AM Putut Prabantoro: Akademisi Perlu Melihat Ancaman dengan Paradigma Baru

beritabernas.com – Taprof Lemhannas RI bidangIdeologi dan Sosbud AM Putut Prabantoro mengatakan, para akademisi perlu menggunakan paradigma baru dalam melihat ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan (GHT). Hal ini berpijak pada fakta dan feomena di lapangan.

Menurut AM Putut Prabantoro, kemampuan akademisi dalam menganalisa dan memetakan wujud AGHT menggunakan paradigma baru akan membantu bangsa dan pemerintah Indonesia dalam penyusunan program bela negara. Dalam konteks ini,  sumbangsih para akademisi dengan paradigma baru akan membantu pemerintah dalam menanamkan dan membangun karakter berbela negara bagi setiap generasi. 

Hal itu disampaikan AM Putut Prabantoro dalam acara bedah buku Bela Negara dalam Perspektif Publik di Kampus Bela Negara UPN Veteran Jakarta pada Kamis 22 Desember 2022. 

Dalam diskusi yang dipandu Anggi Angga Resti itu, AM Putut Prabantoro melihat buku bela negara ini merupakan karya terobosan para akademisi UPN Veteran Jakarta. Buku ini mengombinasikan antara kekuatan teoritik dan empirik.

Selain itu, buku ini juga merupakan penggabungan atau sinergitas antara kekuatan teoritik kekuatan textbook dan kekuatan lapangan kekuatan survai itu. Hasil kerja bersama tersebut membuat buku ini memiliki otoritas yang kuat terhadap keilmuwan tentang bela negara. 

AM Putut Prabantoro (kiri) saat jadi pembicara dalam bedah buku Bela Negara. Foto: Istimewa

Putut Prabantoro juga menyoroti beberapa hal yang perlu dilihat dari buku tersebut, mulai dari cara berpikir dan korelasi antara obyek penelitian dan AGHT yang dihadapi berbeda. Upaya bela negara dalam menghadapi bentuk AGHT dalam bela negara belum terkonsep dengan strategis. 

“Bela negara hanya konsep ilmu. Pertanyaannya adalah, bagaimana dengan analisa yang benar dan baik, secara praktis dan teoritis, riset tersebut dapat memetakan AGHT secara nyata. Jika AGHT dapat dipetakan secara nyata, para peneliti kemudian menarik korelasinya dengan konsep bela negara Indonesia,“ ujar Putut.

Alumnus PPSA XXI ini memberi contoh Covid sebagai AGHT yang harus dilihat dalam penelitian. Dalam studi media, munculnya Covid memancing polemik keras antara Amerika Serikat dan China. Kedua negara itu mempersoalkan asal muasal Covid dan saling tuduh bahwa Covid itu merupakan senjata biologis yang selama ini dirahasiakan. Dari sudut AGHT, pertanyaan muncul terkait dengan bencana non alam itu. Pertanyaannya adalah apakah Covid itu merupakan senjata biologis ataupun merupakan medan perang?

Jka dilihat dari dampak dan korban yang ditimbulkan, pandemi Covid merupakan perang. Namun jika Covid itu merupakan senjata biologis, bisa dibayangkan betapa dahsyatnya perang yang sesungguhnya akan terjadi jika Covid merupakan senjata biologis. 

“Oleh karena itu, dalam konteks ini para akademisi dituntut memiliki paradigma yang baru dalam mengartikan AGHT dengan berangkat dari fenomena-fenomena yang baru. Lalu apa yang akan terjadi, jika perang antara Ukraina dan Russia membesar serta diperluas. Bentuk bela negara seperti apa yang harus diberikan kepada bangsa Indonesia,“ tegasnya. 

Sementara Ujang Komarudin, pembicara lainnya, mengatakan, buku yang dihasilkan Pusat Kajian Bela Negara UPN Veteran Jakarta ini merupakan suatu keunggulan karena UPN Veteran mampu menghadirkan buku yang berkualitas.

Namun sebagai akademisi, Ujang Komaruddin menegaskan buku tersebut harus memiliki “roh“ yang dihasilkan dari perdebatan intelektual ataupun diskursus perdebatan ideologis dalam buku tersebut.  Buku ini akan kaya analisa masa depan ketika ada ruang perdebatan yang muncul di antara para akademisi. 

Para penulis buku menerima penghargaan. Foto: Istimewa

“Buku ini merupakaan sebuah kontribusi nyata dalam penelitian. Namun agar menarik untuk dibaca, karya hebat ini seharusnya mempunyai roh, memiliki jiwa, punya sinar sehingga buku ini memang menjadi daya tarik bagi masyarakat Indonesia, khususnya kalangan intelektual maupun mahasiswa. Roh itulah menjadi obyek bagi pembaca untuk dapat mengakses dan menyelami secara lebih dalam,“ tegas Ujang Komarudin.

Masih menurut Ujang Komarudin, sebuah buku harus memiliki jiwa di dalamnya agar dapat hidup dan memberikan semangat juang. Buku ini mempunyai kekhasan atau keunggulan yaitu dari hasil konstruksi berbasis data riset fakta sosial, mampu memadukan realita yang ada di masyarakat dan digabungkan dengan teoritis yang ada yaitu dunia akademik dan dunia ilmiah.

Perdebatan ideologi belum terlihat, survey yang dilakukan dinilai baik namun fenomena berbeda, survey bersifat objektif dan independen. 

“Produk buku harus ada pembandingnya dengan buku lain sebagai second opinion. Karya buku lain yang berkualitas dapat menjadi benchmark bagi UPN Veteran Jakarta sebagai kampus bela negara dan menjadi karya yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah,” tegas Ujang Komarudin.

Buku yang diterbitkan oleh Nusantara Publishing ini merupakan hasil riset para dosen UPN Veteran Jakarta yakni Anwar Ilmar, Asep Kamaluddin Nashir, Chairun Nisa Zempi, Danis TS Wahidin, Kusumajanti, Laode Muhamad Fathun, Munadhil Abdul Muqsith, Ridwan, Rizky Himawan dan Azwar yang juga sebagai editor dan kata pengantar oleh Erna Hernawati (Rektor UPN Veteran Jakarta 2018-2022). Hadir dalam peluncuran tersebut antara lain Danis Tri Saputra, Radita Gora dan Windiadi Yoga yang kesemuanya dari Pusat Kajian Bela Negara UPN Veteran Jakarta. (lip)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *