembang.
Apresiasi khusus diberikan untuk kreativitas para peserta dalam lomba tata saji jajanan tradisional, serta momen Berbagi Kebaya yang menjadi simbol penting akan semangat kebersamaan dan harapan akan pelestarian budaya yang damai. Pelestarian budaya tidak cukup hanya melalui dokumentasi sejarah, namun harus diwujudkan melalui praktik nyata.
“Saya mengajak semua perempuan Indonesia untuk terus bangga berkebaya. Karena dengan mengenakan kebaya, kita tidak hanya merawat warisan leluhur, tapi juga menyuarakan identitas dan harga diri bangsa kepada dunia,” kata GKR Hemas.

Kepala Bidang Pemasaran Dinas Pariwisata Kabupaten Sleman Kus Endarto yang ditemui usai acara menyambut baik gelaran ini. Ia berharap kegiatan ini bisa menjadi event tahunan yang terus berlanjut.
“Kami akan mencoba mengembangkan acara ini dengan lebih baik lagi dan bisa ditambah. Seandainya ada teman-teman dari UMKM menjual kebaya akan lebih bagus. Kita lihat juga di sini bahwa turis mancanegara juga memakai kebaya dan ini menjadi daya tarik tersendiri. Mereka bisa mencoba berkebaya di Candi Prambanan,” kata Kus Endarto.
Noviana mewakili Gen Z, peserta Kelompok Kembang Gunung dari Gunungkidul sangat antusias dengan acara ini. “Saya senang bisa ikut acara ini. Ini pertama kali buat kami ikut. Gen Z jangan malu berkebaya, lestarikan kebaya sampai kapanpun dan tetap percaya diri untuk berkebaya,” pesan Noviana.
Ada pula peserta peranakan Amerika-Indonesia yang bangga mengenakan kebaya. “Dengan berkebaya, saya merasa dekat dengan nenek moyang saya,” ujarnya. (Clementine Roesiani)
There is no ads to display, Please add some