Selamatkan Perempuan dari KDRT

Oleh: Rahma Hairunnisa Regita Putri

beritabernas.com – Di Indonesia, perempuan masih sering dianggap lemah dan dianggap tidak memiliki kemampuan apapun tanpa suami mereka. Budaya patriarki yang kuat juga masih sangat melekat, menganggap bahwa pendidikan tinggi bagi perempuan tidak penting karena kodrat mereka akan tetap sama setelah menikah yaitu melayani suami dan mengurus rumah.

KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga) merupakan hantu atau ketakutan yang nyata bagi para kaum perempuan, karena mereka harus merasakan kekerasan fisik yang dilakukan oleh orang yang mereka cintai dan sayang yaitu suami mereka. KDRT ada juga karena ketidakadaannya emotional control / emotional regulation (kemampuan mengelola atau mengatur emosi pada saat tertentu).

KDRT sering kali terdengar dan terlihat kasusnya di Indonesia dan sayangnya, KDRT masih menjadi momok besar bagi banyak perempuan di negeri ini. Berdasarkan data dari Komnas Perempuan, pada tahun 2022 tercatat sekitar 457.895 kasus kekerasan terhadap perempuan, di mana 91% di antaranya adalah kasus KDRT. Laporan KDRT kepada pihak kepolisian juga menunjukkan jumlah yang tinggi, mencapai 2.261 kasus hingga Juli 2023, dengan kekerasan fisik mendominasi sebanyak 1.848 kasus.

Pentingnya perubahan pandangan terhadap perempuan 

Budaya patriarki yang sudah melekat memang harus secara perlahan kita hilangkan untuk mengubah generasi yang lebih baik dan menjunjung tinggi gender equality (kesetaraan gender). Para kaum wanita juga berhak memiliki karir, cita-cita dan mimpi untuk masa depan mereka.

Sungguh miris sekali di Indonesia masih banyak masyarakat terutama kaum laki laki yang kurang sadar bahwa perempuan akan melahirkan generasi penerus bangsa, bukan hanya sekedar melahirkan dan juga mengandung anak saja, tetapi wanita juga merupakan aspek penting dalam kehidupan, karena wanita merupakan madrasah atau tempat pendidikan pertama untuk anaknya.

BACA JUGA:

Wanita merupakan tempat pertama untuk mengajarkan moral, etika, dan juga norma. Maka dari itu para kaum wanita berhak mendapatkan perilaku yang sudah sepantasnya mereka dapatkan , rasa hormat, dilindungi dan juga di cintai bukan malah sebaliknya yaitu mendapat kekerasan.

Seorang wanita yang menjadi korban KDRT secara fisik sering kali mengalami dampak buruk yang signifikan, yang dapat membuat kondisi fisiknya berbeda dari wanita yang tidak mengalami kekerasan. Kekerasan yang dialami dapat menyebabkan cedera serius, seperti patah tulang, luka lebam, atau bahkan disfungsi anggota badan.

Selain dampak fisik, kesehatan mental korban KDRT juga sangat terpengaruh. Banyak wanita yang mengalami gangguan mental seperti depresi, kecemasan dan PTSD (Post-Traumatic Stress Disorder). Mereka dapat kehilangan rasa percaya diri, mengalami kesulitan berkonsentrasi, dan merasa bingung serta tidak mampu fokus dalam kegiatan sehari-hari.

Beberapa korban mungkin menggunakan zat berbahaya, seperti narkoba dan alkohol, sebagai cara untuk mengatasi trauma dan stres yang mereka alami. Dalam kondisi yang lebih serius, risiko percobaan bunuh diri juga meningkat karena tekanan mental yang dirasakan.

Dampak KDRT tidak hanya dirasakan oleh korban, tetapi juga memengaruhi keluarga, terutama anak-anak yang menyaksikan atau mengalami KDRT di lingkungan rumah. Anak-anak tersebut sering mengalami masalah perilaku, kesulitan emosional dan gangguan perkembangan.

Mereka berisiko tinggi untuk mengulangi siklus kekerasan saat dewasa. Selain itu, KDRT dapat menciptakan konflik yang merusak ikatan keluarga, sehingga menciptakan lingkungan yang tidak sehat bagi semua anggota keluarga.

