Tiga Tahun Terakhir Indonesia Tidak Impor Beras

beritabernas.com – Dalam 3 tahun terakhir nilai impor beras yang dilakukan pemerintah sangat kecil. Sebelumnya Indonesia impor beras antara 1,1 juta sampai 2 ton per tahun, namun sudah 3 tahun ini tidak.

Hal ini harus dipertahankan, bahkan kalau perlu stok beras diperbesar/diperbanyak. Dalam hal ini, produktivitas pertani harus ditingkatkan.

“Dalam tiga tahun terakhir, nilai impor beras yang dilakukan oleh pemerintah sangat kecil. Biasanya kita impor 1,1 juta sampai 2 juta ton per tahun, sudah tiga tahun ini kita tidak. Ini yang harus dipertahankan. Syukur stoknya bisa kita perbesar. Artinya produktivitas petani itu harus ditingkatkan,” kata Presiden Joko Widodo dikutip beritabernas.com dari siaran pers Biro Pers, Media dan Informasi Sekretariat Presiden pada 21 Mei 2022.

Presiden Jokowi pun bersyukur dengan harga beras yang relatif stabil dan stok beras yang mencukupi. Namun demikian, Presiden Jokowi mengingatkan bahwa saat ini dunia, termasuk Indonesia, dihadapkan pada kemungkinan kenaikan harga pangan dan energi yang signifikan.

Dikatakan, ada hal di dunia ini yang mengalami kenaikan, yakni energi dan pangan. Kedua hal ini semuanya naik di seluruh dunia.

“Tidak mudah, terutama dua hal di seluruh negara yang sekarang ini naik semuanya. Yang pertama, energi, energi ini berarti BBM, gas, listrik semuanya naik, semua negara. Yang kedua pangan, naik semuanya,” ujar Presiden Jokowi di hadapan peserta Rapat Kerja Nasional (Rakernas) V Projo tahun 2022 di Kabupaten Magelang, pada Sabtu, 21 Mei 2022.

Meski tidak mudah, menurut Presiden Jokowi, pemerintah terus berupaya agar tidak terjadi lonjakan kenaikan harga di kedua sektor tersebut. Presiden memberi contoh kebijakan yang ditempuh pemerintah agar tidak terjadi kenaikan harga minyak goreng.

Menurut Presiden, sejumlah kebijakan telah diputuskan untuk menjaga kestabilan harga minyak goreng di pasaran. Namun, persoalan minyak goreng bukan hal mudah. Dikatakan, sejak Januari 2022 telah terjadi kenaikan harga minyak goreng karena kenaikan harga internasional.

“Karena harga minyak goreng terutama di Eropa, Amerika naik tinggi, harga di dalam negeri ketarik (naik harganya). Sehingga produsen minyak goreng di dalam negeri lebih memilih mengekspor minyak goreng dibandingkan memasok di dalam negeri. Akibatnya, terjadi kenaikan harga minyak di dalam negeri karena kelangkaan stok.,” kata Presiden.

Untuk mengatasi persoalan tersebut, Presiden mengambil beberapa kebijakan, antara lain melarang ekspor minyak goreng. “Akhirnya saya setop, setop minyak goreng enggak boleh ekspor. Tetapi itu juga kebijakan yang tidak mudah,” kata Presiden.

Setelah ekspor minyak goreng disetop, harga tandan sawit jatuh, dan ini terkait dengan 17 juta orang tenaga kerja, baik sebagai petani maupun pekerja. “Negara ini mencari keseimbangan seperti itu tidak mudah, jangan dipikir gampang, tidak mudah. Begitu juga selain urusan petani, urusan pekerja di sawit, juga urusan income negara,” kata Presiden.

Presiden Jokowi optimistis dalam dua pekan ke depan harga minyak goreng di pasaran sudah sesuai dengan yang diharapkan oleh pemerintah. “Tapi ini kuncinya sudah ketemu, ini dalam seminggu, dua minggu, insyaallah yang namanya minyak goreng curah akan berada di harga Rp14.000 (per liter),” ujar Presiden. (lip)


There is no ads to display, Please add some

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *