beritabernas.com – Dengan memukul-mukul panci yang dibawa, ratusan ibu dan perempuan muda di Jogja melakukan aksi demo menuntut pemerintah untuk segera menghentikan program Makan Bergizi Gratis (MBG). Dalam demo yang berlangsung di Bunderan UGM Bulaksumur Yogyakarta, Jumat 26 September 2025 mulai pukul 16.00 itu, para ibu meminta Presiden Prabowo Subianto untuk segera menghentikan program MBG tersebut.
“Hari ini, kami para ibu di Yogyakarta, atas nama rasa sayang kami kepada semua anak di Indonesia dan kepada negeri ini, menuntut menghentikan program prioritas MBG yang sentralistik dan militeristik. Kami juga menuntut pertanggungjawaban Presiden, BGN, SPPG dan dapur penyelenggara MBG yang menyebabkan ribuan anak keracunan MBG sepanjang Januari-September 2025,” kata Kalis Mardiasih, Penanggungjawab Aksi Demo, kepada wartawan di sela-sela aksi demo, Jumat sore.

Dalam aksi demo yang diberi nama Kenduri Suara Ibu Indonesia itu, para ibu dan perempuan muda yang datang dari berbagai organisasi itu juga menuntut BGN membentuk tim pencari fakta mengusut kasus keracunan massal tersebut, menuntut transparansi pengungkapan kasus (sesuai mandat UU Kesehatan), dan memberikan hak pemulihan kepada korban.
Mereka juga menuntut pemerintah mengusut praktik pemburu rente dan korupsi dalam program MBG yang dibiayai negara dan menghentikan praktek tersebut. Selain itu, menuntut pengambilan peran pemenuhan gizi ke komunitas dan daerah.
Baca juga:
- PP PMKRI Desak Pemerintah Evaluasi Total Program Makan Bergizi Gratis
- Miris! Baru 6 SD yang Bebas Makanan Tidak Sehat
- Kadin Mendorong Diorama Program MBG sebagai Strategi Transformasi Bangsa
Tuntut penghentian program MBG tersebut, menurut Kalis Mardiasih, karena sudah ada ribuan anak Indonesia yang telah menjadi korban keracunan akibat menyantap MBG di berbagai tempat di Indonesia. Yang terjadi di Bandung dengan 1.300 anak keracunan MBG merupakan puncak kesabaran para ibu di Indonesia.
“Ada hampir 8.000 korban keracunan sejak Januari 2025 hingga September 2025, termasuk data terakhir dari Bandung Barat, Tuban, Mamuju dan Ketapang. Angka 8.000 lebih orang itu bukan angka semata. Mereka semua adalah manusia yang sejak dalam kandungan dirawat oleh orangtua/pengasuhnya dengan penuh kasih sayang dan melindungi mereka dari marabahaya. Kasus keracunan ini adalah tragedi,” tegas Kalis Mardiasih.

Selain berorasi secara bergantian dan membacakan pernyataan sikap, para ibu dan perempuan muda Jogja ini memukul-mukul panci yang dibawa sehingga menghasilkan suara gemuruh yang bersahut-sahutan.
Memukul-mukul panci, menurut Kalis, karena mereka biasa menggunakan panci untuk memasak makanan sehat tanpa racun untuk anak-anak. “Kami berharap dentang nyaringnya suara panci ini akan memperingatkan pemerintah, BGN dan presiden bahwa anda semua harus panik. Anda semua harus cepat bertindak. 8.000 jiwa korban sudah terlalu banyak. Anda-anda segera mengentikan jatuhnya korban keracunan akibat MBG,” tegas Kalis dalam pernyataan sikap itu. (lip)
There is no ads to display, Please add some