Strategi dan solusi mengatasi KDRT 

Mengatasi KDRT memerlukan pendekatan yang holistik dan berkelanjutan. Salah satu langkah awal yang krusial adalah meningkatkan pendidikan dan pelatihan tentang kesadaran gender. Hal ini tidak hanya menyasar perempuan, tetapi juga laki-laki, untuk mengubah pola pikir dan sikap yang mendukung budaya kekerasan.

Dengan memahami pentingnya kesetaraan gender, masyarakat dapat berkontribusi pada pengurangan kasus KDRT. Pemberdayaan ekonomi perempuan juga sangat penting. Memberikan akses kepada perempuan untuk berpartisipasi dalam kegiatan ekonomi, melalui pelatihan keterampilan dan akses ke modal, akan membantu mereka mencapai kemandirian. Ketika perempuan memiliki sumber penghasilan sendiri, mereka akan lebih berdaya untuk meninggalkan hubungan yang berisiko.

BACA JUGA TULISAN LAINNYA:

Selain itu, membangun jaringan dukungan bagi perempuan yang menjadi korban KDRT sangat diperlukan. Kelompok dukungan atau komunitas dapat menyediakan ruang bagi perempuan untuk berbagi pengalaman, mendapatkan informasi, dan menemukan dukungan emosional dari sesama korban. Jaringan ini akan memberikan kekuatan dan semangat bagi mereka untuk melanjutkan hidup yang lebih baik.

Perlindungan hukum yang efektif juga menjadi salah satu pilar dalam memerangi KDRT. Memastikan adanya penegakan hukum yang kuat terhadap pelaku KDRT sangat penting. Korban perlu memiliki akses yang mudah untuk melaporkan kekerasan dan mendapatkan perlindungan, seperti tempat perlindungan sementara dan layanan hukum yang memadai.

Selain itu, pelatihan untuk profesional, seperti tenaga medis, polisi, dan pekerja sosial, perlu dilakukan untuk membantu mereka mengenali tanda-tanda KDRT dan memberikan dukungan yang tepat kepada korban. Tenaga profesional ini harus dilengkapi dengan pengetahuan dan keterampilan untuk menangani kasus-kasus KDRT dengan sensitif dan efektif.

Kampanye kesadaran masyarakat juga menjadi alat yang ampuh dalam mengatasi KDRT. Dengan meningkatkan kesadaran tentang KDRT, menghapus stigma terhadap korban, dan mendorong masyarakat untuk melaporkan kasus-kasus kekerasan, kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih aman. Kampanye ini bisa menggunakan berbagai media, termasuk media sosial, untuk menjangkau lebih banyak orang.

Akhirnya, dukungan kesehatan mental bagi korban KDRT sangat penting. Akses kepada layanan kesehatan mental melalui program konseling dan terapi akan membantu mereka memulihkan diri dari trauma yang dialami. Dengan membangun kembali rasa percaya diri, perempuan yang menjadi korban KDRT dapat berani mengambil langkah untuk mengubah hidup mereka menjadi lebih baik. Dengan menerapkan strategi-strategi ini, kita dapat berkontribusi dalam mengurangi kasus KDRT dan menciptakan masyarakat yang lebih aman dan setara bagi semua.

Mengatasi KDRT bukanlah perkara mudah, tetapi dengan adanya dukungan dari berbagai pihak, langkah-langkah nyata dapat dilakukan untuk melindungi perempuan dari ancaman ini. Perubahan pola pikir masyarakat, pemberdayaan ekonomi, akses terhadap layanan hukum, serta dukungan kesehatan mental adalah elemen-elemen penting dalam strategi melawan KDRT.

Masyarakat juga harus menyadari bahwa setiap orang memiliki peran untuk mencegah dan menghentikan kekerasan ini, baik melalui dukungan, pendidikan, maupun pelaporan tindakan yang merugikan perempuan dan keluarga.

Dengan bersatu, kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih aman dan setara, di mana perempuan bebas dari ketakutan dan dapat menjalani hidup dengan rasa aman serta bermartabat. Menjaga hak dan keselamatan perempuan bukan hanya tanggung jawab pribadi, tetapi merupakan langkah besar menuju masa depan bangsa yang lebih sehat, kuat, dan adil bagi semua. (Rahma Hairunnisa Regita Putri, Mahasiswa Universitas Cendekia Mitra Indonesia)


There is no ads to display, Please add some

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *