Prof Slamet: Museum Tempat untuk Belajar Cara Berpikir dan Bertindak Orang Berkarakter Baik

beritabernas.com – Kepala Bidang Pendidikan dan Kebudayaan Majelis Luhur Persatuan Tamansiswa Ki Prof Slamet PH MA, M.Ed MLHR PhD mengatakan, cara efektif untuk melakukan perubahan dan kemajuan dapat dilakukan dengan mempelajari perubahan itu sendiri dan museum adalah tempatnya sejarah perubahan.

Selain itu cara efektif untuk menemukan bagaimana kesuksesan dicapai adalah dengan mempelajari cara berpikir, cara bersikap dan cara bertindak orang-orang yang telah terbukti sukses pada apa yang mereka kerjakan. Sementara cara efektif untuk berkarakter baik dapat dilakukan dengan mempelajari cara berpikir, cara bersikap dan cara bertindak orang-orang yang telah terbukti berkarakter baik.

Baca berita terkait: Museum Memiliki Peran dan Fungsi Strategis pada Era Budaya Layar dan Digital

“Untuk hal ini museum adalah tempatnya,” kata Prof Slamet dalam sarasehan permuseuman dengan tema Peran Museum dalam Penguatan Pendidikan Karakter yang diadakan Barahmus DIY bekerjasama dengan Dinas Kebudayaan DIY di Hotel Jambu Luwuk Yogyakarta, Rabu 21 September 2022.

Menurut Prof Slamet, museum merupakan bangunan atau rumah penyimpanan obyek-obyek historis, saintifik, artistik dan kultural. Obyek tersebut dikoleksi dan disimpan karena bernilai tinggi dan perlu dipelajari oleh generasi penerus, baik bersekala institusional, lokal, nasional maupun mondial.

Sarasehan diikuti 60 peserta di antaranya Dewan Penasehat dan Pengurus Barahmus DIY, Kepala Museum se-DIY, guru SMA dan undangan. Foto: Panitia

Dengan demikian, menurut Prof Slamet, museum merupakan salah satu sumber pendidikan berbagai obyek bernilai tinggi termasuk obyek-obyek yang terkait dengan penguatan karakter.

Dikatakan, museum dibuat untuk memantik masyarakat melakukan penelitian, mempelajari hal-hal ilmiah dan alamiah yang dipamerkan di museum, untuk turisme, melestarikan tinggalan-tinggalan berharga, membelajarkan masyarakat (terutama generasi muda) agar memahami dan menghayati serentetan peristiwa, tinggalan benda/artifak, ide-ide brilian para tokoh, kemajuan ilmu dan teknologi, kemajuan seni dan perilaku-perilaku para pahlawan yang telah berjasa kepada bangsa dan negara kita tercinta.

Prof Slamet mengatakan bahwa sampai saat ini sejumlah kelemahan dan kekurangan museum. Pertama, museum belum dianggap sebagai sumber belajar penting oleh satuan-satuan pendidikan, belum komplemen dengan pembelajaran satuan-satuan pendidikan. Karena itu, perlu sosialisasi secara merata, akurat dan konsisten ke satua-satuan pendidikan.

Ketua Umum Barahmus DIY Ki Bambang Widodo SPd MPd. Foto: Phlipus Jehamun/beritabernas.com

Kedua, isi museum kurang beragam, baru mencakup identitas terbatas, yaitu lokal dan nasional, belum mondial dan kurang luas. Karena itu, isilah museum dengan hal-hal mondial yang mampu memantik masyarakat karena bermakna isinya, misalnya ilmuwan kaliber dunia seperti Enstein, Newton dan lain-lain.

Ketiga, peneliti museum sangat terbatas sehingga kurang mampu menemukan isi museum yang benar-benar mengandung nilai- nilai yang memajukan masyarakat. Untuk itu, perlu tambah peneliti museum yang memiliki kapabilitas hebat.

Keempat, karena museum masih dipandang sebelah mata oleh pemangku kepentingan, maka dukungan dananya pun terbatas. Karena itu, dibutuhkan dana yang memadai untuk mendukung pemajuan dan pengembangan museum masa depan. Apalagi posisi museum penting untuk menunjang proses pendidikan, terutama pendidikan karakter.

Menurut Prof Slamet, karakter tersusun dari nilai-nilai dasar yang merupakan saripati kualitas kejiwaan manusia yang teramati dalam akhlak/budi pekerti (sikap dan perbuatan lahiriyah). Sementara nilai merupakan sesuatu yang dianggap berharga bagi kehidupan.

Ki Prof Slamet PH MA, M.Ed MLHR PhD. Foto: Philipus Jehamun/beritabernaas.com

“Nilai-nilai karakter bersumber dari pikiran, perasaan dan kehendak/keinginan, yang ditunjang fisik. Jika museum ingin berperan memperkuat karakter manusia, maka isinya harus mengandung pikiran cerdas, kehendak baik dan perasaan halus, yang diwujudkan dalam bentuk artifak-artifak menarik,” kata Prof Slamet.

Menjawab pertanyaan apakah museum dianggap penting dalam mendukung pendidikan, terutama pendidikan karakter, Prof Slamet mengatakan bahwa jika idealisasinya bahwa museum dianggap penting, maka manifestasinya harus juga dianggap penting sehingga dibutuhkan sumber daya yang memadai, baik sumber daya manusianya maupun sumber daya lainnya seperti pendanaan/uang, peralatan, perlengkapan, bahan, informasi dan sebagainya. (lip)


There is no ads to display, Please add some

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *