beritabernas.com – UMKM perlu melakukan digitalisasi dalam menjalankan usaha mulai dari yang sederhana (digitalisasi ugahari) hingga yang paling canggih (sophisticated digitalization). Hal ini penting karena selain praktis juga agar bisa menjalankan bisnis kapan saja dan dari mana saja. Dengan melakukan digitalisasi maka bisnis diharapkan bisa cepat maju dan berkembang.
Hal itu disampaikan Prof Fathul Wahid ST MSc PhD, Rektor UII, ketika menjadi keynote speaker dalam Annual Meeting Asosiasi Profesi Bisnis Digital (APBISDI) 2024 di Ruang Teatrikal Lantai.2 Gedung Sardjito Kampus Terpadu UII, Kamis 1 Agustus 2024.
Dalam pertemuan tahunan yang dibuka Ketua Umum APBISDI Dr Merry Citra Sondari SE MSi dan diikuti/ dihadiri hampir 100 peserta/anggota APBISDI itu, Fathul Wahid mengatakan, digitalisasi ugahari/ sederhana investasinya murah karena menggunakan teknologi digital yang tersedia tanpa berbayar atau berbiaya rendah, sehingga hambatan masuk dan resistensi dapat dikelola.
Selain itu, menggunakan teknologi digital yang tidak memerlukan kecakapan/ketrampilan tinggi sehingga pedampingan masih dapat dilakukan dengan efektif. Kemudian, digitalisasi dimulai dari lingkup yang terbatas sehingga resiko dapat dikelola.
Sementara digitalisasi canggih investasinya lebih besar, membutuhkan kecakapan yang lebih tinggi dengan ruang lingkup yang lebih menyeluruh.
Menurut Prof Fathul Wahid, tantangan digitalisasi saat ini memang cukup banyak, antara lain ketrampilan teknis yang kurang memadai, biaya investasi awal dan keterbatasan finansial, akses internet dan teknologi yang terbatas, kurangnya bantuan teknis dan konsultasi, ketidaknyaman dengan metode baru serta resiko dan perlindungan data yang kurang memadai.
BACA JUGA:
- Mahasiswa Lintas Prodi UII Berhasil Membuat Produk Salep Luka Menggunakan Bahan Herbal
- Mahasiswa UII Berhasil Menciptakan Alat Pencegah Risiko Miopia dan Hypermetropia
Mengutip hasil survei BPS tahun 2019, Fathul Wahid mengungkapkan bahwa pada tahun 2019 sebanyak 93,78 persen UMKM tidak menggunakan komputer dan 90,24 persen tidak menggunakan internet.
Sementara menurut hasil survei INDEF tahun 2024terhadap 254 UMKM, sebanyak 33,86 persen mode bisnis (mulai berdiri) dari luring kedaring, luring dan daring 61,02 persen dan hanya daring sebanyak 5,12 persen.
Sedangkan aplikasi untuk berjualan sebanyak 50 persen melalui Shopee, 33,46 persen melalui facebook marketplace, instagram shop 28,74 persen, TikTok Shop 20,87 persen dan online food delivery sebanyak 17,32 persen.
Sementara Ketua Umum APBISDI Dr Merry Citra Sondari SE MSi mengatakan, Program Studi Bisnis Digital merupakan program studi baru di perguruan tinggi, namun perkembangannya sangat pesat. Hal ini terlihat dari jumlah peminat/ mahasiswa yang terus meningkat. Sehingga saat ini sudah banyak perguruan tinggi yang membuka program studi tersebut.
Seiring dengan perkembangan prodi baru tersebut kemudian didirikan APDBISDI pada 15 Juni 2022 dengan tujuan untuk mengembangkan kemampuan para anggota secara individu yang memiliki kemampuan, mengembangkan institusi APBISDI agar lebih kuat seperti mempersiapkan kurikulum, menghubungkan anggota dengan pemangku kepentingan lainnya atau mitra-mitra, seperti berkolaborasi dengan UMKM.
“Sedangkan tujuan yang lebih tinggi adalah bagaimana agar APBISDI lebih berdampak bagi masyarakat luas,” kata Merry Citra Sondari. (lip)
There is no ads to display, Please add some