Menteri Agus Gumiwang Apresiasi API Menjadi Tuan Rumah ITMF di Yogyakarta

beritabernas.com – Menteri Agus Gumiwang Apresiasi API menjadi tuan rumah event internasional bertajuk ITMF Annual Conference & IAF World Fashion Convention 2025 di Yogyakarta. Even yang diselenggarakan oleh Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) berlangsung selama dua hari, pada 24-25 Oktober 2025.

Acara internasional ini dihadiri oleh sekitar 400 delegasi dari berbagai negara, terdiri dari asosiasi tekstil dan fashion internasional, produsen, pelaku usaha, akademisi, dan pemangku kebijakan global.

Pada kesempatan itu, Menteri Perindustrian Republik Indonesia Agus Gumiwang Kartasasmita menyampaikan amanat Presiden Prabowo bahwa industri tekstil dan produk tekstil adalah industri padat karya yang menjadi bagian dari kepentingan strategik nasional demi pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja sebagaimana visi Presiden Prabowo.

Menteri Perindustrian menyampaikan terima kasih kepada para tamu bisnis domestik dan manca negara yang hadir pada acara international conference ini. “Sebagai Menteri Perindustrian, saya memberikan apresiasi kepada organisasi kelas dunia, ITMF dan IAF serta API yang telah menunjukkan kolaborasi
positif antar negara di sektor tekstil dan produk tekstil. Acara di Jogjakarta ini musti menjadi momentum kebangkitan tekstil dan fashion Indonesia untuk dunia,” kata Agus Gumiwang.

Dikatakan, iIndustri tekstil dan garmen harus mampu menjadi pelopor tehnologi modern untuk meningkatkan kapasitasnya, kualitasnya, mampu melindungi dunia usaha dan tenaga kerjanya. Industri tekstil dan fashion saat ini juga dituntut untuk mampu membantu menciptakan green planet demi lingkungan hidup yang semakin baik. “Karena green industry sektor tekstil dan fashion juga menunjukkan kualitas kehidupan negara,” kata Menteri Agus Gumiwang .

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang. Foto: Dok API

Ia mengatakan pertumbuhan industri TPT Indonesia semakin positif. Pada akhir 2024 sampai kuartal kedua 2025 mencapai 5,39% (Q4 2024-Q2 2025), kontribusi pada GDP sebesar 0,98%, melibatkan 3,76 juta pekerja yang artinya sebesar 19,18% dari total pekerja manufaktur. Sementara kapasitas
ekspor meningkat menjadi USD 8,07 billion pada bulan Jan-Aug 2025.

Asosiasi Pertekstilan Indonesia, penyelenggara international conference ini, menyatakan komitmen sinergis dengan Pemerintah dengan berbagai regulasi anyar yang ditujukan untuk menjaga keberlangsungan industri tekstil dan garment di Indonesia.

Ketua Umum API Jemmy Kartiwa menyampaikan bahwa konferensi ini merupakan momentum penting para pemangku kepentingan industri tekstil dan fashion seluruh dunia, saling kolaborasi, unjuk inovasi dan tehnologi di tengah ketidakpastian global dan sinergitas kebijakan pemerintah.

“Melalui forum internasional ini, kita bisa berbagi pengetahuan dan inovasi, membangun kemitraan lintas negara, serta mengembangkan keterampilan baru yang dibutuhkan untuk menghadapi perubahan. Menavigasi ketidakpastian dan mengadopsi jalur teknologi bukan hanya keharusan, tetapi juga peluang besar untuk membangun masa depan industri tekstil dan garmen yang lebih kuat, lebih tangguh,
dan lebih berkelanjutan,” katanya.

”API menyampaikan apresiasi kepada Menteri Perindustrian, Menteri Perdagangan dan Menteri Keuangan yang saat ini sedang berjuang melahirkan regulasi regulasi yang ditujukan melindungi
kepentingan industri padat karya, tekstil dan produk tekstil domestik. Dengan kuatnya
perlindungan kebijakan pemerintah, maka positioning industri Indonesia akan semakin kuat menghadapi persaingan global yang penuh tantangan perubahan rantai pasok dan perdagangan dunia,” kata Jemmy Kartiwa.

Baca juga:

Sementara Wakil Ketua Umum API sekaligus anggota Dewan ITM Michelle Tjokrosaputro menekankan pentingnya menyatukan nilai budaya dan kearifan lokal dalam pengembangan industri tekstil modern, “Perhelatan ini adalah wadah kolaborasi global yang mempertemukan nilai budaya, inovasi, dan keberlanjutan. Indonesia Adalah bagian penting dari siklus mata rantai tekstil dan produk tekstil dunia yang turut membentuk masa depan industri tekstil dunia,” kata Michelle Tjokrosaputro.

Ia menyatakanemilihan Yogyakarta sebagai lokasi penyelenggaraan internasional conference ITMF
dan IAF ini, karena keunikan kota Yogyakarta sebagai pusat pendidikan dan kreativitas dengan warisan budaya yang kental dengan tekstil dan fashion nasional. Yogyakarta dikenal memiliki kekayaan seni dan kerajinan yang berpadu dengan inovasi, menjadikannya simbol pertemuan antara tradisi dan teknologi dalam industri kreatif modern sektor tekstil dan garmen.

Konferensi internasional ITMF dan IAF ini mengangkat tema “Navigating Uncertainty and Adopting Technology Pathways to Sustainable Strength in the Textile and Apparel Industry”, menghadirkan sekitar 20 pembicara ahli internasional yang membahas topik strategis seperti decarbonization, sustainability, inovasi teknologi, serta masa depan serat dan kapas, memastikan industri tekstil dan fashion global mampu bertransformasi secara berkelanjutan di tengah kemajuan teknologi dan tantangan tenaga kerja. (lip)


There is no ads to display, Please add some

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *