Menyelamatkan Jembatan Karangsemut, Menyelamatkan Kita Semua

Oleh: Ir Suharyatma MT, Dosen Teknik Sipil Universitas Islam Indonesia, Ahli Utama Teknik Jembatan

beritabernas.com – Jembatan adalah infrastruktur yang sering kali kita lewati tanpa berpikir panjang. Padahal, ia memikul beban yang luar biasa, dari kendaraan ringan hingga angkutan berat, siang dan malam, tanpa henti. Salah satu contoh adalah Jembatan Karangsemut di Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, yang berdiri di atas Kali Opak sejak tahun 1980.

Jembatan ini dibangun dengan rangka baja tipe Callender Hamilton (CH), yang mulai populer di Indonesia pada tahun 1970-an. Desainnya sederhana, ekonomis dan efisien, sehingga bisa cepat dibangun pada masa itu. Namun, seperti halnya setiap karya teknik, jembatan memiliki umur rencana yang terbatas. Kini, lebih dari empat dekade kemudian, tanda-tanda kelelahan mulai terlihat.

Hasil survei detail terbaru yang dilakukan menunjukkan sejumlah kerusakan yang patut diperhatikan. Pada bagian bangunan atas, banyak saluran pembuangan yang tersumbat tanaman liar, expansion joint yang retak, hingga cat baja yang mengelupas dan ditumbuhi lumut sebuah awal dari proses korosi. Plat lantai pun tidak luput, dengan beton yang terkelupas sehingga tulangan baja terekspos dan berkarat.

Baca juga:

Lebih mengkhawatirkan lagi, beberapa batang rangka baja telah berubah bentuk. Ada yang melengkung hingga 10 cm dari posisi normal, dan perletakan bergeser hingga 3 cm. Kondisi seperti ini tentu memengaruhi kinerja struktur dalam menahan beban kendaraan.

Sementara itu, bagian bangunan bawah juga menunjukkan tanda degradasi. Pilar tambahan dari baja yang dulunya dipasang untuk perkuatan kini justru berkarat. Pilar beton mengelupas, menampakkan tulangan yang sudah korosi. Semua ini adalah sinyal bahwa usia jembatan semakin mendekati batas akhir.

Secara keseluruhan, hasil penilaian menunjukkan Jembatan Karangsemut berada pada kondisi kerusakan yang cukup serius artinya harus segera ditangani. Tanpa rehabilitasi atau perkuatan, jembatan ini berisiko tidak lagi aman digunakan.

Mengapa hal ini penting bagi kita semua?

Karena jembatan bukan hanya infrastruktur fisik, tetapi urat nadi pergerakan masyarakat. Gangguan kecil saja bisa menimbulkan efek domino: akses warga terhambat, distribusi ekonomi terganggu, bahkan keselamatan pengguna jalan dipertaruhkan.

Jembatan Karangsemut, Imogiri, Bantul. Foto: Istimewa

Melalui studi ini, kita kembali diingatkan bahwa pemeliharaan infrastruktur lama sama pentingnya dengan pembangunan infrastruktur baru. Jembatan Karangsemut hanyalah satu contoh; masih banyak jembatan di Indonesia yang dibangun pada era yang sama dan kini menghadapi persoalan serupa.

Sebagai seorang akademisi teknik sipil, saya percaya langkah survei detail ini adalah langkah maju. Namun, yang lebih penting adalah tindak lanjut nyata berupa perbaikan, rehabilitasi atau bahkan pembangunan ulang bila diperlukan. Masyarakat berhak atas infrastruktur yang aman, dan para pemangku kebijakan punya tanggung jawab moral untuk mewujudkannya.

Jembatan Karangsemut telah berjasa menghubungkan kehidupan kita selama lebih dari 40 tahun. Kini, ia mengingatkan kita semua bahwa menjaga jembatan berarti menjaga keselamatan, konektivitas, dan masa depan.

Infrastruktur tidak hanya tentang membangun yang baru, tetapi juga merawat yang lama dengan penuh kepedulian. (*)


There is no ads to display, Please add some

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *