beritabernas.com – Jurusan Teknik Lingkungan FTSP UII berkolaborasi dengan Program Studi Teknik Mesin Universitas Sains Al-Qur’an (UNSIQ) Wonosobo, Jawa Tengah sukses menyelenggarakan Pengabdian Masyarakat Kolaboratif di Kabupaten Wonosobo.
Kegiatan dengan tema Agroforestri Berkelanjutan: Mewujudkan Pertanian Cerdas Iklim dengan penekanan pada Keteknikan Lingkungan ini berlangsung di Desa Serang, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, pada 4–5 Oktober 2025. Program ini melibatkan kelompok tani, kelompok wanita tani (KWT), perangkat desa dan masyarakat lokal yang selama ini berperan aktif dalam kegiatan pertanian di kawasan lereng Dieng.
Acara dibuka dengan sambutan dari Fajri Mulya Iresha, Manajer Laboratorium Jurusan Teknik Lingkungan FTSP UII, yang mewakili Ketua Jurusan Teknik Lingkungan. Fajri Mulya Iresha menekankan bahwa kegiatan ini merupakan salah satu bentuk nyata sinergi antara dunia akademik dan masyarakat dalam mengatasi permasalahan lingkungan akibat praktik pertanian intensif.

“Kegiatan ini bukan hanya program rutin pengabdian masyarakat, tetapi bagian dari strategi besar Jurusan Teknik Lingkungan UII dalam memperkuat ekosistem kolaborasi lintas kampus dan lintas disiplin untuk menghadapi tantangan perubahan iklim di sektor pertanian,” ujar Fajri.
Sementara Wisnu Budi Utomo, Kepala Desa Serang, mengapresiasi inisiatif kegiatan ini sebagai langkah konkret untuk membantu masyarakat dalam mengelola sumber daya alam secara berkelanjutan. “Desa Serang merupakan wilayah strategis pertanian sayur-mayur di lereng Dieng yang menghadapi tantangan serius akibat erosi dan penurunan kesuburan tanah. Kami menyambut baik kehadiran UII dan UNSIQ yang datang tidak hanya membawa ilmu, tetapi juga perencanaan teknologi yang dapat langsung diterapkan oleh masyarakat,” kata Wisnu Budi Utomo.
Dari pihak mitra perguruan tinggi, Sunaryo, selaku Ketua Program Studi Teknik Mesin UNSIQ juga mengapresiasi terhadap kolaborasi ini. Ia menegaskan bahwa kerja sama antarkampus ini menjadi contoh sinergi akademik yang membuahkan manfaat langsung bagi masyarakat.
“Integrasi antara teknik lingkungan dan teknik mesin menciptakan pendekatan yang holistik, tidak hanya dalam analisis dan pemantauan lingkungan, tetapi juga dalam rekayasa alat dan sistem pendukung yang dapat memperkuat ketahanan masyarakat desa terhadap perubahan iklim,” kata Wisni Budi Utomo.
Sementara Ikrom Mustofa, Ketua Tim Pengabdian Kolaboratif Agroforestri UII–UNSIQ, menegaskan bahwa kegiatan ini menjadi pijakan awal dari kolaborasi jangka panjang antara kedua kampus. “Kegiatan ini dirancang bukan sebagai aktivitas satu kali, melainkan sebagai fondasi menuju kerja sama strategis antara Jurusan Teknik Lingkungan UII dan Teknik Mesin UNSIQ dalam bidang riset, pengembangan teknologi tepat guna, serta penguatan kapasitas masyarakat berbasis agroforestri dan mitigasi iklim. Kami menargetkan kegiatan lanjutan seperti riset kolaboratif, pelatihan lanjutan, serta publikasi ilmiah bersama,” ujarnya.
Baca juga:
- Alumni Teknik Lingkungan FTSP UII Ikuti 5th World Congress of Biosphere Reserves di Hangzhou, Tiongkok
- Jurusan Teknik Lingkungan FTSP UII Gelar Envirofest sebagai Ajang Edukasi, Inspirasi dan Kolaborasi Generasi Muda
Dhandhun Wacano, Koordinator Pengabdian Masyarakat Jurusan Teknik Lingkungan UII, menyampaikan bahwa kegiatan di Wonosobo ini merupakan salah satu lokus utama Program Pengabdian kepada Masyarakat (PKM) UII tahun 2025 yang berfokus pada penerapan solusi keteknikan untuk meningkatkan ketahanan masyarakat di daerah rawan degradasi lingkungan.
“Kegiatan di Wonosobo adalah bagian dari rangkaian PKM Jurusan Teknik Lingkungan yang memadukan pengujian ilmiah, pelatihan teknis, dan penguatan kelembagaan masyarakat desa dalam menghadapi tantangan perubahan iklim,” kata Dhandhun.
Dari sisi rekayasa dan penerapan teknologi, Akhmad Irfan, selaku Koordinator Lokal dari UNSIQ, menyoroti kontribusi bidang teknik mesin dalam kolaborasi ini. Ia memaparkan bahwa tim UNSIQ berfokus pada pengembangan prototipe alat pirolisis dan bioenergi skala kecil untuk pengolahan limbah organik pertanian.
“Peran teknik mesin dalam kegiatan ini adalah merancang dan mengoptimalkan alat-alat sederhana berbasis bahan lokal agar bisa digunakan masyarakat secara mandiri, seperti reaktor pirolisis mini untuk menghasilkan biochar dan pupuk cair organik. Dengan pendekatan rekayasa ini, masyarakat dapat langsung melihat bagaimana teknologi tepat guna bisa diterapkan secara nyata,” ungkapnya.
Kegiatan pengabdian ini melibatkan sepuluh dosen Jurusan Teknik Lingkungan UII diantaranya, Diah Ayu Prawitasari, Ana Uswatun Hasanah, Dewi Wulandari, Joni Aldilla Fajri, Supriyanto, Fajri Mulya Iresha, Dhandhun Wacano, Niesa Hanum Mistoro, Suphia Rahmawati, dan Ikrom Mustofa, dengan berbagai kepakaran yang meliputi teknologi remediasi, pengolahan limbah, konservasi lahan, manajemen air tanah, hingga analisis risiko lingkungan.

Tim dosen tersebut juga didukung oleh dua tenaga kependidikan dan empat mahasiswa UII dari jenjang sarjana dan magister yang membantu proses teknis, dokumentasi, serta komunikasi dengan masyarakat. Kolaborasi ini menjadi wujud nyata pendekatan interdisipliner UII dalam menerapkan ilmu teknik lingkungan di tingkat komunitas.
Selain pelaksanaan kegiatan lapangan, sesi penting dalam rangkaian pengabdian ini adalah diskusi kolaboratif antara tim Jurusan Teknik Lingkungan UII dan Program Studi Teknik Mesin UNSIQ. Pertemuan ini menghasilkan draft roadmap pengabdian masyarakat kolaboratif jangka panjang, yang mencakup agenda bersama di bidang pengembangan teknologi tepat guna untuk pertanian berkelanjutan, pengolahan limbah organik, serta edukasi mitigasi iklim berbasis masyarakat.
Pada kesempatan itu juga dilakukan penandatanganan Implementation Agreement antara kedua institusi sebagai komitmen formal pelaksanaan kegiatan pengabdian masyarakat yang telah dilaksanakan.
Melalui kegiatan ini, UII dan UNSIQ menegaskan komitmen untuk menjembatani dunia akademik dan masyarakat dengan inovasi yang berkelanjutan. Kolaborasi ini diharapkan menjadi model pengabdian masyarakat yang mampu memperkuat ketahanan sosial-ekologis masyarakat pegunungan, sekaligus menjadi tonggak penting dalam perjalanan kerja sama antarperguruan tinggi Islam dalam menghadapi isu global perubahan iklim. (*/lip)
There is no ads to display, Please add some