beritabernas.com – Anggota DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan Aria Bima mengatakan, upaya pembumian ideologi negara Pancasila harus kontekstual sesuai dengan tantangan yang dihadapi di era kekinian. Kontekstual dalam hal metode penyampaian maupun konten atau isi materi yang disampaikan sesuai dengan kondisi saat in agar mudah dipahami dan diterima generasi muda masa kini.
“Pembumian ideologi negara Pancasila tidak lagi dengan cara-cara doktrinasi seperti di era kita dulu berupa penataran atau pelajaran yang melulu teoritis. Dalam konteks kekinian, pembumian ideologi Pancasila harus sesuai dengan apa yang dinginkan generasi muda di era digital dan teknologi informasi yang semakin canggih seperti sekarang,” kata Aria Bima, Anggota DPR RI, kepada wartawan sesaat sebelum acara Sosialisasi 4 Pilar Kebangsaan di Wisma Syantikara Jalan Kolombo Yogyakarta, Sabtu 20 September 2025.
Selain Aria Bima, tampil sebagai narasumber dalam seminar dan Sosialisasi 4 Pilar Kebangsaan dalam rangka perayaan HUT XLV KMK Fisipol UGM itu adalah RA Yashinta Sekarwangi Mega, Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI dari DIY yang hadir secara daring.

Menurut Aria Bima, perlu dicarikan metode yang paling relevan dan kontekstual untuk pembumian ideologi Pancasila untuk generasi muda sesuai era digital dan teknologi komunikasi yang canggih seperti saat ini. Aria Bima mengaku sangat yakin dan percaya kaum muda memahami dan tetap menerima nilai-nilai Pancasila, seperti toleransi, menerima keanekaragaman dan sebagainya.
“Pancasila tidak hanya dasar falsafah, melainkan living ideology yang harus dihidupi dalam keseharian, diperjuangkan dalam kebijakan dan menjadi bintang penuntun bagi pembangunan nasional,” tegas Aria Bima yang memasuki periode kelima atau ke-25 tahun menjadi Anggota DPR RI dari PDI Perjuangan ini.
Seminar dan sosialisai 4 Pilar Kebangsaan yakni Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika dan NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) yang dihadiri ratusan peserta dari berbagai organisasi dan komunitas itu sekaligus peluncuran buku berjudul Pembumian Pancasila di Era Kekinian 2025.
Buku tersebut untuk meneguhkan kembali Pancasila sebagai ideologi bangsa yang relevan di tengah derasnya arus globalisasi, disrupsi digital danmeningkatnya tantangan intoleransi dan disintegrasi. Buku “Pembumian Pancasila di Era Kekinian 2025” edisi terbaru yang disistemasi oleh Aria Bima, menghadirkan refleksi historis dan strategi aktual untuk meneguhkan kembali Pancasila sebagai ideologi kerja bangsa.
Baca juga:
- Anggota MPR RI HM Idham Samawi: Tak Ada Ideologi di Dunia Sekuat Pancasila
- Pancasila Satu-satunya Ideologi yang Mampu Mempersatukan Bangsa Indonesia
- Demokrasi Pancasila: Menafsirkan Kembali Ideologi Negara di Era Kontemporer
Menurut Aia Bima, sejarah mencatat, sejak pidato Ir Soekarno pada 1 Juni 1945 di sidang BPUPK, Pancasila dirumuskan sebagai dasar negara yang komprehensif, konstruktif dan sistematis. Perjalanan bangsa, mulai dari Piagam Jakarta, Dekret Presiden 5 Juli 1959 hingga reformasi, menunjukkan bahwa Pancasila senantiasa menjadi penuntun dinamis bagi kehidupan berbangsa dan bernegara.
Sementara itu, survey Harian Kompas 2014–2016 mencatat hanya 43% generasi muda yang percaya pada Pancasila dan 48% yang yakin NKRI akan tetap utuh. Angka ini menjadi peringatan serius akan perlunya strategi baru dalam menanamkan nilai Pancasila, terutama bagi generasi milenial dan Gen Z yang menjadi penentu masa depan bangsa.
Faktor disintegratif yang lahir dari praktik demokrasi elektoral, intoleransi dan kepentingan sempit kelompok menjadi ancaman nyata bagi persatuan bangsa. Karena itu, Pembumian Pancasila di Era Kekinian 2025 menekankan perlunya revolusi mental, nation and character building dan strategi pembangunan inklusif yang berpusat pada manusia (people centered development).
Strategi pembumian Pancasila dilakukan untuk mengukuhkan Pancasila sebagai ideologi negara yang dinamis, memperjuangkan kepribadian dalam kebudayaan, berdikari dalam perekonomian, meneguhkan negara hukum berdasar Pancasila, memperkuat kohesi sosial masyarakat dan menjaga kedaulatan politik dan pertahanan nasional.

Dikatakan, Pancasila diposisikan sebagai katalisator untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur dalam bingkai Indonesia Raya, sejalan dengan konsep Trisakti Bung Karno: berdaulat dalam politik, berdikari dalam ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan.
Sementara itu, Pidato Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri di Jeju Forum Korea Selatan (2017) menegaskan bahwa Pancasila mampu menjawab persoalan dunia dan relevan bagi seluruh umat manusia. Dengan semangat itu, Pembumian Pancasila di Era Kekinian 2025 hadir untuk mengingatkan kembali bahwa nilai-nilai kebangsaan, kemanusiaan, keadilan sosial, demokrasi, dan ketuhanan tetap menjadi fondasi utama peradaban bangsa Indonesia.
“Buku Pembumian Pancasila di Era Kekinian 2025 tidak hanya menjadi catatan reflektif, tetapi juga panduan praktis dalam menghidupkan kembali Pancasila di tengah tantangan zaman, sekaligus mengikat generasi muda agar tetap teguh pada identitas kebangsaan,” kata Theodorus Nugroho selaku moderator seminar dan sosialisasi 4 Pilar Kebangsaan itu. (lip)
There is no ads to display, Please add some