Pekan Literasi Mengajak Orangtua Membacakan Buku dengan Nyaring kepada Anak-anak

beritabernas.com – Untuk memantik imajinasi anak bisa dilakukan dengan beragam cara. Salah satunya dengan membiasakan orangtua membacakan buku cerita kepada anak. Pola membaca yang baik akan memudahkan anak menangkap pesan yang terkandung dalam bacaan tersebut sekaligus memberikan kebebasan anak berimajinasi atas sebuah peristiwa yang terkandung dalam sebuah buku.

Hal tersebut yang terungkap dalam Pelatihan Read Aloud: Membaca Nyaring dan Menghidupkan Buku, yang digelar Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Wijaya Kusuma, Wedomartani, Sleman, DIY, Selasa 8 Oktober 2024. Pelatihan dalam rangkaian pekan literasi tersebut menghadirkan pembicara Sekjen PP FTBM Heni Wardatur Rahmah.

Saat menyampaikan materi, Heni menegaskan pentingnya orangtua mengenal lebih dulu isi buku yang akan dibacakan. Mulai dari tokoh, alur cerita, setting hingga pesan yang tersirat dalam bacaan tersebut. Sehingga bacaan yang tersaji memberikan edukasi yang tepat sesuai dengan jenjang usia anak. Selain itu, pilihan kata dan kalimat serta intonasi saat membacakan menjadi bagian penting yang perlu terus dilatih.

Peserta pelatihan mengajak anak-anak membaca buku, Selasa 8 Oktober 2024. Foto: AG Irawan/beritabernas.com

“Memahami kalimat perlu proses. Ketika melihat teks akan ada proses menghubungkan, memprediksi dan memvisualisasi sehingga anak mampu menemukan pemahamannya sendiri secara bebas. Misalnya, ada kata padang pasir. Imajinasi anak menggambarkan sebuah tempat berpasir yang lapang nan luas. Biarkan anak memberikan gambarannya sendiri tanpa kita tambahi dan kurangi kalimatnya,” ungkap Heni.

Heni yang juga founder dan pengelola TBM Mata Aksara di Sleman Yogyakarta ini mengaku, proses membacakan buku cerita dengan nyaring akan mengajak anak seolah mengalami sendiri peristiwanya. Memilih buku, lalu membacakan dengan suara jelas serta mengelola interaksi dengan gestur yang interaktif menjadikan cerita dalam buku lebih hidup.

Setelah membacakan ajak anak untuk membuat refleksi atas bacaan yang baru saja didengar. Biarkan anak-anak berimajinasi terkait dengan buku yang dibacakan. “Kita ajak anak-anak juga ikut melihat dan membaca teks serta gambar yang tersaji dalam buku tanpa ditambahi dan dikurangi. Maka posisi saat membacakan harus interaktif. Buat jarak pandang yang nyaman,” katanya.

BACA JUGA:

Sebelum membacakan buku cerita, lanjut Heni, orangtua atau pendidik perlu memilih buku bacaan yang bermutu untuk anak. Ada jenjang buku, mulai dari jenjang A, yaitu buku yang sederhana dengan banyak gambar dan huruf tercetak besar, pilihan kata juga mudah dipahami dengan kalimat yang pendek. Lalu, ada jenjang B dengan banyak gambar, tulisan mulai lebih kecil dan kalimat lebih panjang. Berlanjut buku jenjang C dengan konten lebih berbobot.

“Buku komik termasuk kategori jenjang C karena ada balon percakapan yang hurufnya kecil dengan kalimat dan tanda baca. Anak-anak SD biasanya A sampai C. Tapi tidak berkorelasi dengan umur. Biasanya anak-anak kecil senang dengan buku yang berwarna-warni,” terang Heni.

Selama acara berlangsung para peserta diajak praktek langsung permodelan pembacaan nyaring. Ada yang berperan sebagai pencerita ada yang mendengarkan. Pembacaan nyaring adalah membaca dengan suara yang keras tapi tidak harus berteriak. Syaratnya ada buku, ada anak dan ada yang membacakan. Tinggal kemauan untuk membacakan. Dalam konteks rumah ada orang tua, ada anak, ada teks yang akan dibacakan. Ketika anak mendengar ada proses interaksi. Maka ada proses sebelum, selama dan setelah membaca.

Pemateri Read Aloud Heni Wardatur Rahmah (kedua dari kanan) mengajak peserta mempraktekkan cara membaca buku cerita bergambar pada anak-anak, Selasa 8 Oktober 2024. Foto: AG Irawan/ beritabernas.com

Salah satu peserta dari Kota Yogyakarta Kuswoyo mengaku senang bisa ikut pelatihan membaca buku ini. “Materi dan penyampaiannya sangat menarik. Ternyata menjadi pendidik itu susah. Apalagi pendidik untuk anak-anak terutama saat memilih bacaan dan membacakannya. Kita, para orangtua perlu berlatih mengenali beragam bacaan untuk anak-anak,” kata dia.

Ketua Penyelenggara Pekan Literasi 2024 Hastuti mengapresiasi antusiasme para peserta yang ikut perhelatan ini. “Dalam Pekan Literasi yang digelar pada 8 hingga 17 Oktober 2024 para peserta mendapat materi Pelatihan Read Aloud, Menulis Aksara Jawa, Menulis Cerkak, Menulis Artikel dan Pelatihan Penguatan Jaringan Kemitraan,” ujar Hastuti yang keseharian mengelola TBM Wijaya Kusuma.

Gerakan literasi harus terus digaungkan agar minat baca masyarakat serta kecerdasan publik semakin meningkat. Tentu saja didukung dengan buku bacaan yang bermutu. Dengan membaca kita akan dimampukan untuk terus berkarya. (ag irawan)


There is no ads to display, Please add some

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *