Tidak Ada Bunga Potong dalam Bunga Tangan untuk Paus Fransiskus

beritabernas.com – Selaras dengan semangat Ensiklik Laudato Si’ yang dikeluarkan Paus Fransiskus pada 24 Mei 2015, bunga tangan yang dipersembahkan untuk Paus Fransiskus tidak ada bunga potong. Semua unsur dalam bunga tangan ini menggunakan materi bunga, sayuran, rempah dan bahan lain yang dapat digunakan kembali (daur ulang). 

Dua anak Indonesia, yakni Mary Lourdes Wicaksono Atmojo dan Irfan Wael, menyerahkan bunga tangan yang cantik ini kepada pemimpin tertinggi Gereja Katolik di dunia ini sesaat tiba di Bandara Soekarno Hatta, Cengkareng, Selasa 3 September 2024. Di balik keindahan rangkaian bunga tersebut, ada kisah menarik dari sang perangkai bunga, yakni Ivan Linggar, seorang desainer dan arsitek lulusan SMU Gonzaga Jakarta dan Universitas Katolik Parahyangan Bandung.

Ivan Linggar berkisah, tiga hari sebelum Paus Fransiskus tiba di Indonesia, Uskup Bandung Mgr Anton Subiyanto OSC memintanya untuk menyiapkan dua rangkaian bunga tangan. Mgr Anton berpesan agar Ivan Linggar tidak menggunakan bunga potong dalam merangkai bunga tangan untuk Paus Fransiskus ini.

“Mgr Anton juga memberi arahan bahwa bunga tangan tersebut harus mencerminkan keindonesiaan, sebuah pesan yang kaya akan simbolisme dan makna,” tutur Ivan Linggar, dalam  perbincangan melalui telepon.

Ivan Linggar, yang membuat bunga tangan yang diberikan kepada Paus Fransiskus. Foto: Dok pribadi

Dalam keterangan resmi panitia kunjungan Paus Fransiskus dijelaskan, rangkaian bunga tangan ini memiliki makna mendalam tentang Bhinneka Tunggal Ika. Artinya, berbeda-beda namun tetap satu. 

Untuk mewujudkan konsep Bhinneka Tunggal Ika itu, Ivan Linggar menggunakan aneka tanaman, termasuk sayur, buah dan tanaman rempah asli yang mewakili berbagai suku bangsa dan adat di Indonesia. Ada bawang putih, daun sirih, cabe, melinjo, padi, bunga kapas, mentimun, kacang panjang dan lain-lain. Perpaduan sayur dan buah dipilih sebagai simbol bahwa Indonesia merupakan negara agraris.

Selain itu, anyaman daun kelapa yang membungkus rangkaian bunga ini diambil untuk menyimbolkan Indonesia sebagai negara maritim. Rangkaian ini juga dilengkapi dengan simbol-simbol dari Pancasila, seperti padi, bunga kapas, dan daun beringin, yang ditempatkan di tengah-tengah rangkaian. Pita merah dan putih yang tersemat di bagian bawah rangkaian bunga menjadi simbol dari ikatan persatuan Indonesia dan semangat Bhinneka Tunggal Ika.

Ivan Linggar memastikan bahwa rangkaian ini dibuat dengan bahan-bahan yang semuanya dapat digunakan kembali dan didaur ulang. “Tidak ada bunga potong seperti rangkaian bunga pada umumnya,” ujar Ivan seraya menambahkan bahwa konsep bunga tangan tanpa bunga potong yang ia buat ini menekankan komitmen terhadap prinsip keberlanjutan, sesuai pesan dalam Ensiklik Laudato Si’ dari Paus Fransiskus.

Ivan mengaku kaget mendapat kehormatan menyiapkan bunga tangan untuk Paus Fransiskus ini. “Saya menyambut permintaan itu dengan perasaan bangga dan merasa tertantang untuk mewujudkan ide keindonesiaan yang Bhinneka Tunggal Ika itu dalam wujud rangkaian bunga yang cantik,” ujar Ivan dengan penuh semangat.

Proses kreatif Ivan melibatkan banyak eksperimen. Dari mencari material hingga merangkai, Ivan berusaha mengekspresikan simbol-simbol Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika melalui setiap elemen bunga tangan. “Di latar itu ada daun kelapa, simbol Indonesia sebagai negara maritim yang kaya serta daun sirih yang terangkai cantik. Proses ini berulang-ulang, bongkar pasang sampai menemukan komposisi terakhir yang dipersembahkan ke Paus,” ungkapnya.

BACA JUGA:

Saat melihat bunga tangan itu diserahkan kepada Paus Fransiskus, Ivan merasa seluruh usaha dan kerja kerasnya terbayar. “Saya sangat terharu bunga tangan itu diserahkan oleh dua anak ke Paus. Ini adalah momen yang sangat istimewa dan saya merasa sangat diberkati bisa menjadi bagian dari peristiwa ini,” ungkapnya.

Karya unik Ivan mendapatkan apresiasi dari Mgr Anton. Kebahagiaan dan kepuasan sudah ia rasakan. Bagi Ivan, penerimaan Paus Fransiskus terhadap bunga tangan tersebut adalah penghargaan tertinggi. “Saya bahagia Paus menerima bunga tangan buah kreasi saya. Ini adalah kehormatan terbesar dalam hidup saya, dan saya berharap karya ini dapat menginspirasi lebih banyak orang untuk menghargai dan mencintai kekayaan budaya Indonesi,” kata Ivan.

Ivan Linggar bukan sosok asing dalam lingkungan gereja. Ia sering terlibat dalam berbagai kegiatan keagamaan, baik di Paroki Keluarga Kudus Pasar Minggu, tempat ia berdomisili, maupun di komunitas lainnya seperti Komunitas Egidio dan Yayasan Karina Indonesia. Latar belakang keluarga juga turut membentuk kecintaannya pada seni merangkai bunga. Pengalaman merangkai bunga tangan untuk Paus Fransiskus menjadi salah satu puncak dari perjalanan seninya. (Emmy Kuswandari dan Anton Sumarjana, Jakarta)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *