Mahasiswa Prodi Teknik Industri UAJY Praktikkan Mata Kuliah Masyarakat Digital di Keraton Yogyakarta

beritabernas.com – Mahasiswa Program Studi (Prodi) Teknik Industri Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY) mengikuti kunjungan industri ke Unit Pelaksana Teknis (UPT) Logam Kota Yogyakarta dan melakukan praktik mata kuliah Masyarakat Digital di Bangsal Kasatriyan Keraton Yogyakarta, Jumat 14 Juni 2024.

Kegiatan ini merupakan salah satu bentuk realisasi kerja sama UAJY dengan Yayasan Dua Belas Cahaya Kasih yang sudah dilakukan sejak tahun 2022. Selama ini, para dosen Prodi Teknik Industri dan Yayasan Dua Belas terlibat langsung dalam mendampingi mahasiswa. Pada akhir mata kuliah Masyarakat Digital, mahasiswa melakukan presentasi tugas besar dan ekspo virtual untuk memamerkan hasil karyanya. 

Ir Twin Yoshua Raharjo D ST MSc, Dosen Mata Kuliah Masyarakat Digital yang juga Ketua Program Studi Teknik Industri UAJY mengungkapkan, setiap tahun mahasiswa baru dikenalkan dengan kebudayaan yang ada di Yogyakarta, termasuk dalam program Jogja Istimewa. Dari kunjungan hari ini, ia berharap mahasiswa dapat mengerti bagaimana keraton bisa berkolaborasi dengan perkembangan digital.

Menurut Yoshua, di suatu museum orang bisa melihat skrip atau keterangannya tidak hanya tertulis pada prasasti, tetapi juga ada penjelasan secara digital. Peran digital ini juga tampak seperti dalam tarian flash mob oleh para abdi dalem Keraton Yogyakarta di Malioboro yang diviralkan melalui media sosial. Dengan demikian, tidak hanya orang di Malioboro yang melihat, tetapi berdampak keluar sehingga mereka tertarik datang ke Indonesia, terutama ke Yogyakarta untuk belajar kebudayaan.

Mahasiswa Program Studi (Prodi) Teknik Industri Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY) mengikuti kunjungan industri ke Unit Pelaksana Teknis (UPT) Logam Kota Yogyakarta dan melakukan praktik mata kuliah Masyarakat Digital di Bangsal Kasatriyan Keraton Yogyakarta, Jumat 14 Juni 2024. Foto: Slamet R

Dikatakan, mata kuliah Masyarakat Digital dirancang untuk mendukung Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM). Pada mata kuliah Masyarakat Digital ini, mahasiswa diajak untuk mengidentifikasi kebutuhan masyarakat dan memecahkan solusi digital untuk mengetahui permasalahan tersebut. 

Sementara Yayasan Dua Belas Cahaya Kasih merupakan mitra institusi pendidikan dan komunitas pemberdayaan masyarakat. Yayasan ini berdiri di atas kesadaran bahwa pendidikan adalah tanggung jawab semua elemen masyarakat dan berkomitmen untuk ikut berkontribusi di dalamnya.

Agung Prasetya, Penasihat Yayasan Dua Belas Cahaya Kasih, menjelaskan visi yayasan ini adalah menjadi mitra tepercaya bagi institusi pendidikan dan komunitas masyarakat dalam menyiapkan sumber daya manusia yang cakap, kreatif, mandiri, humanis, dan berspiritualitas

“Melalui kerja sama dengan Yayasan Dua Belas Cahaya Kasih, diharapkan Program Studi Teknik Industri Universitas Atma Jaya Yogyakarta dengan mata kuliah Masyarakat Digital ini akan menghasilkan lulusan yang berkualitas di era serbadigital ini,” kata Agung dalam rilis yang diterima beritabernas.com, Jumat 14 Juni 2024.

Ir Twin Yoshua Raharjo D ST MSc, Dosen Mata Kuliah Masyarakat Digital yang juga Ketua Program Studi Teknik Industri UAJY. Foto: Slamet R

Kunjungan yang diikuti 200 mahasiswa angkatan 2023 bersama 8 pendamping ini diawali dengan pemaparan dua narasumber dari Keraton Yogyakarta, yakni KMT Widyawinoto dari Kawedanan Widya Budaya yang memaparkan materi value budaya, filosofi dan produk ramah bumi. Kemudian, KMT Yuda Wijaya dari KHP Datu Dana Suyasa dengan materi transformasi digital, filosofi, bangunan keraton, tata ruang keraton dan arsitektur.

Bersama kedua narasumber, para mahasiswa berdinamika dan melaksanakan studi kasus mengenai bentuk fisik dan nonfisik produk budaya, peran budaya pada masanya dan masa sekarang, serta konsep Hamemayu Hayuning Bawana sebagai konsep sustainable development dari Sultan Agung yang telah mendapatkan pengakuan dari UNESCO.

Sumber kebudayaan

KMT Widyawinoto menjelaskan, Keraton Yogyakarta merupakan sumber kebudayaan. Bangunan dan filosofi keraton ini mengajarkan edukasi luhur yang secara khusus mengenai budi pekerti. Pengetahuan dan sikap diajarkan di keraton. Unsur kebudayaan sendiri sangat luas, tidak hanya kesenian, melainkan juga pengetahuan, bahasa, pertanian, adat istiadat dan hukum.

Ia berpesan kepada para mahasiswa untuk memperbaiki dan membangun alam seisinya, bukan merusaknya. “Kalau kalian di industri, misalnya di perusahaan knalpot, tapi knalpotnya blombongan, itu jelas merusak lingkungan. Semoga mahasiswa Atma Jaya ini tidak memakai knalpot blombongan. Tolong, Yogyakarta disejukkan,” pinta abdi dalem yang pernah kuliah di ISI Jurusan Sastra Tari dan studi ke Madrid, Spanyol ini.

BACA JUGA:

Ia kemudian menjabarkan setiap Sultan yang bertakhta mempunyai tantangan zaman masing-masing. Tantangan yang dihadapi Sri Sultan Hamengkubuwana X adalah kemajuan zaman dan teknologi. Para abdi dalem setiap kali masuk ke Keraton, absensinya sudah menggunakan alat fingerprint.

“Tahun 1979 sampai 1980 saya masuk ke sini sebagai penari itu berat. Kami bertanya-tanya, siapa generasi penerusnya? Sekarang berkembang. Ada tarian-tarian flash mob di Malioboro yang dilakukan para penari keraton. Bagus, anak muda semua,” tutur KMT Widyawinoto bangga.

Sementara KMT Yuda Wijaya menyatakan tidak semua keraton di Indonesia masih bisa eksis seperti di Yogyakarta. “Sebagai anak teknik, ngapain belajar budaya?” tanya abdi dalem muda ini. “Tapi saya ingin mengatakan, Jogja itu begitu istimewanya, salah satunya karena budaya yang diakui Pemerintah Republik Indonesia bahkan bahkan oleh badan-badan dunia seperti UNESCO,” kata Yuda Wijaya.

Dalam Sidang ke-45 Komite Warisan Dunia (World Heritage Committe) UNESCO PBB di Riyadh, Arab Saudi pada 18 September 2023, Sumbu Filosofi Yogyakarta ditetapkan sebagai salah satu warisan dunia dari Indonesia.

“Kalau Anda merasa istimewa itu wajar, meskipun Anda bukan orang Jawa apalagi Jogja, tapi Anda bisa menjadi bagian dari Jogja. Bahkan Anda bisa menjadi bagian keistimewaan Jogja,” ujar KMT Yuda Wijaya.

Para mahasiswa mendengarpenjelasan abdi dalem Keraton Yogyakarta. Foto: Slamet R

Kawasan DIY sejak 1.000 tahun yang lalu pun sudah menjadi pusat peradaban. Salah satu buktinya adalah Candi Prambanan serta Candi Borobudur yang berada di Magelang, Jawa Tengah. Candi-candi ini dibuat dari material batu lava gunung berapi. Meski di Indonesia banyak gunung berapi, tetapi tidak ada candi lain yang dibangun 1.000 tahun lalu dan dibuat dari batu lava semegah keduanya. Jika ingin mencari bandingannya, mesti pergi ke luar negeri, paling dekat ke Angkor Wat, Kamboja.

“Ternyata, perhitungan Pangeran Mangkubumi (Sri Sultan Hamengkubuwana I) dua ratusan tahun lalu itu tepat. Tidak membangun keraton di Gunung Merapi, meski sejuk tapi bahaya. Kenapa tidak mendekat Pantai Selatan? Pada tahun 2006, itu menjadi episentrum gempa bumi yang berkekuatan cukup besar,” urai KMT Yuda Wijaya seraya melanjutkan, “Sekarang Adik-adik belajar teknik industri. Bisakah Adik-adik merencanakan sebuah sistem produksi, manajemen perusahaan, yang bisa memprediksi dua ratus tahun ke depan?”

Oleh karena itu, KMT Yuda Wijaya menekankan pentingnya belajar sejarah. Sebab, salah satu tugasnya adalah merancang masa depan dan menata tata ruang di Yogyakarta, baik di keraton maupun dinas-dinas terkait. “Pembangunan Kota Yogyakarta, setelah 250 tahun, UNESCO mengakui bahwa ini merupakan warisan dunia,” kata Yuda Wijaya.

Usai studi kasus di Keraton, perwakilan kelompok mengunjungi Museum Digital Keraton. Kemudian, seluruh mahasiswa mengikuti kunjungan industri ke Unit Pelaksana Teknis (UPT) Logam Kota Yogyakarta yang diampu Dinas Perindustrian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM), Pemerintah Kota Yogyakarta yang berlokasi di Sorosutan, Kemantren Umbulharjo. (*/lip)


There is no ads to display, Please add some

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *