beritabernas.com – Kamar Dagang dan Industri (Kadin) DIY mendorong penerbangan langsung (direct flight) Bangkok, Thailand dan Yogyakarta, Indonesia dan kerja sama ekonomi baru. Hal itu disampaikan delegasi Kadin DIY dalam kunjungan kehormatan ke Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Bangkok, Thailand, di sela mengikuti International Water Association (IWA)- Water and Development Congress & Exhibition.
Delegasi Kadin DIY dipimpin oleh Rahadi Saptata Abra (Wakil Ketua Umum Bidang Lingkungan Hidup & Konservasi periode 2020-2025) dan Fajarruddin Achmad Muharom (Ketua Kompartemen) dan mitra Kadin DIY dari Pijar Foundation, Gede Janaka Narayana didampingi Ketua Umum Indonesia-Thailand Chamber of Commerce Hardy Chandra dan Sekretaris Jenderal Donny Yogantoro.
Rombongan diterima oleh Arif Rachmat Hidayat, First Secretary, Economic Affairs and UNESCAP dan Noviliana Tambunan, Minister Counsellor, Economic Affairs and UNESCAP di KBRI Bangkok. Pertemuan berlangsung hangat namun fokus dengan agenda utama pemetaan peluang kerja sama ekonomi antara Bangkok dan Yogyakarta.
Direct flight Bangkok–Yogyakarta jadi isu strategis
Salah satu pokok pembahasan utama adalah potensi pembukaan rute penerbangan langsung (direct flight) Bangkok–Yogyakarta yang dinilai krusial untuk memperkuat konektivitas wisata, bisnis sekaligus logistik komoditas.
Saat ini, Yogyakarta International Airport (YIA) mencatat lebih dari 4,3 juta penumpang pada 2023, tumbuh sekitar 46,5% dibanding tahun sebelumnya, menunjukkan tren peningkatan mobilitas penumpang yang sangat kuat. Sementara data BPS menunjukkan lebih dari 119 ribu wisatawan asal Thailand berkunjung ke Indonesia pada 2024, menjadikan pasar Thailand salah satu sumber wisatawan penting di kawasan.

Di sisi lain, wisatawan Indonesia yang bepergian ke Thailand konsisten berada di kisaran 6.000–12.000 kunjungan per bulan sepanjang 2025, mencerminkan arus perjalanan dua arah yang sudah terbentuk kuat dan masih berpeluang untuk ditingkatkan. 
Dalam konteks pariwisata religi, Candi Borobudur tidak hanya tercatat sebagai candi Buddha terbesar di dunia, tetapi juga menjadi lokasi perayaan Waisak tingkat internasional setiap tahun dan tengah ditargetkan pemerintah untuk menerima hingga 2 juta pengunjung per tahun.
Pada periode libur Idul Fitri 2025 saja, kawasan Taman Wisata Candi (Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko) mencatat lebih dari 182 ribu pengunjung hanya dalam satu pekan, naik sekitar 25 persen dibanding tahun sebelumnya.
Sebagai negara berpenduduk mayoritas penganut agama Buddha, delegasi menilai potensi paket “haji”nya umat Buddha-agama mayoritas penduduk Thailand-di Borobudur sangat besar, terlebih bila ditopang dengan penerbangan langsung yang memudahkan jemaah dan wisatawan religi budhis tersebut.
“Kalau ibadah ‘haji’-nya umat Buddha di Borobudur bisa dikemas dengan baik dan ditambah program ‘umroh’-nya yang bersifat reguler sepanjang tahun, nilai ekonomi yang tercipta tidak hanya menguntungkan Yogyakarta, tetapi juga Jawa Tengah, khususnya Magelang dan sekitarnya. Selain itu untuk menaikkan length of stay tamu di Yogyakarta,” ujar Rahadi Saptata Abra dalam diskusi.
Baca juga:
- Di Bawah Kepemimpinan GKR Mangkubumi, Ini Visi, Misi dan Strategi Kadin DIY Periode 2025-2030
- Sejumlah Pengurus Kadin DIY Melakukan Kunjungan ke PT Tronti Indonesia
Sementara di sektor industri kreatif dan perdagangan, Rahadi juga menyampaikan undangan resmi kepada pelaku usaha Thailand melalui KBRI untuk hadir pada dua agenda internasional di Yogyakarta, yakni JIFFINA (Jogja International Furniture & Craft Fair Indonesia) yang akan digelar pada 7-10 Maret 2026 di Jogja Expo Center sebagai etalase produk furnitur dan kerajinan Indonesia untuk pasar global.
Selain itu, Jogja Coffee Week (JCW) 2026 pada 4-6 September 2026 di Jogja Expo Center, yang tahun depan direncanakan naik kelas menjadi event internasional dengan penambahan sesi International Coffee Business Summit sebagai forum temu bisnis produsen, roaster dan buyer kopi dari berbagai negara.
Fajarruddin Achmad Muharom menekankan bahwa Yogyakarta memiliki daya tarik lengkap yakni sebagai pusat budaya dan pendidikan, ekosistem industri kreatif dan akses ke komoditas unggulan seperti kopi spesialti dan kerajinan kayu yang sudah menembus pasar ekspor.
Dalam diskusi, Hardy Chandra dari Indonesia–Thailand Chamber of Commerce menambahkan informasi mengenai peluang ekspor kopi dan buah salak ke Thailand. Pihaknya menyebut sudah ada mitra pengusaha di Thailand yang siap menyerap salak dari Yogyakarta yang dikenal manis dan berkualitas.
Karena salak memiliki daya simpan tidak lama, konektivitas logistik yang cepat melalui direct flight Bangkok–Yogyakarta dinilai akan sangat membantu menjaga kualitas, rasa, dan daya saing buah tersebut di pasar Thailand.

Selain komoditas pangan, Hardy juga menyoroti peluang kolaborasi fesyen antara Thai Silk dan Batik Indonesia. Kombinasi dua “komoditas emas” ini diharapkan bukan hanya memperkaya produk fesyen bernilai tinggi, tetapi juga melahirkan industri kolaboratif baru yang menggabungkan warisan wastra kedua negara. Sebagai langkah awal, rencana fashion show kolaborasi Thai Silk–Batik sedang disiapkan untuk Februari 2026 sebagai ajang promosi bersama dan uji pasar.
Di akhir pertemuan, kedua pihak sepakat untuk melanjutkan komunikasi intensif antara KADIN DIY, Indonesia–Thailand Chamber of Commerce dan KBRI Bangkok, menyusun peta jalan kerja sama yang lebih teknis, khususnya terkait advokasi pembukaan rute penerbangan langsung Bangkok–Yogyakarta, peningkatan kerja sama pariwisata religi dan budaya (Borobudur & heritage Yogyakarta).
Kemudian, pPartisipasi pelaku usaha Thailand dalam JIFFINA 2026 dan Jogja Coffee Week 2026 dan pengembangan rantai pasok kopi dan salak serta kolaborasi Thai Silk–Batik.
“KBRI akan terus menjadi jembatan untuk memastikan rencana-rencana ini tidak berhenti di tataran wacana, tetapi berlanjut ke kerja sama nyata yang memberi manfaat bagi pelaku usaha dan masyarakat di kedua negara,” tutup perwakilan KBRI dalam diskusi. (*/phj)
There is no ads to display, Please add some