beritabernas.com – Para penggerobak sampah di Kelurahan Rejowinangun, Kota Yogyakarta, menunjukkan aksi nyata demi menjaga kebersihan lingkungan. Dengan didampingi oleh Antonius Fokki Ardiyanto S.IP, Fungsionaris DPN Repdem yang juga seorang aktivis sosial sekaligus mantan anggota DPRD Kota Yogyakarta yang konsisten mendampingi rakyat, mereka menggalang dana patungan sebesar Rp 100 ribu per orang untuk menyewa alat berat eskavator (Bego) guna membersihkan Depo Sampah Gembiraloka.
Hal ini dilakukan sebagai respons atas ketidakmampuan Pemerintah Kota Yogyakarta dalam menangani permasalahan sampah di area tersebut. Depo Sampah Gembiraloka, yang berlokasi strategis dekat dengan objek wisata Kebun Binatang dan Taman Raya Gembira Loka, menjadi sorotan karena kondisinya yang memprihatinkan. Lokasi ini dilewati oleh banyak wisatawan, baik yang menggunakan bus maupun kendaraan pribadi, sehingga kebersihan area ini sangat penting untuk menjaga citra kota Yogyakarta sebagai Kota Adipura dan tujuan wisata yang ramah lingkungan.
BACA JUGA:
- Dr Raden Stevanus Minta Perhatian Serius Pemerintah Kota Yogyakarta Atasi Masalah Sampah
- Fokki Soroti Kondisi Depo Sampah Mandala Krida Yogyakarta
“Kami tidak bisa menunggu lebih lama lagi. Sampah yang menumpuk bukan hanya mengganggu pemandangan, tetapi juga mengancam kesehatan lingkungan. Ini adalah bentuk kepedulian kami terhadap kota ini,” ujar Bung Japan, koordinator penggerobak sampah depo Bonbin.
Dana yang terkumpul dari 23 orang penggerobak sampah mencapai Rp 2.300.000. Dengan jumlah ini, mereka berhasil menyewa eskavator (Bego) untuk membersihkan tumpukan sampah yang menggunung di depo tersebut. Langkah ini menunjukkan inisiatif luar biasa dari warga untuk menangani masalah yang seharusnya menjadi tanggung jawab pemerintah.
Fokki, yang turut mendampingi aksi ini, menyampaikan kritik tajam kepada Pemerintah Kota Yogyakarta. “Apakah Pemerintah Kota tidak malu melihat rakyatnya harus merogoh kocek sendiri untuk menyelesaikan masalah sampah? Ini adalah cerminan bahwa sistem pengelolaan sampah kita sangat jauh dari kata memadai. Seharusnya ada langkah konkret dari pemerintah, bukan justru membiarkan masyarakat yang bergerak sendiri,” tegas Fokki.
Ia juga menekankan bahwa inisiatif ini tidak hanya tentang membersihkan depo, tetapi juga menyuarakan kekecewaan masyarakat terhadap minimnya perhatian pemerintah dalam menangani isu lingkungan. “Kota Yogyakarta memiliki reputasi sebagai kota budaya dan wisata. Tidak seharusnya masalah seperti ini dibiarkan berlarut-larut,” tambahnya.
Aksi yang dilakukan oleh penggerobak sampah ini diharapkan dapat menjadi pengingat bagi pemerintah untuk segera mengambil tindakan nyata. “Kami berharap pemerintah membuka mata dan telinga. Jangan sampai ada lagi inisiatif serupa karena ketidakmampuan mereka. Sampah adalah masalah kita bersama, dan solusi harus datang dari pemerintah sebagai pemegang tanggung jawab utama,” tutup Bung Japan.
Dengan adanya aksi ini, para penggerobak sampah Rejowinangun tidak hanya membersihkan lingkungan tetapi juga memberikan pelajaran berharga tentang pentingnya kepedulian bersama. Namun, pertanyaan besar tetap menggantung: kapan Pemerintah Kota Yogyakarta akan benar-benar hadir untuk rakyatnya? (lip)
There is no ads to display, Please add some