beritaberns.com – YOGYAKARTA sebagai kota pelajar dan kota budaya sekaligus miniatur Indonesia sebenaranya sudah memiliki budaya membuang sampah pada tempatnya yang lebih baik. Perilaku masyarakat untuk membuang sampah pada tempatnya sudah terus membaik.
Hal ini juga dapat dilihat dari dukungan dari pemda, pemkot dan pemkab dalam menyediakan sarana pembuangan sampah di berbagai tempat. Di level lingkungan wilayah yang lebih kecil, perangkat kalurahan dan kelurahan juga melakukan gerakan yang sama untuk menjaga lingkungan dengan menggalakan gerakan membuang sampah pada tempatnya.
Persoalan muncul ketika tempat pembuangan sampah akhir sudah tidak bisa menampung volume sampah yang diproduksi oleh industri maupun rumah tangga, sehingga perlu ada terobosan dari pemda, pemkot dan pemkab untuk bisa mengatasi permasalahan sampah dan memberikan pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat yang lebih luas.
Menumpuknya sampah di Kota Yogyakarta beberapa waktu lalu menjadi sorotan berbagai pihak, karena hal semacam ini selalu berulang dan nampak seperti tidak adanya program sistematis yang dapat dilakukan oleh Pemda DIY, Pemkot dan Pemkab. Tidak nampak muncul sinergisitas dalam pengelolaan sampah di DIY. Padahal sampah yang menumpuk di berbagai tempat menyebabkan tidak enak dipandang.
Dari sisi kesehatan, hal ini berpotensi mengganggu kesehatan warga masyarakat. Aroma sampah yang bau busuk dari pembusukan sampah juga menimbulkan persoalan ditambah potensi berkembangnya bibit penyakit di sana.
Menurut Dr R Stevanus C Handoko S.Kom MM, Anggota Komisi D DPRD DIY dari Partai Solidaritas Indonesia, persoalan sampah bukan saja persoalan dan tanggungjawab pemerintah namun juga merupakan tanggungjawab semua pihak. Dengan semangat bersama, memiliki semangat tanggungjawab bersama diharapkan dapat mengatasi persoalan sampah dari hulu hingga hilir. “Memaksimalkan masing-masing peran dan tanggungjawab diperlukan,” kata Stevanus C Handoko pada Rabu 18 Mei 2022.
Dikatakan, pendidikanatau edukasi, pengenalan tentang berbagai macam skema pemilahan, pengolahan sampah di sekolah, kampus, lingkungan masyarakat perlu terus digaungkan. Edukasi tentang sampah penting sebagai salah satu strategi meningkatkan pemahaman dan rasa tanggungjawab untuk menjaga lingkungan. Pemilahan sampah sejak dari rumah merupakan salah satu cara untuk mempermudah pengolahan dan membantu proses lain seperti reuse dan recycle sampah.
Edukasi lain seperti pentingnya mengurangi sampah dengan menggunakan produk yang dapat digunakan kembali juga penting. Hal ini terkait dengan usaha untuk mengurangi sampah plastik. Edukasi dan sosialisasi yang didukung regulasi seperti Perda yang mengatur penggunaan produk yang ramah lingkungan (mudah terurai),/larangan penggunaan kantung plastik dan sebagainya.
Selain itu, pengenalan tentang hierarki sampah yakni pengurangan sampah dari sumber, penggunaan kembali, daur ulang, pemanfaatan sampah menjadi energi hingga masuk ke Landfill (pembuangan akhir) perlu menjadi perhatian dari Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga serta Dinas Kebudayaan agar kolaborasi program dan kegiatan bisa dilakukan sehingga pengenalan terkait dengan pentingnya aktivitas penanganan sampah di masing-masing tingkatan diketahui dengan jelas oleh semua pihak dan menjadi kebiasaan/budaya yang melekat dalam keseharian masyarakat.
Melihat hierarki sampah bahwa ada tahapan penggunaan kembali, daur ulang dan bahkan jika dikelola dengan baik sampah bisa menjadi energi dapat dikatakan sampah juga memiliki nilai ekonomi bagi masyarakat dan semua pihak. Dengan demikian pemerintah perlu juga bersinergi untuk meningkatkan pemberdayaan masyarakat dalam aspek peningkatan SDM, aspek kelembagaan, aspek social culture, aspek pendanaan, aspek produksi dan lainnya.
Dengan melihat kondisi saat ini, pemerintah perlu memiliki terobosan yang progressive agar kejadian penumpukan sampah tidak selalu berulang. Banyak teknologi yang dapat diimplementasi di DIY untuk dapat menjadi solusi permasalahan persampahan.
Menurut Stevanus, sudah saatnya pemerintah daerah memiliki kerangka aksi manajemen penanggulangan/pengelolaan sampah yang berkelanjutan dan terintegrasi (Integrated Sustainable Waste Management). Dengan pendekatan yang lebih komprehensif dan melibatkan berbagai stakeholder seperti pemerintah pusat, pemerintah kota dan pemerintah kabupaten, tokoh masyarakat, tokoh budaya, lembaga swadaya masyarakat, sektor swasta, kampus/universitas, akademisi, komunitas, donatur/CSR dll. (lip)
There is no ads to display, Please add some