beritabernas.com – Sampah plastik bisa menjadi sumber krisis lingkungan hidup terbesar di dunia, termasuk di Indonesia, bila tidak ditangani dengan baik. Sebab, selain susah terurai, penggunaan plastik sekali pakai sangat tinggi. Selain itu, adanya kebiasaan masyarakat yang membakar plastik di rumah dan pengolahan sampah yang belum optimal.
Namun, dengan sentuhan kreatifitas dan teknologi, krisis sampah plastik bisa berubah menjadi potensi yang menghasilkan enegeri (waste to energy). Dengan menggunakan mesin pirolisis, sampah plastik bisa diolah menjadi bahan bakar minyak (BBM) berupa bensin, minyak tanah dan solar.
“Melalui aksi Laudato ‘Si, kami melakukan edukasi untuk memilah sampah plastik, kertas, botol air mineral dan sampah organik. Selanjutnya, mengolah sampah plastik menjadi energi (waste to energy) dengan menggunakan mesin pirolisis, menghasilkan bahan bakar minyak berupa bensin, minyak tanah dan solar,” kata Fransiska Dani, Pimpinan Pusat Pengolahan Sampah Plastik Cupuwatu, Purwomartani, Kalasan, Sleman dalam workshop pengolahan sampah plastik, Minggu 21 September 2025.

Selain Fransiska Dani, tampil sebagai narasumber dalam workshop yang diadakan oleh Komisi Keadilan Perdamaian Keutuhan Ciptaan (KPKC) Kevikepan Jogja Timur memperingati 10 ensiklik Laudato ‘Si dan diikuti wakil umat dari paroki-paroki yang ada di Kevikepan Jogja Timur itu, adalah AG Irawan yang berbicara tentang upaya merawat sungai dan Drs P Kianto Atmodjo MSi dari UAJY yang berbicara tentang gereja hijau. Workshop dibuka oleh Agustinus Sumaryoto, Ketua Komisi KPKC Kevikepan Yogyakarta Timur.
Menurut Fransiska Dani, waste to energy atau sampah menjadi energi adalah mengubah/mengolah sampah, terutama sampah yang tidak bisa didaur ulang seperti plastik, menjadi energi yang dapat digunakan seperti listrik, panas, atau bahan bakar. Di Rumah Pengolahan Sampah Plastik Cupwatu II yang dipimpinnya khusus mengolah sampah plastik dengan mesin Pirolisis menjadi BBM (bensin, minyak tanah dan solar).
Baca juga:
- Workshop 10 Tahun Ensiklik Laudato ‘Si, Umat Diajak untuk Semakin Peduli Marawat Bumi
- Bank Sampah Go Green Cupuwatu Berhasil Mengolah 787 Kg Sampah Plastik jadi 699 Liter BBM
- Mesin Pirolisis, Mengolah Sampah Plastik Menjadi Bensin dan Solar
Hasil dan pemanfaatan BBM dari sampah plastik yang diolah dengan mesin pirolisis, menurut Fransiska Dani, seperti bensin dan solar untuk mobil, sepeda motor, kapal laut, alat pertanian dan genset. Sedangkan gas propilin digunakan untuk kompor dan genset, sementara residu karbon hitam yang dihasilkan bisa digunakan untuk merchandise, batu bata, media tanam dan tinta.
Tercemar e-coli
Sementara AG Irawan, aktivis pegiat lingkungan hidup terutama sungai, mengatakan, hampir semua mata air di Sleman tercemar e-coli (Escherichia coli) yang bersumber dari gerakan pertanian organik karena edukasi yang tidak tuntas. Misalnya, kotoran hewan dari kandang langsung ditaruh di ladang, padahal fermentasinya belum jadi.

Meski hal itu dilakukan pada musim kemarau, namun ada embun yang meresapkan kotoran hewan ke dalam tanah dan dalam beberapa tahun akan muncul mata air, ya mata air itu ecoli. Hal ini terutama terjadi di Tempel, Turi, Cangkringan dan sebagainya.
Selain dari kotoran hewan, muncul sumber pencemaran baru yakni dari bahan es teh jumbo. Dari es teh jumbo, menghasilkan 4 jenis plastik yang dibawa yakni cup, tutup cup, sedotan dan plastik kresek untuk membawanya. Sementara di sepanjang tepi jalan inspeksi Selokan Mataram kini banyak sampah berserakan yang dibuang begitu saja.
Untuk mengatasi hal itu, menurut Forum Komunitas Sungai Sleman (FKSS) ini, perlu dilakukan gerakan personal, gerakan bersama dan gereka komunitas-komunitas seperti dilakukan Komisi KPKC Kevikepan Jogja Timur. Dengan semakin banyak personal, kelompok masyarakat atau komunitas yang bergerak dan peduli, diharapkan masalah tersebut bisa diatasi atau minimal dikurangi. (lip)
There is no ads to display, Please add some