Pancasila di Persimpangan Jalan Menuju Implementasi Nyata

Oleh: Maria Sertiana Naus, Mahasiswa Universitas Cendekia Mitra Indonesia  

beritabernas.com – Setiap tanggal 1 Juni, kita selalu memperngati Hari Lahir Pancasila. Ini adalah momen yang mengingatkan kita pada pentingnya Pancasila sebagai dasar negara. Tapi dari hal ini, tentu muncul pertanyaan, apakah nilai-nilai Pancasila benar-benar sudah diterapkan dalam kehidupan kita ataukah hanya sekadar slogan di keseharian kita?

Retorika tentang pentingnya Pancasila sering kita dengar, baik di panggung politik, institusi pendidikan, maupun dalam pidato resmi kenegaraan. Nilai-nilai seperti keadilan sosial, kemanusiaan, dan persatuan sering dijadikan slogan tanpa diiringi dengan kebijakan nyata yang mencerminkan prinsip-prinsip tersebut. Masalah ketimpangan sosialekonomi, praktik korupsi yang merajalela, serta konflik berbasis identitas menunjukkan bahwa Pancasila belum sepenuhnya hidup dalam tindakan sehari-hari.

Salah satu aspek yang paling mencolok adalah kegagalan dalam mewujudkan sila kelima, yaitu Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Data menunjukkan bahwa jurang antara yang kaya dan miskin semakin melebar. Akses terhadap pendidikan, kesehatan, serta pekerjaan masih didominasi oleh segelintir kelompok. Padahal, Pancasila mengamanatkan bahwa setiap warga negara memiliki hak yang sama untuk menikmati kesejahteraan.

BACA JUGA:

Di sisi lain, nilai Kemanusiaan yang Adil dan Beradab dalam sila kedua juga masih terabaikan. Kasus pelanggaran hak asasi manusia, diskriminasi, serta intoleransi masih menjadi luka yang belum sembuh. Pemerintah sering kali hanya bersikap reaktif bukannya proaktif dalam menangani masalah-masalah ini. Padahal, Pancasila seharusnya menjadi panduan utama dalam memperkokoh nilai-nilai kemanusiaan yang universal.

Menyikapi ini, diperlukan upaya nyata untuk membawa Pancasila keluar dari sekadar retorika menjadi implementasi. Pemerintah harus menunjukkan komitmen dengan merancang kebijakan yang benar-benar berpihak pada rakyat kecil, memperkuat penegakan hukum tanpa pandang bulu, serta menanamkan nilai-nilai Pancasila dalam pendidikan sejak dini.

Di sisi lain, masyarakat juga harus mengambil peran aktif dengan menghidupkan nilai-nilai gotong royong, toleransi, serta keadilan di lingkungan sekitar. Jika Pancasila hanya berhenti sebagai naraasi indah tanpa wujud nyata, maka kita telah gagal menghormati perjuangan para pendiri bangsa ini.

Hari Lahir Pancasila seharusnya menjadi momentum refleksi bag kita, bukan sekadar perayaan. Inilah saatnya kita bertanya, apakah kita benar-benar hidup dalam semangat Pancasila ataukah ideologi ini hanya tinggal simbol belaka?

Namun, optimisme harus tetap dijaga. Meskipun tantangan besar dihadapi, masih ada banyak individu dan komunitas yang dengan tulus menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Inisiatif-inisiatif lokal seperti gerakan sosial, aksi solidaritas, dan program pendidikan berbasis nilai kebangsaan menjadi bukti bahwa Pancasila masih relevan dan dapat dihidupkan kembali.

Oleh karena itu, kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta sangat penting untuk memastikan bahwa nilai-nilai Pancasila tidak hanya menjadi slogan, tetapi juga menjadi fondasi dalam setiap aspek kehidupan. Investasi dalam pendidikan moral dan karakter, penguatan institusi demokrasi, serta pengurangan ketimpangan sosial harus menjadi prioritas utama. Tanpa langkah nyata ini, kita hanya akan terus mengulang peringatan seremonial tanpa makna substantif.

Saatnya kita tidak hanya berbicara tentang Pancasila, tetapi benar-benar hidup dalam semangatnya. Dengan begitu, Pancasila tidak hanya menjadi penanda identitas bangsa saja, tetapi juga menjadi kekuatan yang membawa Indonesia menuju masa depan yang lebih adil, damai, dan sejahtera. (*)


There is no ads to display, Please add some

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *