beritabernas.com – Gereja-gereja di DIY, baik gereja Kristen dengan berbagai denominasinya maupun gereja Kristen Katolik mengajak umat Kristiani untuk belajar berbuat baik dan usahakan keadilan. Berbuat baik dapat dilakukan kepada siapa pun dengan penuh kasih dan bersikap adil terhadap siapa pun.
Baca juga: 27 Pendeta dan 15 Pastor akan Menghadiri Pekan Doa se-Dunia di Gereja HKBP Kotabaru
Ajakan itu disampaikan puluhan Pendeta dan Pastor dalam ibadah okumene penutupan Pekan Doa Sedunia (PDS) di Gereja HKBP (Huria Kristen Batak Protestan) Kotabaru, Yogyakarta, Selasa 24 Januari 2023. Ibadah okumene tersebut dihadiri ratusan umat Kristiani dari berbagai gereja Kristen dan Katolik.
Pendeta Bernat Panggabean dari Gereja HKBP Kotabaru mengatakan, berbuat baik merupakan sesuatu yang mulia, terhormat, sebagai wujud kemurahan hati. Perbuatan baik mengungkapkan kemurahan hati untuk kesejahteraan dan keselamatan bagi si penerima.
Menurut Pdt Heru Sumbodo dari GKJ Maguwoharjo Sleman, ibadah okumene penutupan Pekan Doa Sedunia (PDS) dirancang bersama oleh Dewan Gereja-Gereja sedunia yang diwakili oleh komisi Faith and Order dan Gereja Katolik yang diwakili Dewan Kepausan untuk memajukan kesatuan umat Kristiani.
Ibadah okumene dengan tema Belajarlah Berbuat Baik dan Usahakanlah Keadilan” terinspirasi dari Kitab Nabi Yesaya. Konteks kitab Nabi Yesaya yaitu berbicara mengenai upaya membangunkan kesadaran orang-orang Yehuda terhadap situasi mereka yang lebih memuja religiusitas kontemporer yang mencari kebenaran dan keuntungan sendiri.
Menurut Pdt Heru, penghayatan keagamaan yang kurang tepat justru menimbulkan ketidakadilan dan ketidaksetaraan serta menyebabkan perpecahan.
“Nabi Yesaya mencela kemunafikan dalam hidup beragama yang sering berujung pada penindasan kepada orang miskin. Dia berbicara keras menentang para pemimpin yang korup dan mendukung orang-orang yang kurang beruntung. Ia berpesan untuk mengakarkan kebenaran dan keadilan di dalam Tuhan saja,” kata Pdt Heru seraya menambahkan bahwa ibadah ini juga mendoakan bangsa Indonesia agar terhindar dari perpecahan karena maraknya politik identitas.
Sementara Romo Yohanes Iswahyudi yang menyoroti tentang pentingnya keadilan mengingatkan siapa pun yang dekat dengan penguasa, dekat dengan pemerintah, dipercaya di dalam masyarakat dan dipercaya untuk membuat suatu kebijakan, maka berbuatlah sesuatu. Namun, bila tidak berbuat sesuatu atau tidak melakukan sesuatu, maka dia sebenarnya membuat ketidakadilan.
“Bagi Nabi Yesaya, meski resikonya besar, namun dia berani melawan kekuasaan demi mewujudkan keadilan. Ia membuat kritikan kepada raja, kepada penguasa demi keadilan,” kata Romo Iswahyudi.
Ibadah okumene ini berlangsung meriah. Para romo dan pendeta secara bergantian memanjatkan doa, menyampaikan renungan. Ibadah dimeriahkan dengan lagu-lagu pujian yang dibawakan kelompok koor gereja HKBP dan diakhiri dengan ramah tamah. (lip)
There is no ads to display, Please add some