Warga Padukuhan Karangmojo Berbaur Mengikuti Acara Halal Bilhalal

beritabernas.com – Ratusan warga Padukuhan Karangmojo, Desa Purwomartani, Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman mengikuti acara halal bilhalal di Lapangan Purworejo Padukuhan Karangmojo, pada Kamis 5 Mei 2022 pagi. Warga dari seluruh RT se-Padukuhan Karangmojo itu duduk secara lesehan beralaskan tikar berbaur tanpa sekat, kecuali perempuan duduk terpisah dengan pria.

Acara halal bilhalal warga Padukuhan Karangmojo yang diprakarsai Kepala Dusun Karangmojo Andy Rakhmat Santoso dan tokoh masyarakat Karangmojo itu disambut masyarakat dengan antusias. Ini terbukti banyaknya masyarakat yang hadir dalam acara yang baru pertama kali sejak pandemi Covid-19 melanda Indonesia sejak Maret 2022.

Suasana acara halal bilhalal warga Padukuhan Karangmojo,Desa Purwomartani di Lapangan Purworejo, Kamis 5 Mei 2022. Foto: Philipus Jehamun/beritabernas

Acara diawali laporan ketua panitia diikuti dengan ikrar syawalan oleh Kaum Wito Sudarmo dilanjutkan dengan sambutan tokoh masyarakat dan puncaknya hikmah syawalan yang disampaikan Fauzan A.Ag diakhiri dengan salam-salaman saling memaafkan di antara warga.

Dalam ceramah hikmah syawalan, Fauzan menjelaskan secara singkat tentang makna halal bilhalal.Dikatakan, halal bilhalal tidak dikenal di negara-negara Timur Tengah. Bahkan dalam kamus Bahasa Arab pun tidak ada kata halal bilhalal.

Suasana acara halal bilhalal warga Padukuhan Karangmojo,Desa Purwomartani di Lapangan Purworejo, Kamis 5 Mei 2022. Foto: Philipus Jehamun/beritabernas

Menurut Fauzan, halal bilhalal merupakan tradisi dan budaya Indonesia yang diawali melalui proses sejarah mulai dari Solo ada kebiasaan di Keraton Solo, kemudian di Muhammadiyah sejak tahun 1924 yang telah dibahasa dalam Majalah Suara Muhammadiyah saat itu. Dan di NU saat Kyai Wahab Abdullaah yang dipanggil Bung Karno ke Istana karena ada guncangan di antara pemimpin. Kyai Wahab Abdullah diminta Bung Karno untuk menjaga keharmonisan para pemimpin, menjaga kewarasan berpikir dan kebeningan di dalam Istana bagi tokoh-tokoh politik saat itu.

Halal bilhalal, menurut Fauzan, bermakna boleh, mengurai itu menerima. Dalam konteks bulan Ramadan sebagai bulan penuh pengampunan, penuh kedermawanan dan bulan penuh kesabaran, maka acara halal bilhalal merupakan puncak mengurai dan menerima kesalahan-kesalahan dan Allah menganjurkan untuk saling memaafkan.

Suasana acara halal bilhalal warga Padukuhan Karangmojo,Desa Purwomartani di Lapangan Purworejo, Kamis 5 Mei 2022. Foto: Philipus Jehamun/beritabernas

Dengan demikian, menurut Fauzan, halal bilhalal bermakna sama-sama mengurai kesalahan dan sama-sama menerima kesalahan, lalu sama-sama meminta maaf dan saling bermaaf-maafan.

Fauzan sendiri mengaku bukan seorang ustad karena ustad memiliki kriteria tertentu yang begitu berat, antara lain menguasai ilmu agama melalui pendidikan khusus. Bahkan di Arab, orang yang disebut ustad adalah seorang profesor dalam ilmu agama. “Tidak satu pun kriteria tersebut ada pada saya,” kata Fauzan yang mengaku pernah menjadi santri di Pondok Gontor. (lip)


There is no ads to display, Please add some

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *