Pengembangan Rupiah Digital jadi Salah Satu Fokus Bank Indonesia dalam BSPI 20230

beritabernas.com – Bank Indonesia (BI) bakal memfokuskan Blueprint Sistem pembayaran Indonesia (BSPI) 2030 pada 5 inisiatif utama. Salah satu dari 5 inisiatif tersebut adalah pengembangan Rupiah digital.

“Pengembangan rupiah digital juga termasuk dalam fokus pengembangan BSPI 2030,” kata Novi Marianingsih, Deputi Direktur Kebijakan Sistem Pembayaran Bank Indonesia (BI) dalam webinar hybrid dengan tema Blueprint Sistem pembayaran Indonesia (BSPI) 2030 dan Focused Group Discussion (FGD) Diseminasi Kebijakan Terkini BI di Hotel Ayana Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, Flores, NTT pada Rabu 25 September 2024.

Menurut Novi Marianingsih yang alumnus Doktor Ilmu Ekonomi UI ini, Rupiah digital dalam tahap finalisasi proof of concept atau validasi konsep. Dalam tahap ini, BI tengah mematangkan teknologi apa yang digunakan, apakah tersentralisasi atau desentralisasi?

“Bagaimana kita harus ke wholesaler dan retailer? Bagaimana ini akan dilisensikan atau ini bisa didistribusikan ke ritel? Beberapa jawaban atas pertanyaan tersebut sedang disiapkan oleh BI terkait penggunaan Rupiah digital di masa mendatang,” kata Novi.

Puji Widodo, Deputi Direktur Dekom BI. Foto: Y Sri Susilo

Selain pengembangan Rupiah digital, menurut Novi, 4 fokus BSPI 20230 adalah modernisasi infrastruktur pembayaran, konsolidasi industri pembayaran nasional, inovasi dan akseptasi digital serta perluasan kerja sama internasional.

Menurut Novi, Blueprint Sistem Pembayaran Indonesia (BSPI) untuk 5 tahun ke depan atau BSPI 2030 merupakan kelanjutan dari BSPI 2025.

Kegiatan bertajuk BI Sapa Akademisi yang diadakan oleh Departemen Komunikasi Bank Indonesia (Dekom BI) ini dilaksanakan selama dua har. Pada hari pertama, Rabu 25 September 2024, diselenggarakan webinar hybrid tentang Blueprint Sistem pembayaran Indonesia (BSPI) 2030 dan Focused Group Discussion (FGD) tentang Diseminasi kebijakan Terkini BI. Kemudian, pada hari kedua, Kamis 26 September 2024, melakukan Kunjungan Lapangan & Diskusi Isu Terkini BI.

Menurut Dr Y Sri Susilo, salah satu peserta Webinar dan FGD “BI Sapa Akademisi yang juga Dosen Prodi Ekonomi Pembangunan FBE UAJY, webinar hybrid dihadiri secara luring oleh perwakilan 40 akademisi yaitu dosen dan peneliti dari perguruan tinggi/ lembaga riset dari seluruh Indonesia. Akademisi yang hadir antara lain Bustanul Arifin (Unila), Haryo Kuncoro (UNJ), Nugroho SBM (Undip), Fajar B Hirawan (UIII), Mansur Afifi (Unram), M Rizal Taufikurahman (INDEF), Margiyono (UBT), YB Suhartoko (Universitas Atmajaya) dan Y Sri Susilo (UAJY). Sementara yang hadir secara daring adalah 700 mahasiswa Program Sarjana/Magister dari Perguruan Tinggi Negeri (PTN/PTS) se-Indonesia.

BACA JUGA:

Acara webinar tersebut dibuka oleh Puji Widodo, Deputi Direktur Dekom BI, dengan narasumber Novi Marianingsih (Deputi Direktur Kebijakan Sistem Pembayaran BI) dan moderator Mutia Rahayu (Asisten Direktur Dekom BI).

“Kegiatan BI Sapa Akademisi ini bertujuan mendesiminasikan kebijakan dan isu terkini Bank Indonesia kepada akademisi, baik dosen, peneliti dan mahasiswa,” kata Puji Widodo (Deputi Direktur Dekom BI).

Menurut Puji, kebijakan terkini makroprudensial dan kebijakan sistem pembayaran terkini harus terdiseminasi dengan baik kepada pemangku kepentingan termasuk akademisi. Di samping itu, diharapkan akademisi memberikan respon dengan kritik dan saran yang kontruktif.

Dalam sesi tanya jawab, sejumlah mahasiswa dari PTN/PTS mengajukan pertanyaan kepada narasumber. “Harus diakui beberapa pertanyaan yang diajukan cukup bernas karena mengaitkan sistem pembayaran dengan beberapa variabel ekonomi makro,” kata Novi sebelum menjawab pertanyaan mereka. 

Dekom BI menyediakan cindera mata untuk 15 mahasiswa yang dtetapkan berdasarkan pertanyaan yang dianggap terbaik. (lip)


There is no ads to display, Please add some

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *