beritabernas.com – Romo Vikaris Paroki Petrus Kanisius Wonosari, Gunungkidul Yohanes Riyanto Pr mengatakan, umat Katolik tidak boleh alergi dengan politik. Hak pilih yang dimiliki setiap orang, termasuk umat Katolik, dapat digunakan untuk memperbaiki keadaan.
“Sifat pragmatisme harus berani ditinggalkan dan perlu mengedepankan hati nurani dalam menentukan pilihan. Pahlawan nasional Mgr Soegijopranoto telah memberi teladan nyata untuk membangun orientasi diri pada kepentingan bangsa,” kata Romo Yohanes Riyanto Pr dalam acara pembekalan umat Katolik yang dihadiri Ketua dan Pengurus Lingkungan serta tokoh umat Katolik se-Paroki Petrus Kanisius Wonosari, Gunungkidul, Minggu 15 September 2024.
Pada kesempatan itu, dua dari 3 Calon Wakil Bupati (Cawabup) Gunungkidul yang maju dalam Pilkada 2024 hadir sekaligus menandatangani nota kesepakatan yang disodorkan gereja dan Forum Masyarakat Katolik Indonesia (FMKI) Gunungkidul di Aula Ignatius Loyola Komplek Paroki Wonosari. Inti nota kesepakatan itu adalah kesanggupan para Cawabup untuk berani mengedepankan politik moralitas dan menghindari politik transaksional.
Kedua Cawabup Gunungkidul yang hadir adalah Joko Parwoto, Cawabup yang diusung PDI Perjuangan bersama Partai Golkar dan PKB dan Mahmud Ardi Widanto selaku Cawabup yang diusung PAN, PSI, Ummat, Gelora, PPP dan Partai Garda RI. Sementara Cawabup Sumanto yang diusung Gerindra, Nasdem, Demokrat dan PKS hanya diwakili tim relawan karena ada kegiatan lain.
Ketua Bidang Pelayanan Kemasyarakatan Paroki Wonosari FX Endro Guntoro yang juga penggagas nota kesepakatan itu mengatakan, selain nota kesepakatan disodorkan kepada Cawabup, Gereja Katolik Wonosari juga menyodorkan nota kesepakatan yang ditandatangani oleh seluruh Ketua Lingkungan dan pengurus sebagai sikap bersama umat Katolik menghadapi Pilkada Gunungkidul.
Tiga dari 5 butir kesepakatan dibangun dengan Ketua Lingkungan sebagai struktur Paroki di tingkat bawah adalah pentingnya Ketua Lingkungan dan pengurus terbuka pada semua paslon kepala daerah, koalisi parpol pengusung maupun tim sukses yang hendak sosialisasi dan menperkenalkan diri, mengenalkan visi misi program dan komitmen sebagai calon pemimpin.
“Kalau dulu masih bersifat imbauan, namun sekarang harus mulai jadi kesepakatan tertulis. Harus terbuka tapi juga harus bersikap adil. Semua pasangan calon harus diberi kesempatan yang sama, tidak bisa hanya salah seorang dari paslon,” kata Endro.
BACA JUGA:
- Gereja Katolik Minta Para Cawabup Hindari Politik Transaksional dan Mengedepankan Moralitas
- PDI Perjuangan Usung Hasto Wardoyo dan Wawan Harmawan Maju Pilkada Kota Yogyakarta
- DPP PDI Perjuangan Rekomendasikan Harda Kiswaya dan Danang Maharsa Maju Pilkada Sleman 2024
Menurut Endro, hal kedua yang cukup prinsip yakni Ketua Lingkungan dan pengurus lingkungan tidak diperkenankan menerima sumbangan atau bantuan dalam bentuk uang, barang atau bentuk fasilitas lain dari paslon maupun koalisi parpol pengusung atau tim sukses paslon yang memiliki maksud mempengaruhi pilihan dan bertujuan mendapatkan dukungan suara.
“Pemilih harus memilih dengan suara hatinya sendiri, diberikan kebebasan penuh dan bebas dari berbagai tekanan. Ini prinsip dasar yang harus diperjuangkan agar martabat pemilih tetap terjaga. Walaupun tergolong kecil tapi umat Katolik harus bisa berkontribusi untuk kebaikan. Jangan sampai menjadi pemimpin jadi mahal karena dikenai tinggalan atau sumbangan. Ini tidak boleh. Kalau sampai jadi pemimpin mahal, maka orang baik dan tidak punya uang tidak akan bisa menjadi pemimpin,” kata Endro.
Perlu diikuti semua Paroki di DIY
Romo Moderator Komisi Penghubung Karya Kerasulan Kemasyarakatan (PK3) Kevikepan DIY Romo Rosarius Sapto Nugraha Pr, menyambut baik kegiatan yang diinisiasi Paroki Wonosari tersebut. Menurut Romo Sapto, semua paroki di DIY perlu ikut menyelenggarakan acara serupa sebagai bentuk pelayanan bagi pemilih agar dekat dengan semua calon pemimpin di daerahnya masing-masing.
Selain bisa dekat dan berkesempatan wawanhati ini cukup bagus bagi pemilih, juga bisa menjajaki kecakapan dan mengukur kemampuan calon pemimpinnya. “Dengan bertemu dan bertanya langsung bisa mengatasi penyebaran informasi bohong bentuk black campaign marak di media sosial,” kata Romo Sapto.
Dalam acara ramah tamah Cawabup Gunungkidul dengan tokoh umat Katolik tersebut, tiap kandidat diberi waktu untuk memperkenalkan diri dan menyampaikan komitmennya. Ketiganya berkesempatan menyampaikan gagasan, pemikiran dan komitmen dalam mengatasi berbagai masalah kemiskinan di Gunungkidul, toleransi, tingginya angka perceraian dan bunuh diri hingga pengembangan UMKM dan pariwisata.
Komisioner KPU Gunungkidul Antok dan Ketua Bawaslu Gunungkidul Andang Nugraha, mengapresiasi kegiatan Paroki Wonosari yang terus menggelorakan politik moralitas untuk umat dan masyarakat luas.
“Regulasi soal money politik di Pilkada lebih konkret yakni bisa menjerat setiap orang yang melakukan politik uang. Beda dengan kontestasi pemilu lainnya yang bisa dijerat calon dan tim resmi yang didaftarkan ke KPU. Memang regulasinya beda,” tandas Andang. (lip)
*
There is no ads to display, Please add some