Gendurenan Perkuat Budaya Jawa dalam Rangkaian HUT ke-90 Gereja HKTY Pugeran

beritabernas.com – Gereja Hati Kudus Tuhan Yesus (HKTY) Pugeran, Yogyakarta genap berusia 90 tahun. Genduren atau tirakatan dalam memperingati malam HUT ke 90 Paroki Pugeran tahun 2024 ini bertepatan dengan malam tahun baru Jawa 1 Suro. Karena itu, segala rangkaian genduren 90 tahun Paroki Pugeran dilaksanakan dengan tradisi Jawa gaya Yogyakarta.

Gereja Pugeran yang diresmikan pada 8 Juli 1934, merupakan gereja pribumi sebagai pengetan atau peringatan karya misioner 75 tahun Serikat Yesus berkarya di Indonesia. Serikat Yesus memulai karya di Indonesia pada 1859, pada waktu itu dua imam Jesuit yaitu Pastor van den Elzen SJ dan Pastor JB Palinckx SJ tiba di Indonesia. Serikat Yesus juga yang merintis berdirinya Paroki HKTY Pugeran. 

BACA JUGA:

Dalam perayaan ulang tahun ke 90 Gereja HKTY Pugeran itu, Kepala Paroki Pugeran Romo  FX Sukendar Pr menegaskan bahwa rangkaian HUT ke 90 ini merupakan pijakan kembali Gereja HKTY Pugeran sebagai salah satu gereja yang bercorak Jawa. Bangunan gereja HKTY sendiri telah ditetapkan sebagai cagar budaya.

Ketua Panitia Rangkaian HUT ke-90 Paroki HKTY Pugeran V Bangun Putra Prasetya menjelaskan bahwa, acara genduren disiapkan dalam gaya Yogyakarta yang melibatkan seluruh potensi umat di Paroki Pugeran. Panitia menyiapkan ingkung berjumlah 9 yang didoakan dengan iringan seni Sloka/ Rebana Kristiani. Ingkung yang berjumlah 9 merupakan simbol atau lambang angka 9 pada angka 90 tahun. 

Bangun Putra Praestya menambahkan, 9 ingkung menunjukkan pandangan atau filosofi dalam budaya Jawa mengenai angka 9, yang diyakini sebagai jumlah bilangan terbesar. Angka 9 merupakan angka yang dianggap keramat dan dikaitkan dengan simbolisasi makrokosmos dan mikrokosmos dalam kehidupan manusia.

Para Romo Paroki HKTY Pugeran, Pendeta GKJ dan Ketua Panitia rangkaian HUT ke-90 Paroki Pugeran. Foto: Dok Panitia

Selain itu, ingkung berjumlah 9 juga dijadikan simbol untuk mengingatkan kembali Babagan Hawa Sanga (9). Dengan adanya pemahaman kembali Babagan Hawa Sanga tersebut, diharapkan umat Paroki Pugeran untuk selalu sadar (Siyaga) akan segala potensi yang telah dianugerahkan Gusti untuk selalu siap dalam melaksanakan tugas perutusan masing-masing (Sendika) serta segala hal yang telah dikerjakan untuk dikembalikan kepada rasa syukur atas kebesaran Gusti dengan selalu berserah (Sumadya). Hal ini selaras dengan tema besar Rangkaian HUT 90 HKTY Pugeran yaitu Siyaga, Sendika, Sumadya.

Seni Sloka/ rebana Katolik menjadi doa pengiring dalam pemberkatan sembilan ingkung tersebut dilantunkan secara sederhana. Hal ini menjadi simbol tersendiri terkait dengan kerendahan hati manusia dalam menghantarkan atur sesaji kepada Gusti.

Hadir dalam Genduren tersebut, para tokoh dari berbagai agama atau lintas iman. Panitia juga menghadirkan persekutuan Oikumene Gereja-gereja yang berada di Wilayah Paroki Pugeran. Selain itu, para pengurus gereja mulai dari ketua lingkungan, ketua wilayah serta koordinator atau pengurus gereja wilayah yang berada di Paroki Pugeran.

Pemberkatan Banyu Perwita Sari oleh Rm FX Sukendar Pr. Foto: Dok Panitia

Paroki HKTY Pugeran terletak di antara dua administrasi pemerintahan yaitu kabupaten Bantul dan Kota Yogyakarta. Pada acara tersebut, juga dilaksanakan dengan penanaman pohon Nagasari di pelataran kompleks Gereja HKTY Pugeran.

Potensi seni

Pada acara tersebut, juga ditampilkan potensi seni dari umat berupa tari-tarian dan seni kerawitan. Kesenian tari tradisonal dibawakan oleh puteri-puteri Paroki Pugeran yaitu Golek Ayun-Ayun dan tari Roro Ngigel. Tarian tersebut menjadi ajang tersendiri bagi generasi muda Gereja HKTY Pugeran dalam memberikan pelayanan bagi Tuhan. Hal tersebut selaras dengan semangat Formasio Iman Berjenjang dan Berkelanjutan (FIBB) yang sedang gencar dilaksanakan oleh Paroki Pugeran.

Hal lain yang menunjukkan adanya gerakan FIBB dalam acara tersebut yaitu kesenian Kerawitan yang dibawakan oleh perwakilan Gereja Salib Suci Gunung Sempu. Tim kesenian dari Gereja Sempu menjadi penampil terbaik dalam cara Festival Gamelan Pugeran yang diadakan beberapa waktu lalu sebagai salah satu rangkaian HUT 90 Paroki Pugeran.

Pada akhir acara, diadakan berkah untuk Tirta Perwita Sari yang nantinya dibagikan kepada umat yang hadir. Setelah dilakukan pemercikan Tirta Perwita Sari tersebut, acara ditutup dengan kesenian Gamelan dengan mengangkat judul Gugur Gunung yang dibawakan oleh Gereja Wilayah Salib Suci Gunung Sempu. Hal ini menjadi simbol untuk kebersamaan umat dalam membangun Pasamuan dalam menggereja, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. (Laporan dari Anton Sumarjana)


There is no ads to display, Please add some

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *