Pengelola Bank Sampah Mandiri jadi Ujung Tombak Pengurangan Volume Sampah

beritabernas.com – Pengelola bank sampah mandiri menjadi ujung tombak dalam upaya pengurangan volume sampah yang dibuang. Namun sayangnya perhatian dan dukungan pemerintah terhadap mereka belum maksimal.

Karena itu, ke depan pengelola bank sampah mandiri perlu didukung secara maksimal untuk mengatasi masalah sampah di DIY.

Hal itu disampaikan Dr Eng Awaluddin Nurmiyanto ST M.Eng, Ketua Jurusan Teknik Lingkungan FTSP UII, pada acara Kunjungan Edukasi dengan topik “Penguatan Peran Bank Sampah dalam Mengurai Permasalahan Sampah di Yogyakarta, di Auditorium Kampus FTSP UII, Kamis 20 Juni 2024.

Acara ini diadakan oleh Jurusan Teknik Lingkungan FTSP UI bekerjasama dengan Ikatan Ahli Teknik Penyehatan dan Teknik Lingkungan Indonesia (IATPI) DIY, Jejaring Pengelola Sampah Mandiri
(JPSM) Merti Bumi Lestari, JPSM Sehati Kabupaten Sleman, JPSM Amor Kabupaten Bantul, JPSM
Kota Yogyakarta, JPSM Kabupaten Kulon Progo dan JPSM Kabupaten Gunungkidul, Center for
Environmental Technology Study
(CETS) dan Pusat Studi Perubahan Iklim dan Kebencanaan
(PusPIK).

Kepala Bidang Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Hidup, Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) DIY Sjamsu Agung Widjaja SE MM (berdiri) memaparkan materi pada acara Kunjungan Edukasi dengan topik “Penguatan Peran Bank Sampah dalam Mengurai Permasalahan Sampah di Yogyakarta, di Auditorium Kampus FTSP UII, Kamis 20 Juni 2024. Foto: Philipus Jehamun/beritabernas.com

Menurut Awaluddin Nurwiyanto, sampah telah menjadi trending topik beberapa waktu terakhir, khususnya di wilayah Yogyakarta. Sebab, sejak TPST (Tempat Pengolahan Sampah Terpadu) Piyungan, Kabupaten Bantul ditutup, pilihan tempat untuk “membuang” sampah semakin sulit bagi warga yang
selama ini bergantung pada layanan ini.

Selama ini, TPST Piyungan dalam keseharian melayani 3 wilayah utama, yaitu Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman dan Bantul. Namun, sejak ditutup pengelolaan dikembalikan kepada masing-masing kabupaten/ kota. Mungkin ada yang sudah siap, namun mungkin juga ada yang belum siap, yang pasti tidak menunggu siap, karena sampah terus dihasilkan. Pemerintah daerah (kabupaten/kota) berlomba dengan waktu untuk mengatasi persoalan tersebut.

Bank sampah yang telah hadir di Yogyakarta setelah gempa tahun 2006 menjadi salah satu upaya mengurangi volume sampah yang dibuang. Menurut Awaluddin, bank sampah berawal dari pemikiran Bambang Suwerda yang berdomisili di Bantul dengan mendirikan Bank Sampah Gemah Ripah
yang terus berkembang dan menyebarkan kegiatan di seluruh wilayah Indonesia hingga saat ini.

BACA JGA:

Semangatnya adalah mengubah mindset (pola pikir) masyarakat agar mau mengelola sampah, diedukasi untuk memilah sampah sejak dari rumah kemudian dapat dikonversi menjadi rupiah. Walaupun dalam jumlah ekonomi yang sedikit namun konsep Bank Sampah telah menjadi “primadona” dalam pengelolaan sampah berbasis masyarakat.

Jumlah Bank Sampah pun terus meningkat dari waktu ke waktu hampir di seluruh wilayah Indonesia,
termasuk Yogyakarta. Menurut Kepala Bidang Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Hidup, Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) DIY Sjamsu Agung Widjaja SE MM, data tahun 2020 tercatat ada 1.034 bank sampah unit dan 5 bank sampah induk di DIY, masing-masing 59 di Kulonprogo, 97 di Bantul, 159 di Gunungkidul 239 di Sleman dan 481 di Kota Yogyakarta.

Sementara itu, menurut Sjamsu, ada56TPS3R di DIY masing-masing 9 di Kulonprogo, 14 di Bantul, 10 di Gunungkidul, 21 di Sleman dan ada 2 di Kota Yogyakarta. Jumlah tersebut bisa bertambah hingga sekarang.

Namun, menurut Awaluddin dari segi performa perlu mendapatkan perhatian khusus, karena kuantitas yang semakin tinggi belum diimbangi dengan kualitas yang juga tinggi. Target dan capaian pengurangan sampah masih jauh dari harapan. Walaupun telah banyak usaha yang dilakukan oleh berbagai pihak, namun belum mampu mendongkrak peran bank sampah dalam sistem pengelolaan sampah secara menyeluruh.

Suasana acara Kunjungan Edukasi dengan topik “Penguatan Peran Bank Sampah dalam Mengurai Permasalahan Sampah di Yogyakarta, di Auditorium Kampus FTSP UII, Kamis 20 Juni 2024. Foto: Philipus Jehamun/beritabernas.com

“Penutupan TPST Piyungan seharusnya menjadi momen yang tepat dalam meningkatkan peran serta masyarakat, salahnya satu dalam operasional Bank Sampah. Besarnya kepentingan tersebut, maka Kunjungan Edukasi dengan topik Penguatan Peran Bank Sampah dalam Mengurai Permasalahan Sampah di Yogyakarta, sangat relevan,” kata Awaluddin.

Menurut Awaluddin, kunjungan edukasi ini bertujuan untuk mengindentifikasi permasalahan dan tantangan yang dihadapi oleh Bank Sampah dalam memulai, merawat dan mengembangkan aktivitasnya; mengkontruksikan solusi dari berbagai permasalahan dan tantangan yang dihadapi oleh Bank Sampah; dan merencanakan penguatan peran Bank Sampah dalam mengurai permasalahan sampah di Yogyakarta.

Karena itu, menurut Awaluddin, target kegiatan ini adalah menghasilkan policy brief berupa dokumen ringkas yang berfokus pada isu Penguatan Peran Bank Sampah dalam Mengurai Permasalahan Sampah
di Yogyakarta. Naskah ini berperan sebagai jembatan komunikasi dari berbagai pemangku kebijakan untuk menentukan arah dan strategi pengembangan pengelolaan sampah di wilayah Yogyakarta. (lip)


There is no ads to display, Please add some

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *