beritabernas.com – Keuskupan Agung Semarang (KAS) memiliki program srawung lintas iman. Program ini dibuat karena KAS memiliki perhatian khusus untuk terus merawat dan menumbuhkembangkan persaudaraan lintas iman di antara umat.
Program srawung lintas iman ini diharapkan menjadi langkah strategis untuk mengupayakan perwujudan
perjumpaan, aksi keterlibatan yang kontekstual, penciptaan narasi yang berpengaruh pada transformasi sosial
Selain itu, pengalaman-pengalaman perjumpaan dalam program tersebut diharapkan bisa menjadi
sarana untuk penguatan studi mengenai arena publik dan mendorong keberanian untuk mengambil peran di arena publik.
Romo Martinus Joko Lelono Pr, Ketua Komisi Hubungan antar Agama dan Kepercayaan Keuskupan Agung Semarang (KAS), mengatakan, untuk tahun 2022 ini Program Srawung Orang Muda Lintas Iman 2022 mengangkat tema Berani Bergaul, Berani Berperan. Tema ini merupakan upaya pengolahan berkelanjutan dari acara srawung orang muda lintas iman sebelumnya.
“Dengan pengalaman Srawung ini, kiranya kita terbantu untuk melihat secara lebih jelas bahwa peran orang muda di tengah masyarakat ditentukan oleh seberapa luas relasi-relasi atau pergaulan mereka. Jika orang muda bergaul hanya dengan kelompoknya, maka peran orang muda berada terbatas dalam wilayah relasi antar orang muda itu (inward looking). Jika orang muda bergaul dengan kalangan yang lebih luas daripada kelompoknya, bahkan lebih luas memasuki konteks kemasyarakatan umum, maka peran orang muda berada dalam wilayah yang melampaui lingkup relasi antar orang muda (outward looking),” kata Romo Martinus dalam rilis yang diterima beritabernas.com, Rabu 3 Agustus 2022.
Secara rinci, tujuan dari kegiatan Srawung Lintas Iman adalah agar orang muda memperoleh arena pembelajaran yang berkenaan dengan kewarganegaraan dan communication skills (aspek formasi dari Srawung Orang Muda Lintas agama ini).
Selain itu, sebagai sarana perjumpaan orang muda lintas agama dan membangun sensibilitas kepahaman terkait situasi yang terjadi di masyarakat di antara orang muda lintas Agama. Kemudian, memberi arena keterlibatan publik dalam rangka pembentukan pengalaman dan kemandirian berkenaan dengan passion yang dipunyai dan dikembangkannya di kalangan orang muda dari berbagai agama.
“Kegiatan ini juga untuk memberi sarana pelibatan orang muda dari berbagai agama pada arena digital platform dan pembangunan jejaring pendampingan kaum muda yang inklusif,” kata Romo Martinus.
Bentuk kegiatan
Secara garis besar, bentuk kegiatan yang ditawarkan adalah perkenalan, edukasi dan selebrasi. Perkenalan sebagai modal awal pertemuan. Sebagai contoh, di Kevikepan Semarang diadakan aksi sosial pembagian takjil di masa Idul Fitri.
Untuk edukasi, pertemuan dua sampai tiga hari dalam rangka pendalaman materi dan persaudaraan (salah satu kemungkinan youthcamp) dengan peserta orang muda lintas agama. Dalam kesempatan ini, peserta disodorkan pertanyaan, “Bentuk keterlibatan apa yang bisa dilakukan orang muda untuk menjaga kedamaian Indonesia.”
Sementara selebrasi sebagai acara puncak dalam rangka Sumpah Pemuda yang dilakukan oleh
masing-masing kevikepan. Acara ini diharapkan menjadi kesempatan untuk mendirikan/meresmikan Komunitas Srawung di masing-masing kevikepan dalam pendampingan dari Komisi Hubungan Antar Agama dan Kepercayaan.
Pada acara ini dapat melibatkan peserta lebih luas. Untuk memeriahkannya, panitia akan mengadakan
lomba tiktok, video pendek, lagu, opini kebangsaan dan sebagainya.
“Komunitas ini diharapkan bisa berlanjut dalam kegiatan-kegiatan kebersamaan pada tahun mendatang. Dengan demikian, acara Srawung Orang Muda Lintas Iman ini menjadi semacam pintu pembuka untuk dimulainya relasi lintas iman. Mengingat semakin menguatnya sentimen terhadap identitas, maka acara Srawung ini dirasa tepat sebagai upaya membukakan jalan persaudaraan,” kata Romo Martinus. (lip)
There is no ads to display, Please add some