Dihadiri ASYB, Perayaan Tong Cu Pia di Klenteng Fuk Ling Miau Berlangsung Meriah

beritabernas.com – ASYB (Alumni SMA Yogyakarta Bersatu) bersama masyarakat dan komunitas lintas agama maupun kepercayaan menghadiri perayaan Tong Cu Pia di Klenteng Fuk Ling Miau di Jalan Brigjen Katamso Yogyakarta, Jumat 29 September 2023 malam.

Perayaan ini diselenggarakan setiap tahun pada bulan ke-8 bertepatan dengan bulan purnama dalam hitungan tahun Imlek (29/9 20.58). Kehadiran ASYB bersama masyarakat dan komunitas lintas agama/ kepercayaan atas undangan Angling, Pengelola dan Keluarga Besar Klenteng Fuk Ling Miau Gondomanan dalam dalam acara Tong Cu Pia atau perayaan roti bulan.

Tong Cu Pia menjadi penanda hari yang baik untuk memulai usaha atau menanam segala macam tanaman.

Angling menyapa pemain barongsasi dalam perayaan Tong Cu Pia di Klenteng Fuk Ling Miau. Foto: Istimewa

“Saya berpendapat tradisi semacam ini merupakan wujud dari keanekaragaman yang hidup di Tanah Air kita. Tentu merupakan tradisi yang harus kita hormati dan hargai bersama. Bahwa di negara dan bangsa yang majemuk ini, sikap menghargai keragaman, perbedaan dan saling menghormati antar tradisi dan budaya merupakan kewajiban dalam kehidupan kita bersama,” kata Achmad Charris Zubair, Ketua Dewan Penasihat ASYB yang juga Ketua Dewan Kebudayaan Kota Jogja periode 2003-2020.Dalam acara tersebut ditampilkan pertunjukan barongsai yang justru diperagakan oleh orang-orang yang bukan dari keturunan Tionghoa.

BACA JUGA:

“Saya kira ini menunjukkan suatu kehidupan yang saling menghormati, karena memang sebagai mahluk hidup kita tidak bisa memilih dimana kita dilahirkan, anak dari siapa, warna kulit, dan sebagainya. Karena itu, kewajiban moral pertama adalah justru saling menghormati antar perbedaan itu,” kata Achmad Charris Zubair yang juga Dewan Pakar ICMI DIY 2022 sd 2027, Ketua Dewan Pengarah BPKCB Kotagede dan Ketua Umum KAGAMA FILSAFAT 2019-2024.

Barongsai dalam perayaan Tong Cu Pia di Klenteng Fuk Ling Miau. Foto: Istimewa

Menurut Achmad Charris Zubair, dengan hadir dalam acara seperti ini kita mendapatkan kesadaran bahwa memang hidup di Indonesia ini tidak mungkin bila kita tidak mengakui atau tidak menerima perbedaan.

Selain dimeriahkan dengan pementasan barongsai, acara tersebut juga dimeriahkan dengan lagu-lagu Mandarin yang merdu. Menurut Angling, pelafalan bahasa Mandarin oleh Kiki/Rsiki, seorang muslimah tunanera, sangat baik. (lip)


There is no ads to display, Please add some

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *