Prof Eko Siswoyo: Teknik Adsorpsi Mampu Menurunkan Logam Berat Dalam Hingga Lebih dari 90 Persen

beritabernas.com – Prof Ir Eko Siswoyo M.Sc.ES. PhD IPU, Guru Besar Jurusan Teknik Lingkungan, FTSP UII mengatakan, secara umum teknologi pengolahan air dan air limbah dibagi menjadi pengolahan fisika, pengolahan kimiawi dan pengolahan biologis.

Menurut Prof Eko Siswoyo, salah satu jenis pengolahan secara gabungan fisika dan kimia adalah teknik adsorpsi yang menggunakan material penyerap tertentu (adsorbent) untuk menyerap logam-logam berat dalam air (adsorbat).

Namun, masalah terkait adsorpsi adalah air tercampur dengan adsorbent, sehingga memerlukan penyaringan. Untuk mengatasi kondisi ini, maka ia mencoba mengembangkan adsorben ramah lingkungan berbahan dalam bentuk fiber seperti rambut manusia.

“Hasil dari penelitian ini sangat baik, dimana adsorbent tetap memiliki kemampuan penyerapan yang baik dan dapat dengan mudah dipisahkan dari air setelah proses adsorpsi selesai,” kata Prof Eko Siswoyo dalam pidato pengukuhan Guru Besar Teknik Lingkungan, FTSP UII di Auditorium KH Abdulkahar Mudzakkir Kampus Terpadu UII, Selasa 16 Desember 2025.

Baca juga:

Selain Prof Eko Siswoyo, pada hari dan tempat yang sama Prof Dr Drs Yusdani M.Ag, Profesor bidang Hukum Perdata Islam FIAI UII dengan judul pidato pengukuhan Realitas Baru dan Masa Depan Indonesia Berbasis Islam Peradaban.

Dalam pidato pengukuhan berjudul Inovasi Pengolahan Air dan Limbah Berkelanjutan Menggunakan Adsorben Ramah Lingkungan, Prof Eko Siswoyo mengatakan, material adsorben murah dan ramah lingkungan dapat dikembangkan dari, misalnya lumpur dari Instalasi Pengolahan Air Minum (IPAM) hingga dedaunan yang sudah gugus.

Dari hasil penlitian yang dilakukannya diketahui bahwa adsorben-adsorben tersebut mampu menurunkan logam-logam berat dalam hingga hingga lebih dari 90%. Hasil temuan ini tentu sangat menjanjikan dan diharapkan mampu memberikan kontribusi dalam mengatasi pencemaran air di Indonesia maupun negara-negara lain di dunia.

Dikatakan, perkembangan teknologi pengolahan air dan air limbah saat ini makin pesat untuk mengatasi permasalahan lingkungan tersebut yang terus berulang hingga saat ini. Beberapa penelitian yang menunjukkan penyakit mirip penyakit Minamata di daerah penambangan, misalnya emas yang menggunakan zat merkuri. Beberapa pekerja bahkan ditengarai megalami penyakit Minamata tersebut.

Pencemaran air sejak zaman revolusi industri

Dikatakan Prof Eko Siswoyo, masalah lingkungan seperti pencemaran air sudah terjadi pada masa lampau sejak zaman revolusi industri hingga saat ini dan bahkan akan terus terjadi seiring dengan zaman yang semakin maju, dimana kebutuhan hidup manusia semakin meningkat.

Salah satu permasalahan lingkungan yang serius adalah pencemaran logam berat seperti merkuri (Hg), Cadmium (Cd) dan Timbal (Pb). Biasanya logam-logam berat tersebut masuk ke badan air seperti laut, sungai, danau dan lainnya melalui buangan limbah industri yang tidak terolah dengan baik. Keterbatasan teknologi dan biaya seringkali dijadikan alasan bagi pelaku pembuangan limbah tersebut.

Beberapa tragedi lingkungan di masa lampau yang masih menjadi pelajaran berharga bagi kita, khususnya para pegiat lingkungan, adalah Silent Spring yaitu judul sebuah buku yang ditulis oleh Rachel Carson yang bercerita tentang dampak negatif penggunaan pestisida DDT di Ameria Serikat yang berdampak pada matinya beberapa burung, sehingga pada musim semi (spring) menjadi sangat sepi (silent).

Prof Eko Siswoyo (tengah) foto bersama rekannya usai menyampaikan pidato pengukuhan Guru Besar Teknik Lingkungan, FTSP UII di Auditorium KH Abdulkahar Mudzakkir Kampus Terpadu UII, Selasa 16 Desember 2025. Foto: Humas UII

Kasus kedua adalah tragedi Love Canal di Amerika Serikat yaitu akibat buruk dari bekas landfill limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) bagi permukiman di area tersebut. Banyak ditemuan kasus cancer dan kelainan kelahiran akibat adanya dioksin dan senyawa beracun lainnya dari bekas landfill B3 tersebut yang mana akhirnya banyak penghuni residen di Kawasan tersebut yang dipindahkan rumahnya.

Sementara kasus pencemaran lingkungan sangat serius juga terjadi di Jepang di masa lampau, di antaranya Tragedi Minamata dan Itai-iatai disease. Tragedi Minamata yaitu banyaknya penduduk di area Teluk Minamata yang mengalami gangguan saraf, cacat kelahiran, cancer dan penyakit lainnya. Kasus ini bermula dari adanya pembuangan limbah industri yang mengandung metil merkuri ke Teluk Minamata dan akhirnya berdampak sangat buruk bagi manusia melalui rantai makanan, dimana planton dan kerang yang mengandung logam berat dimakan oleh ikan kecil kemudian dimakan ikan sedang, ikan besar dan akhirnya dimakan oleh manusia.

Kasus terbesar kedua di Jepang yaitu Itai-Itai disease, dimana limbah industri yang mengandung cadmium (Cd) dibuang ke Sungai di area Tohyama dan sungai tersebut digunakan untuk irigasi tanaman padi. Dampaknya adalah kandungan logam berat tersebut akhirnya masuk ke tubuh manusia yang mengkonsumsi beras dari daerah tersebut.

Banyak penduduk yang mengalami gannguan ginjal, hati dan penyakit tulang yang diakibatkan oleh masuknya Cd ke tulang yang memaksa kalsium (Ca) keluar dari tulang, padahal Ca adalah unsur sangat penting bagi tulang. (phj)


There is no ads to display, Please add some

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *