Oleh: Cris Riany Sinaga, Mahasiswi Universitas Cendikia Mitra Indonesia
beritabernas.com – Hari Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928 merupakan peristiwa bersejarah yang bertujuan untuk mempertegas kesatuan dan persatuan pemuda pemudi Indonesia.
Seiring perkembangan zaman, sekarang banyak perubahan yang telah terjadi dari masa ke masa, mulai dari gaya hidup, teknologi hingga bahasa gaul dalam berbagai aspek kehidupan. Dalam kehidupan sehari-hari bahasa gaul sering digunakan agar mudah dipahami.
Di era modern sekarang banyak hal yang dapat dipelajari dan didapatkan dengan lebih mudah dan praktis. Tidak seperti zaman dulu yang harus berjuang dan berusaha untuk mencapai ataupun mendapatkan sesuatu. Banyak anak muda zaman sekarang memiliki ponsel atau handphone, meski tidak dapat dipastikan semua memiliki barang tersebut.
Penggunaan ponsel membuat seseorang bisa melakukan apa saja dan gampang untuk mengakses apapun sesuai kebutuhan masing-masing. Banyak aplikasi dan fitur yang menarik dan baru muncul. Dengan kecanggihan teknologi dan kemudahan mengakses apapun, para pengguna tetap harus bijak dalam penggunaannya, mulai dari hal kecil seperti memilih tontonan yang bijak dan memilih frasa dan kaidah Bahasa Indonesia yang tepat dan cermat.
Maraknya penggunaan akun media sosial oleh anak muda zaman sekarang membuat mereka terlalu mudah mengikuti arus kebudayaan luar hingga menciptakan budaya tersendiri. Hal ini akan menjadi ancaman bagi remaja itu sendiri.
BACA JUGA:
Banyaknya hal baru membuat remaja Indonesia mulai terbiasa dengan budaya asing hingga perlahan melupakan penggunaan budaya sendiri dan bahasa Indonesia. Ancaman terhadap pergeseran bahasa gaul di Indonesia mengakibatkan menurunnya pemahaman dan kemampuan berbahasa Indonesia.
Hal ini berdampak negatif seperti terjadi kesalahpahaman dalam berkomunikasi, karena tidak semua remaja memahami dan mengerti penggunaan bahasa gaul tersebut. Karena itu, upaya pelestarian Bahasa Indonesia harus terus menerus dilakukan dan ditanamkan dalam diri seluruh pemuda Indonesia, hingga bahasa tersebut menjadi pedoman jati diri pemuda Indonesia dalam persatuan dan kesatuan berbangsa dan tanah air yang satu.
Selain itu, sebagai negara yang memiliki 781 bahasa daerah, wajib memahami dan mempelajari bahasa dari suku masing-masing agar budaya itu tidak punah dan dapat diwariskan ke generasi yang akan datang.
Sebagai remaja Indonesia yang bijak, kita harus berusaha mempertahankan jati diri budaya masing-masing. Banyak alternatif untuk bisa belajar dan menekuni budaya sendiri, seperti video nusantara, buku buku tradisional, para tetua atau pun leluhur kampung, orangtua, guru dan lainnya. Itu semua dapat menjadi sumber yang membantu siapa pun yang ingin mendalami budaya sendiri.
Selain itu penggunaan Bahasa Indonesia harus diperhatikan dalam pengejaan yang tepat sesuai dengan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) serta nada pengucapan yang sesuai dengan lawan bicara agar dalam berkomunikasi sesuai dengan norma sosial budaya Indonesia.
Dengan semakin bijaknya para pemuda Indonesia menggunakan Bahasa Indonesia yang tepat, maka diharapkan ke depan dapat memberikan manfaat yang lebih luas lagi dalam bentuk menghargai jasa para pemuda zaman dulu yang menyatukan para pemuda bangsa Indonesia dari Sabang sampai Merauke.
Selain itu, pemuda-pemudi Indonesia dapat memberikan konstribusi positif terhadap masyarakat umum dan pemerintah, dengan aktif berorganisasi dan aktivitas sosial di lingkungan sekitar, seperti karang taruna.
Potensi generasi muda untuk masa depan sangat luas seperti memiliki intelektual, rasa kepercayaan diri yang tinggi, inovatif dan daya kritis yang kuat membawa dinamika positif pembangunan nasional.
Di balik semua ini, harus ada dukungan orangtua dan lembaga pendidikan agar para remaja Indonesia mampu melestarikan kebudayaan dan seni Indonesia, seperti mengadakan lomba menulis, berbicara di depan umum dan dukungan edukatif lainnya.
Tidak lupa dengan hal kecil lainnya yang dibiasakan sejak dini atau mulai dari sekarang dengan membaca buku, apa pun judul dan isi bukunya tidak masalah dan itu harus dimulai dengan membaca tiga lembar buku sehari-hari.
Selain membaca, menulis juga diperlukan sebagai pondasi yang lebih kuat lagi agar pemahaman dari buku yang telah dibaca dan dicermati dapat dituangkan dalam bentuk tulisan.
Dengan itu semua maka para remaja Indonesia dapat menggunakan bahasa dan budaya dengan bijak sesuai dengan isi sumpah pemuda yang ketiga “Kami poetra dan poetri Indonesia mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia. (*)
There is no ads to display, Please add some